Ucapan Rocky Gerung bahwa Puan Maharani dan Ganjar Pranowo dianggap bodoh di mata kaum milenial masih ramai diperbincangkan publik. Merespons ucapan Rocky Gerung, elite PDIP Hendrawan Supratikno berbicara soal filsafat dan waton suloyo.
Rocky Gerung memang selama ini dikenal salah satunya sebagai pengajar filsafat. Hendrawan mengingatkan, pribadi yang suka berpendapat berbeda dengan umum, tanpa rem etika akan menjadi asal bicara saja.
"Orang yang belajar filsafat cenderung mengambil posisi berbeda dengan hal-hal yang dianggap lazim. Filsafat adalah ilmu mempertanyakan hal-ihwal secara mendasar. Tanpa rem etika dan kesadaran kontemplatif, orang yang suka berbeda ini bisa terpeleset menjadi figur 'waton suloyo' (asal bicara seenaknya)," kata Hendrawan kepada wartawan, Senin (18/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait ucapan Rocky Gerung, Hendrawan menjelaskan bahwa jika orang lain bicara 'X', Rocky akan bicara 'Y'. Hal itu menurut Hendrawan memperkuat imajinasi bahwa Rocky bersikap kritis, skeptis secara teratur, dan mengukuhkan 'kefilsufannya'. Bila ingin Rocky bicara 'Y', lawan bicaranya harus memosisikan bicara 'X'.
Menurut Hendrawan, apa yang diucapkan Rocky Gerung soal Ganjar dan Puan terkait pemahaman gender hingga hak asasi manusia sudah diatur di dalam peraturan dan perundang-undangan. Konsep-konsep itu menurut Hendrawan sudah dilahap oleh Puan dan Ganjar.
"Dikatakannya, di mata milenial, Puan Maharani dan Ganjar Pranowo dinilai bodoh karena tidak bicara konsep kesetaraan gender, hak asasi manusia, ekonomi baru, dan narasi milenial yang popular. Padahal kita tahu, konsep-konsep tersebut sudah tercantum dalam konstitusi, Tap MPR, UU dan sejumlah regulasi, yang menjadi menu harian Puan Maharani, Ganjar Pranowo dan lainnya. Tinggal diimplementasikan secara tegas, terencana dan konsisten," ujarnya.
Sejurus kemudian, Hendrawan menilai bahwa yang mungkin dirasa baru dari Rocky Gerung adalah memakai bahasa Inggris, terkadang bahasa Prancis dan Latin. Hal itu menurut Hendrawan agar memberi kesan bahwa Rocky merupakan 'hibrida baru' intelektual Indonesia.
"Namun, di alam demokrasi, pandangan apa pun, termasuk yang 'waton suloyo', perlu kita dengar, tanpa mengurangi energi juang kita untuk terus melangkah ke depan," imbuhnya.
Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya: