Pandemi membuat mobilitas orang menjadi terbatas. Malah untuk usia yang terbilang lansia, memilih banyak tinggal di rumah dan mengurangi bepergian keluar rumah. Hal itu dimanfaatkan mantan Ketua Mahkamah Agung (MA) Harifin Tumpa untuk membuat buku 'Membangun Karakter yang Kokoh' dan menerbitkannya.
"Buku yang sekarang ada di tangan pembaca, lahir pada saat pandemi Covid-19, masih merajalela. Tidak tahu kapan pandemi akan berakhir, tetapi jangan kita melihat itu dari segi negatifnya. Seandainya peristiwa ini tidak terjadi, mungkin buku ini tidak pernah diterbitkan," demikian tulis Harifin Tumpa dalam membuka bukunya yang dikutip detikcom, Minggu (10/10/2021).
Harifin Andi Tumpa, begitu nama lengkapnya, sudah menapak usia 79 dan dalam hitungan bulan masuk kepala 8 pada 23 Februari 2022. Peraih Bintang Mahaputra 2019 itu lebih banyak menghabiskan waktunya di rumahnya di bilangan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dengan membaca buku 'Membangun Karakter yang Kokoh', pembaca bisa mengintip isi Hp Harifin Tumpa karena sebagian isinya adalah tulisannya dan kolega yang dishare di Grup WhatsApp.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Naskah buku ini diambil dari berbagai sumber tetapi terutama yang paling banyak dari sumber WhatsApp yang masuk ke Hp saya," tutur Ketua MA 2009-2012 itu.
Buku dibuka dengan sebuah puisi yang dibuat Harifin. Ditulis dengan sangat menyentuh, ketika seorang pejabat tinggi negara yang dulunya melekat ajudan dan ke mana-mana mengendarai Royal Crown RI 8, kini harus berbaur menjadi masyarakat biasa. Berikut puisinya:
Kamu dicuekin, oleh temanmu, juniormu bahkan bekas anak buahmu?
Anggap saja angin lalu.
Kamu sekarang memang bukan siapa-siapa lagi.
Kamu sekarang adalah rakyat biasa.
Hilangkan kesan berkuasa.
Lupakan masa jayamu.
Mereka, anak muda, generasi muda,
Penuh dengan dinamika kesibukan.
Ingat waktumu muda,
Penuh kegiatan dan idealisme,
Olahraga, mengajar, seminar, tugas rutinisme.
Sahabatmu, sebayamu sudah banyak yang pergi.
Ada yang pergi selamanya, ada yang pergi ke tempat lain.
Masing-masing menurut selera dan keinginan.
Untuk menanti hari akhir.
Dalam kesendirian di tengah pandemi, apakah kamu merasa tidak berguna lagi?
Tidak, tidak, sekali lagi tidak.
Kamu masih berguna.
Masih banyak yang membutuhkanmu.
Pengalaman yang tidak bernilai.
Ilmu yang tidak lekang dipanas.
Nasihatmu, candamu, masih dibutuhkan sahabatmu.
Anak cucumu masih ingin belaian kasihmu.
Tuhan masih menantikan amal ibadahmu.
Memperdalam Alquran belum terlambat.
Membantu masjid, pesantren, yatim piatu, masih dinanti oleh-Nya.
Lakukanlah yang berguna bagi sesama.
Inilah yang menjadi bekal di rumah kita yang kekal.
"Saya sungguh sangat berterimakasih kepada teman-teman grup-grup WhatsApp saya yang banyak memberikan inspirasi dan informasi yang relevan dalam buku ini," tulis Harifin.
(asp/mae)