Penampakan Kondisi Darurat yang Bikin Keturunan Sultan Aceh Surati Erdogan

Penampakan Kondisi Darurat yang Bikin Keturunan Sultan Aceh Surati Erdogan

Agus Setyadi - detikNews
Sabtu, 09 Okt 2021 15:03 WIB
Pemimpin Darud Donya Cut Putri (baju merah) saat menemani kunjungan Wakil Perdana Menteri Turki Fikri Isik (dua kiri), di komplek pemakaman Turki, di Banda Aceh, Jumat (13/10/2017)-(ANTARA)
Situs diduga makam era Kesultanan Aceh (Agus Setyadi/detikcom)
Banda Aceh -

Keturunan Kesultanan Aceh, Cut Putri, menyurati Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait kondisi darurat di Aceh. Kondisi darurat itu terkait keberadaan situs warisan Islam di Aceh yang terancam musnah.

Situs yang dimaksud itu berada di sekitar area proyek instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dibangun di kompleks tempat pembuangan akhir (TPA) di Desa Gampong Pande dan Gampong Jawa, Banda Aceh. Berdasarkan pantauan detikcom Sabtu, (9/10/2021), area tersebut dikelilingi pagar beton setinggi 2 meter.

Salah satu dinding pagar di bagian samping dalam kondisi ambruk. Di bagian depan, terdapat pintu pagar terbuat dari besi bercat merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak ada aktivitas apa pun di lokasi. Area tersebut dipenuhi rumput liar. Di dalam area itu terdapat tiga bangunan, salah satunya terletak di dekat pintu gerbang.

Kondisi situs diduga makam era kesultanan Aceh di area proyek IPAL Banda AcehKondisi situs diduga makam era kesultanan Aceh di area proyek IPAL Banda Aceh (Agus Setyadi/detikcom)

Sekitar 2 meter dari bangunan itu, terletak 11 batu nisan berbagai bentuk dan ukuran. Delapan di antaranya masih utuh dan berukuran besar.

ADVERTISEMENT

Batu-batu nisan itu diatur rapi di satu lokasi. Beberapa batu nisan juga terdapat kain berwarna kuning yang telah pudar.

Tak jauh dari nisan, terdapat kolam berukuran besar yang belum rampung dibangun. Di seberangnya terdapat dua bangunan dengan ukuran berbeda.

Beberapa meter dari kolam pertama, terdapat sejumlah kolam yang sudah dibeton. Kolam-kolam tersebut dipenuhi air.

Arkeolog Aceh Dr Husaini Ibrahim mengatakan, ketika proses pengerukan pembangunan proyek, di sana ditemukan lima makam. Namun kini lima makam itu tidak diketahui keberadaannya. Para pekerja diduga memindahkan lokasi makam ke tempat lain.

Dia kemudian menjelaskan soal batu nisan yang ditemukan. Dia mengatakan ada dua bentuk nisan yang mengindikasikan nisan ulama dan raja.

Menurut Husaini, nisan ulama biasanya tidak menggunakan hiasan berbentuk bulat. Sedangkan nisan para raja memiliki hiasan yang banyak seperti daun atau hiasan lain yang dipadukan unsur luar dan lokal yang ada di Tanah Rencong.

"Di sini terbukti sebagai pusat penyebaran Islam terbesar di Indonesia. Ini tidak bisa diketahui secara pasti karena tidak ada angka tahun. Kalau dilihat dari sudut bentuk batu nisan ini bisa diprediksi abad ke-15, 16, hingga 18. Ada tiga tipe bentuk batu nisan. Kalau ini antara periode kedua dan ketiga," kata Husaini beberapa waktu lalu.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya

Saksikan juga 'Kemenkes Sayangkan Insiden Warga Aceh Acak-acak Lokasi Vaksinasi':

[Gambas:Video 20detik]



Seperti diketahui, Pemerintah Banda Aceh berencana melanjutkan pembangunan proyek IPAL di Gampong Pande pada akhir Februari 2021. Bangunan itu sempat dihentikan karena banyak ditemukan situs bersejarah, seperti nisan diduga makam raja dan ulama Aceh.

Kelanjutan pembangunan tersebut menuai kritik serta penolakan dari sebagian masyarakat Aceh, terutama warga setempat, budayawan, hingga keturunan Sultan Aceh. Hingga kini belum ada pembangunan lanjutan yang dilakukan.

Kondisi situs diduga makam era kesultanan Aceh di area proyek IPAL Banda AcehKondisi situs diduga makam era kesultanan Aceh di area proyek IPAL Banda Aceh (Agus Setyadi/detikcom)

Surat Keturunan Sultan Aceh

Keturunan Sultan Aceh, Cut Putri, mengirim surat kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Cut Putri, yang juga pemimpin Darud Donya, meminta pemimpin Turki membantu Aceh yang tengah dalam kondisi darurat.

"Surat itu berisi permohonan bantuan kepada pemimpin Turki untuk membantu Aceh yang kini tengah berada dalam kondisi darurat," kata Cut Putri seperti dilansir dari Antara, Jumat (8/10).

Cut Putri mengatakan surat itu berisi soal Aceh yang membutuhkan bantuan Turki untuk menyelamatkan khazanah dan warisan Islam Asia Tenggara di Aceh. Menurutnya, kondisi warisan Islam di Aceh sedang pada masa kritis dan terancam dimusnahkan.

Cut Putri menyebut situs sejarah itu termasuk makam kuno para raja dan ulama kesultanan Aceh Darussalam. Ada juga situs makam para ulama dan perwira pasukan Turki Usmani yang dulu dikirim oleh Sultan Turki Utsmani untuk membantu kesultanan Aceh.

Situs yang paling terancam, kata Cut Putri, adalah khazanah peninggalan sejarah peradaban bangsa Turki di kawasan situs sejarah Istana Darul Makmur Kuta Farushah Pindi, Gampong Pande, Banda Aceh. Situs tersebut terancam musnah dengan dibangunnya proyek IPAL Banda Aceh.

"Kawasan bersejarah berisi ribuan makam para raja dan ulama kesultanan Aceh Darussalam dan peninggalan bangunan-bangunan kuno," ujarnya.

Cut Putri mengatakan proyek IPAL mendapat protes dari sebagian masyarakat. Menurutnya, segala upaya sudah dilakukan untuk mencegah musnahnya warisan budaya Islam di Aceh.

"Para raja dan ulama Kesultanan Aceh adalah para aulia, pendiri tonggak sejarah tegaknya dakwah Islam di Asia Tenggara, yang telah memilih tanah Aceh sebagai tempat bersemayam tulang belulangnya," kata Cut Putri.

Halaman 2 dari 2
(agse/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads