Partai NasDem mengatakan pihaknya masih membangun koalisi untuk mengusung calon presiden (capres) pada Pemilu 2024. Sebab, NasDem menyadari bahwa hanya PDIP yang bisa mengusung capres sendirian karena mencapai ambang batas pencalonan atau presidential threshold (PT) 20 persen.
"NasDem juga menyadari bahwa pemilu Pilpres 2024 mendatang itu kan menggunakan threshold hasil pemilu 2019 yang lalu, NasDem 10,4% tentu nggak cukup, karena syarat yang di UU pemilu itu 20%, satu-satunya yang bisa mencalonkan presiden kan PDIP, NasDem tidak," kata Ketua DPP NasDem Saan Mustopa saat menghadiri rilis survei SMRC secara virtual, Kamis (7/10/2021).
Oleh sebab itu, kata Saan, NasDem masih membangun koalisi dengan partai politik lain. Dia juga membuka peluang NasDem akan mengusung Anies Baswedan hingga Ridwan Kamil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menyadari posisi itu, yang dilakukan oleh NasDem itu adalah bagaimana membangun komunikasi dengan partai yang lain agar mencukupi syarat pencalonan presiden. Kalau nama-nama yang ada itu semua NasDem pertimbangkan, misalnya ada Mas Anies Baswedan, ada Pak Ganjar, ada Sandi yang lain-lain, itu sebenarnya masih dalam pertimbangan Partai NasDem, Ridwan Kamil (RK)," tutur dia.
"Tapi sekali lagi, NasDem masih mencari mitra koalisi nanti dengan membangun komunikasi yang intensi dengan partai lain. Mudah-mudahan di 2022 semakin intensif dan sudah jelas koalisinya untuk mencalonkan calon presiden yang disepakati bersama-sama untuk mendukung," lanjutnya.
Saan kemudian menyinggung pencalonan presiden dari Golkar akan mengusung Ketum mereka Airlangga Hartarto yang sebelumnya disampaikan Waketum Golkar Nurul Arifin. Serta pencalonan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang terbuka lebar disampaikan oleh Waketum PD, Benny K Harman. Saan, Nurul, maupun Benny K Harman sama-sama menghadiri rilis survei yang digelar oleh SMRC itu.
"Juga misalnya Golkar, Mbak Nurul, Pak Benny Harman karena ketua umumnya mencalonkan maka otomatis sudah punya calonnya, Mbak Nurul ketua umum mencalonkan dan sebagainya, memang billboard-nya udah di mana-mana calon presidennya, NasDem belum memasang billboard karena belum menentukan calonnya. Tapi kita semua menyadari kayak Golkar tidak mencukupi untuk mencalonkan sendirian, Bang Benny juga partainya sendiri juga tidak mencukupi," jelasnya.
NasDem Bersyukur Elektabilitas Naik
Selain itu, Saan menanggapi naiknya elektabilitas partainya dalam survei SMRC. Dia mengatakan kenaikan itu sebagai bentuk apresiasi dari rakyat.
"Terkait dengan posisi partai, ya kami juga bersyukur dari NasDem dari hasil temuan SMRC dibandingkan hasil temuan satu tahun yang lalu NasDem juga mengalami kenaikan dari 3 persen menjadi 4,2%, tentu ini cukup buat kami untuk mengukur bahwa selami ini kinerja partai kami dalam mengelola kepartaian itu mendapatkan apresiasi dari publik dengan cara naiknya elektabilitas," ujar Saan.
Saan menyadari posisi NasDem sebagai partai koalisi pemerintah Jokowi-Ma'ruf Amin juga mempengaruhi elektabilitas itu. Dia bersyukur bahwa NasDem mengalami kenaikan elektabilitas di saat beberapa partai koalisi lainnya menurun.
"Apalagi sebagai partai pendukung pemerintah memang... dinamika pemerintah tentu sangat berpengaruh terhadap partai koalisi. Di sela-sela partai koalisi mengalami penurunan, tentu NasDem mengalami peningkatan. Ini sekali lagi membuktikan konsolidasi maupun kerja-kerja multipartai ini mendapatkan apresiasi dari publik," kata dia.
Lembaga survei SMRC sebelumnya merilis hasil survei elektabilitas partai politik. NasDem menjadi salah satu partai koalisi pemerintah yang mengalami kenaikan.
"Kecenderungan kenaikan terlihat pada Golkar dari 8,4% jadi 11,3% pada periode yang sama. Kenaikan juga terlihat pada PKB, Demokrat, PKS, NasDem. Dukungan partai lain masih di bawah ambang batas 4%," kata Direktur Survei SMRC, Deni Irvani, dalam siaran YouTube SMRC TV, Kamis (7/10).
Berikut hasil survei:
1. PDIP 22,1%
2. Golkar 11,3%
3. PKB 10%
4. Gerindra 9,9%
5. Demokrat 8,6%
6. PKS 6%
7. NasDem 4,2%
8. PPP 2,3%
9. PAN 1,4%
10. PSI 0,7%
11. Hanura 0,5%
12. Garuda 0,4%
13. Berkarya 0,4%
14. Gelora 0,4%
15. PBB 0,2%
16. PKPI 0,2%
17. Ummat 0,1
18. Lainnya 0,1
19. Tidak tahu/tidak menjawab 18,8%