Gunung Ciremai di wilayah Majalengka, Jawa Barat, adalah lokasi penemuan bahan peledak TATP 'Mother of Satan' sebanyak 35 kg. Densus 88 Antiteror Polri-lah yang menemukan bahan peledak tersebut.
Menurut Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan, penemuan bahan peledak itu bermula dari pengakuan napi terorisme jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) bernama Imam Mulyana.
"Berdasarkan keterangan Imam Mulyana tersebut, pada hari Jumat, 1 Oktober 2021, tim Densus 88 AT Polri bersama dengan tim Jibom Brimob Polda Jabar, Inafis Polres Majalengka, tim Polres Majalengka, dan tim Lapas Sentul yang mengawal napiter Imam Mulyana melakukan pencarian. Seluruh tim membelah hutan yang lebat dengan rute yang tidak lazim selama berhari-hari," ujar Ramadhan kepada wartawan, Senin (4/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bom TATP tersebut langsung diledakkan di lokasi oleh tim Jibom Brimob Polda Jabar. Pemusnahan bom dilakukan di Gunung Ciremai ketinggian 1.450 mdpl, di mana lokasinya tersembunyi dan sulit dijangkau. Diketahui bom itu menimbulkan efek ledakan yang dahsyat.
"Dari hasil pemusnahan itu, diketahui ternyata bahan peledak tersebut masih menghasilkan efek ledakan yang dahsyat," ujar Kabag Banops Densus 88 Kombes Aswin Siregar kepada wartawan, Senin (4/10/2021).
Lantas, bagaimana sebenarnya kondisi fisik Gunung Ciremai tersebut? Untuk mengetahui selengkapnya, simak serba serbi mengenai Gunung Ciremai berikut ini.
Gunung Ciremai: Kondisi Kawasan
Dikutip dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Kuningan, berikut ini kondisi fisik dan biofisik kawasan Gunung Ciremai.
Dalam Surat Keterangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK. 424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004, luas kawasan gunung Ciremai adalah + 15.500 Ha, yang terdiri 6.800,13 Ha di Kabupaten Majalengka dan 8.699,87 Ha di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Sedangkan topografi yang ada di kawasan gunung ini yaitu berombak, berbukit, sampai bergunung, dengan puncak tertinggi mencapai 3.078 mdpl. Dengan puncak ketinggian tersebut, Gunung Ceremai tercatat sebagai gunung tertinggi di Jawa Barat.
Kondisi biofisik Taman Nasional Gunung Ciremai termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Kuningan dan Majalengka yang berbatasan langsung dengan 25 desa di Kabupaten Kuningan dan 20 desa di Kabupaten Majalengka.
Sementara itu, terdapat hutan di kawasan ini. Sebagian besar hutan tersebut merupakan hutan alam primer (virgin forest) yang dikelompokkan ke dalam hutan hujan dataran rendah, hutan hujan pegunungan, dan hutan pegunungan sub-alpin. Gunung Ciremai merupakan gunung api soliter dengan kawah ganda (barat dan timur) dengan radius 600 meter dan kedalaman 250 meter.
Gunung Ciremai: Flora dan Fauna di Sekitar Kawasan
Kawasan Gunung Ciremai merupakan habitat dari flora fauna yang langka, seperti Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan macan kumbang/tutul (Panthera pardus). Berikut ini adalah beberapa jenis flora dan fauna yang ada di sekitar Gunung Ciremai.
Flora
Hutan Gunung Ciremai memiliki + 119 koleksi tumbuhan, terdiri atas 40 koleksi anggrek dan 79 koleksi non-anggrek, termasuk koleksi tanaman hias yang menarik, seperti kantong semar dan dadap jingga. Jenis-jenis anggrek yang mendominasi adalah jenis anggrek Vanda tricolor dan Eria sp, sedangkan jenis anggrek terestial yang mendominasi adalah Calenthe triplicata, Macodes sp, Cymbidium sp, dan Malaxis iridifolia.
Fauna
Sedangkan satwa langka di kawasan Gunung Ciremai, antara lain macan kumbang, surili, dan elang Jawa. Jenis satwa lainnya adalah lutung, kijang, kera ekor panjang, ular sanca, meong congkok, elang hitam, ekek kiling, sepah madu, walik, anis, dan berbagai jenis burung berkicau lainnya.
Di kawasan ini juga terdapat 20 jenis burung sebaran terbatas yang di dalamnya terdapat 2 jenis burung terancam punah, yaitu cica matahari dan poksai kuda serta 2 jenis burung status rentan, yaitu ciung mungkal Jawa dan celepuk Jawa.
Soal pengakuan pemilik bom di Gunung Ciremai juga dapat dicek di halaman selanjutnya.
Tonton juga video bincang-bincang tentang bahaya stroke di bawah ini:
Pengakuan Pemilik Bom di Gunung Ciremai
Pemilik bom TATP, Imam Mulyana, kini statusnya masih sebagai narapidana terorisme. Ia ikut bersyukur TATP itu dapat ditemukan.
"Yang pertama, (TATP) seberat 35 kg, saya tidak menyangka ternyata sangat berbahaya," kata Imam Mulyana dalam video yang diterima detikcom, Senin (4/10/2021).
Imam juga menyinggung soal proses disposal TATP. Ia mengaku menangis ketika mendengar suara ledakan yang ditimbulkan pada saat proses disposal. Ia juga tidak bisa membayangkan jika bom tersebut ditemukan oleh oknum jahat untuk disalahgunakan.
"Sehingga ketika mendengar ledakan itu, saya menangis, karena setelah saya menyadari begitu berbahaya barang tersebut sehingga bagaimana jadinya barang tersebut didapatkan oleh orang yang tidak baik, apalagi dipergunakan untuk melakukan tindak kejahatan akan ada berapa banyak jiwa atau kerusakan yang terjadi," tambahnya.
Imam pun menyesal sudah menyimpan bahan peledak 'Mother of Satan' di kaki Gunung Ciremai. Kemudian, ia bersyukur dan berterima kasih kepada tim Densus 88 Antiteror yang berhasil menemukan bahan peledak tersebut.
"Maka saya merasa terharu, saya merasa menyesal, saya merasa bersyukur bahwa barang tersebut dengan hakulyakin saya serahkan kepada pihak yang berwenang, kepada pihak yang bisa menanganinya dan alhamdulillah semua itu berjalan lancar. Kami berterima kasih kepada semua tim yang telah berjuang harus mendaki dengan medan yang tinggi dan terjal dan dengan sabar dan ikhlas sampai akhirnya ditemukan," tuturnya.