Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini kembali membuat kontroversi dengan gaya marah-marahya. Kemarahan Risma pun membuat Gubernur Gorontalo Rusli Habibie merasa tersinggung.
Aksi Risma marah-marah terekam dalam video yang akhirnya beredar luas di media sosial. Tampak dalam video seperti dilihat detikcom, awalnya seorang pria berdiri di sisi depan sebelah kanan Risma sedang berbicara sambil sesekali memegang handphone. Risma pun sesekali merespons pernyataan pria tersebut.
"Jadi bukan kita cor, ya," kata Risma sambil memegang mik, seperti dalam video.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, mendadak perhatian Risma tertuju pada pria berkemeja merah yang ada di sisi depan sebelah kirinya. Risma lantas berjalan menghampiri pria tersebut sambil marah dan menunjuk menggunakan benda seperti pulpen.
"Tak tembak kamu ya, kamu tak tembak, ya," ucap Risma kepada pria yang mengenakan kemeja merah.
Tidak jelas alasan Risma tiba-tiba bersikap demikian. Akan tetapi, ketika Risma berjalan, pria berkemeja merah yang awalnya duduk itu berdiri.
"Tak tembak kamu," tegas Risma sambil kali ini mendorong pria tersebut menggunakan benda seperti pulpen.
Sontak pria yang sebelumnya berdiri ketika dihampiri Risma jadi terduduk seketika akibat dorongan Risma. Suasana rapat pun menjadi hening saat itu.
Risma saat itu masih berdiri di tempat selama beberapa detik sambil memandang ke arah pria berkemeja merah itu. Tak lama kemudian, Risma akhirnya kembali ke tempat duduknya.
Lagi-lagi Risma kembali melontarkan nada tinggi. Dia membahas terkait DTKS.
"DTKS, DTKS dicoret. Saya tidak berani nyoret," sebut Risma dengan nada tinggi.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:
Simak Video: Gubernur Gorontalo Tersinggung Risma Marah dan Ngamuk ke Warganya
Gubernur Gorontalo Tersinggung Risma Marahi Warganya
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie ternyata tidak terima dan merasa tersinggung atas sikap Mensos Tri Rismaharini atau Risma yang memarahi salah seorang warganya. Dia menilai sikap Risma, seperti dalam video yang beredar, tidak patut.
"Saya saat melihat video itu sangat prihatin. Saya tidak memprediksi seorang ibu menteri, sosial lagi, memperlakukan seperti itu. Contoh yang tidak baik," kata Rusli setelah menghadiri acara Survei Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Pemerintah, di Hotel Maqna, Jumat (1/10), seperti dilansir di situs Pemprov Gorontalo.
Rusli mengingatkan Risma untuk menjaga sikap di depan masyarakat, terlebih saat berkunjung ke kampung orang. Menurut Rusli, Risma saat itu marah-marah ke salah seorang pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) dalam rapat yang digelar pada Kamis (30/9).
"Pangkat, jabatan, harus kita jaga. Tidak ada artinya pangkat ini, semua kita tinggalkan. Kalaupun, toh, dia salah, ya dikoreksi, di depan umum lagi," sebut Rusli.
Elite Golkar Bela Gubernur Rusli
Elite Partai Golkar turut merespons sikap Gubernur Gorontalo Rusli Habibie yang merasa tersinggung dengan sikap Mensos Tri Rismaharini atau Risma marah-marah. Golkar membela Rusli.
"Itu kan urusan pemerintah, nggak ada hubungannya dengan Golkar," kata Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Sulawesi DPP Golkar Muhidin Mohamad Said kepada wartawan, Minggu (3/10/2021).
Namun, menurut Muhidin, respons Rusli merupakan pengingat untuk melakukan perbaikan. Rusli diyakini hanya ingin Risma memperbaiki cara berkomunikasi.
"Apa yang disampaikan oleh Gubernur itu suatu hal untuk perbaikan sikap seorang pejabat setingkat menteri, agar memberikan suatu perbaikan dalam berkomunikasi, apalagi dengan seorang pegawai kecil," sebut Muhidin.
Risma dibela legislator PDIP di halaman berikutnya:
Legislator PDIP Bela Risma
Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PDIP Selly Andriany Gantina membela Mensos Tri Rismaharini atau Risma, yang dikritik Gubernur Gorontalo Rusli Habibie karena memarahi pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di wilayahnya. Selly menegaskan sikap marah-marah Risma tak boleh mengaburkan persoalan inti.
Selly meyakini Risma tidak akan marah-marah kalau tidak ada persoalan serius yang dampaknya fatal, dan Risma memiliki tanggung jawab besar. Mantan Wakil Bupati Cirebon itu mengibaratkan Risma sebagai ibu yang sedang memarahi anaknya.
"Ingat, ketika kita kecil dulu, ibu kita tidak akan memarahi kalau kita tidak berbuat salah. Kalau di persoalan di marah-marahnya. Ya menurut saya, ibarat keluarga, pendamping PKH ini anak dari Ibu Menteri, sedangkan Bu Menteri ibunya. Jadi wajar aja, namanya ibu yang marah ke anak, itu tanda sayang. Representasi dari perhatian. Kalau bukan anak, ya pasti didiamkan saja, tapi inikan anak," papar Selly.
Lebih lanjut anggota DPR dapil Jawa Barat VIII itu mengingatkan jangan sampai sikap marah-marah Risma justru menutupi persoalan utama, yakni perihal Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
"Justru, yang tidak boleh kabur adalah persoalan utamanya, yakni DTKS (KPM PKH) yang menghilang. Hanya mungkin tempatnya dan waktunya yang tidak pas," sebut Selly.