Respons Elite PDIP
Sementarara itu, Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno merespons pernyataan Didi Mahardika, yang menyebut sang kakek dibunuh. Menurut Hendrawan, di buku-buku sejarah juga ditulis bahwa Sukarno tidak diperlakukan manusiawi saat tinggal di Wisma Yasoo.
"Yang tertulis di buku-buku, (Sukarno) wafat di Wisma Yasoo karena sakitnya tidak ditangani dokter yang ahli dalam bidangnya (bahkan diduga yang menangani dokter hewan). Pada tahun dan bulan-bulan terakhir, hidupnya diisolasi dari dunia dan rakyat yang dicintainya. Pokoknya perlakuan yang tidak manusiawi untuk seorang Bapak Bangsa," kata Hendrawan kepada wartawan, Jumat (1/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendrawan menyebut para ahli sejarah juga sepakat berakhirnya kepemimpinan Sukarno tak terlepas dari andil asing. Ada campur tangan Amerika Serikat (AS) dalam mengkudeta kepimpinan Sukarno.
"Para ahli juga bersepakat, apa yang terjadi tidak lepas dari 'politik luar negeri AS di Asia Tenggara', dan transisi kekuasaan yang terjadi merupakan suatu 'kudeta merangkak'. Jadi 'hantu komunisme' pada masanya adalah sebuah proyek politik AS," ujarnya.
Lebih lanjut Hendrawan menuturkan apa yang tertulis buku sejarah itu sudah menjadi pengetahuan umum. Hendrawan berharap masyarakat tidak terjebak dalam narasi sebaliknya.
"Pengetahuan ini sudah ditulis di buku-buku dan sudah menjadi pengetahuan umum. Kita tidak boleh terjebak dalam daur ulang narasi dendam dan permusuhan," sebutnya.
(rdp/rdp)