Berbagai elemen dalam pernikahan umumnya dibuat mewah dan meriah untuk menyemarakkan hari istimewa para pasangan. Tak terkecuali di Lampung, pernikahan adat daerah ini wajib disemarakkan oleh dekorasi khas dari kerajinan Sulam Lidah Pengantin.
Pengrajin sekaligus pemilik usaha Sulam Lidah Pengantin, Ilis Indahsari mengatakan kerajinan Sulam Lidah Pengantin merupakan tradisi wajib di Lampung. Sebab, kerajinan ini bakal digunakan di hari pernikahan sebagai dekorasi pelaminan atau tempat duduk pengantin.
Adapun satu set dekorasi dari Sulam Lidah Pengantin ini terdiri dari kain Pengapik (hiasan untuk pintu kamar pengantin di sebelah kanan kiri pelaminan), kain Tirai Nurun (kain untuk puadai, atau hamparan kain di tempat duduk pengantin ketika bersanding), Lidah-lidah (hiasan di atas dudukan pengantin yang berbentuk seperti lidah menjulur), hiasan dinding, serta bantal kursi di pelaminan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ilis mengatakan dekorasi Sulam Lidah Pengantin ini dibuat di atas kain beludru berwarna, umumnya berwarna merah, biru, hitam, atau bisa juga pink. Kain beludru dipilih sebagai bahan alas karena tampilannya yang tampak mewah.
Setelah memilih kain, nantinya para pengrajin akan membuat pola di atas kain tersebut untuk mempermudah proses penyulaman. Untuk warna dari sulam sendiri, Ilis menyediakan berbagai pilihan. Ia mengatakan, pasiran mote-mote (payet) yang digunakan untuk sulam bisa dibuat satu warna agar seragam, atau dibuat berwarna-warni untuk membuatnya tampak semarak.
"Biasanya kalau warna-warni pasiran kita pakai warna hijau, putih, kuning, atau merah. Biar terang, kan untuk pernikahan jadi meriah," ungkap Ilis kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Ilis mengatakan tidak ada motif khusus dengan makna tertentu yang diwajibkan dalam kerajinan ini, meski demikian ia mengaku kerap membuat motif yang memperlihatkan keindahan alam. Misalnya, motif nanas, siger, kembang-kembang, juga burung merak.
![]() |
Untuk sulamannya sendiri, Ilis menerangkan kalau tingkat kerumitannya bisa disesuaikan dengan budget dari para pemesan. Untuk banderol harga yang lebih murah, sulaman yang dilakukan biasanya tidak padat. Sebab, pasiran dari payetnya hanya membentuk bingkai gambar. Sementara untuk harga yang lebih mahal, pasiran payet akan dibuat penuh sehingga dekorasi yang dihasilkan bakal lebih meriah.
"Pengerjaan kalau satu set ini bisa 2 bulan, mulai dari beli kain, motong kain, buat pola di atas kain, disulam dengan mote warna-warni. Ketika sudah selesai dipasang mote, baru dilamak (diberi tambahan lapisan kain pada bagian belakang agar kain tidak cepat rusak), baru diberi rumbai sebagai hiasan pinggir kain," terangnya.
Kendati di tengah pandemi pernikahan besar-besaran sulit dilakukan, Ilis mengaku usahanya tetap lancar. Walau tak selalu dalam jumlah pasti, ia mengaku terus menerima pesanan setiap bulannya akan tetapi Ilis juga mengatakan tidak bisa mengambil banyak pesanan karena pembuatan dekorasi Sulam Lidah Pengantin yang terbilang rumit.
Melalui usaha Sulam Lidah Pengantin ini, ia pun berharap bisa menambah penghasilan dan meningkatkan taraf hidup. Sebagai modal, Ilis mengaku sangat terbantu dengan adanya bantuan pinjaman modal dari Permodalan Nasional Madani (PNM). Ia mengatakan telah menjadi nasabah PBM program Mekaar sejak 4 tahun terakhir hingga bisa memulai usaha sekaligus meneruskan tradisi Sulam Lidah Pengantin.
Tak cuma mendapat pinjaman, Ilis mengaku akan mulai menabung di rekening BRI ke depannya. Terlebih dengan adanya Co-Location Sentra Layanan Ultra Mikro (Senyum) BRI Unit Gotong Royong di Gunung Sugih, Lampung Tengah yang membuat layanan perbankan serta permodalan jadi semakin dekat.
detikcom bersama BRI mengadakan program Sinergi Ultra Mikro di Bandar Lampung dan Semarang untuk memantau upaya peningkatan inklusi finansial masyarakat melalui sinergi BRI, Pegadaian, dan PNM dalam Holding Ultra Mikro. Holding Ultra Mikro berupaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan untuk peningkatan UMKM di Tanah Air. Untuk informasi lebih lengkap, ikuti beritanya di https://sinergiultramikro.detik.com/.
(akn/ega)