Jeni menuturkan warganya terbilang mumpuni dari sisi ekonomi, tapi memang sederhana. Ada yang bekerja sebagai nelayan, petambak, dan budi daya burung walet.
"Mata pencarian utama penduduk di sini 40 persen berprofesi sebagai nelayan, 50 persen petambak udang windu, dan sekitar 10 persen pembudi daya burung walet. Secara ekonomi mereka berkecukupan, meski hidup sederhana di desa," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kehidupan warga di desa tersebut, sambung Jeni, juga memang sangat berdampingan dengan alam. Mereka melaut di Selat Bangka untuk mencari ikan duri atau disebut warga sekitar baung laut.
"Ikan tersebut disalai atau diasap sebelum dijual kepada pengepul yang datang ke desa. Harganya sekitar Rp 45.000 per kg, itu sudah disalai (ikan asap)," bebernya.
Sementara untuk hasil tambak udang windu dipasarkan ke Rawa Jitu Lampung, Palembang, bahkan Muara Angke, Jakarta. Untuk penghasilan dari budi daya walet, warga menjual sarang burung tersebut di Palembang dan harganya mencapai puluhan juta rupiah per kilogram.
"Udang windu itu kalau di Palembang, kelas reguler harganya sekitar Rp 62.000 per kg, kalau Black Tiger bisa mencapai Rp 70.000 per kg. Sarang burung walet itu tahu sendiri ya, harganya sekitar 8 sampai 10 juta rupiah per kilo. Jualnya di Jalan Veteran, Palembang," terang Jeni.
Sekolahkan Anak di Kota Besar
Meski berada di pesisir dan jauh dari keramaian, warga Desa Kuala Dua Belas mampu menyekolahkan anak-anak mereka di kota-kota besar, seperti Palembang dan Jakarta. Untuk menyekolahkan anak ini, mereka membeli atau menyewa rumah di kota-kota tersebut.
"Kalau di Palembang, sekitaran kampus di daerah Plaju. Kalau di Jakarta sekitar Pantai Indah Kapuk, ada juga di kota-kota lain, seperti Bandung dan Yogyakarta," pungkas Jeni.
(aud/haf)