Pakar Nilai Demokrat Patut Khawatir Lawan Yusril soal AD/ART

Pakar Nilai Demokrat Patut Khawatir Lawan Yusril soal AD/ART

Matius Alfons - detikNews
Minggu, 26 Sep 2021 06:16 WIB
Ketua tim kuasa hukum pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Yusril Ihza Mahendra selaku pihak terkait menyampaikan keterangan pada sidang lanjutan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2019 di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa (18/6/2019). Sidang tersebut beragendakan mendengarkan jawaban termohon, pihak terkait dan Bawaslu. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
Foto: Yusril Ihza Mahendra (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta -

Pengacara kondang Yusril Ihza Mahendra digandeng sejumlah mantan kader Partai Demokrat untuk menggugat AD/ART Partai Demokrat. Rencana gugatan itu pun ternyata diserang oleh beberapa kader Demokrat sehingga berujung pada perseteruan.

Direktur Parameter Politik, Adi Prayitno menjelaskan kader Partai Demokrat memberikan reaksi terhadap Yusril lantaran Yusril nampak di mata Demokrat sebagai orang yang tidak tahu terima kasih. Di sisi lain, Yusril juga dikenal tak pernah kalah dalam berperkara.

"Ini buntut Yusril jadi pengacara eks kader Demokrat yang mengguggat keabsahan AD/ART 2020. Yusril diserang balik kader Demokrat karena dinilai tak tahu terima kasih karena PD telah dukung anaknya di Pilkada. Jadi efeknya kemana-mana, saling mengungkit jasa. Demokrat pantas panik dengan nyerang Yusril karena pengacara kondang ini nyaris tak pernah kalah berperkara," kata Adi saat dihubungi, Sabtu (25/9/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut Yusril akhirnya bereaksi dengan menyebut Susilo Bambang Yudhoyono tak mungkin bisa menjadi Presiden pada 2004 tanpa dirinya. Adi menilai statement tersebut tidak sepenuhnya salah.

"Saat itu SBY melawan nama-nama besar seperti Megawati, Wiranto, dan Amien Rais. Sekecil apapun dukungan PBB pasti penting dalam rezim one man one vote. Karena satu suara pun ada artinya. Tapi dukungan PBB tidak terlalu determinan. Demokrat bisa maju sendiri tanpa PBB dan SBY mulai jadi idola saat itu. Pernyataan Yusril soal SBY tak bisa maju tanpa PBB itu klaim berlebihan," ucap Dosen Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah ini.

ADVERTISEMENT

"Pernyataan Yusril ada benarnya. SBY mungkin bisa gagal maju tanpa dukungan PBB untuk memenuhi ambang batas Presiden. Tapi setelah itu murni karena pesona SBY yang dipilih rakyat, bukan karena partai pengusung," lanjutnya.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno.Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno. Foto: Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno (Dok: Istimewa)

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Saksikan juga 'Sidang PTUN, PD Nilai Bukti Kubu Moeldoko Tak Relevan':

[Gambas:Video 20detik]



Adi menyebut sebetulnya saling ungkit jasa antara Yusril dan Demokrat tidak ada gunannya saat ini. Dia menilai Partai Demokrat dan Yusril harusnya mulai fokus untuk saling berhadapan di Mahkamah Agung.

"Saling ungkit jasa tak ada guna sekarang. Yang guna tentu soal perang keabsahan AD/ART Demokrat yang sedang digugat Yusril ke MA. Jadi, kubu eks Demokrat ini sedang menyerang jantung kubu AHY soal keabsahan AD/ART yang menjadi 'kitab suci' mereka," tuturnya.

Lebih lanjut, Adi menilai sepatutnya Partai Demokrat mulai khawatir dengan kehadiran Yusril Ihza Mahendra diigandeng oleh mantan kader Demokrat. Selain karena sosok Yusril, dia menyebut keabsahan posisis Ketum Demokrat AHY dalam bahaya jika gugatan dimenangkan oleh Yusril.

"Demokrat patut khawatir, patut was-was karena yang mereka hadapi Yusril yang dalil hukumnya sangat mantap. Demokrat tentu tak nyenyak tidur dengan gugatan AD/ART ini. Kalau judicial review Yusril diterima MA, maka posisi Demokrat AHY makin rentan karena AD/ART mereka dianggap tak absah," ujarnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads