Anggota DPR Tak Kampanye Dinilai Bakal Pentingkan Uang Ketimbang Dapil

Anggota DPR Tak Kampanye Dinilai Bakal Pentingkan Uang Ketimbang Dapil

Arief Ikhsanudin - detikNews
Senin, 20 Sep 2021 08:33 WIB
Rapat paripurna DPR, Selasa (22/6/2021).
Foto: Eva Safitri/detikcom
Jakarta -

Peneliti dari Universitas Indonesia (UI) Aditya Perdana buka suara terkait pernyataan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj yang menyebut ada politikus tanpa kampanye namun bisa menjadi anggota DPR. Menurut Aditya, mereka adalah politikus yang menggunakan uang untuk terpilih.

"Apabila uang banyak untuk membiayai, tidak usah kampanye, tinggal bayar aja pakai aja, pakai politik uang. Istilah politisi itu ngebom di masa-masa akhir pemilu. Dua tiga bulan sebelum pemilihan," ucap Aditya saat dihubungi, Minggu (19/9/2021).

Setelah terpilih, orientasi mereka adalah mengembalikan uang yang telah keluar. Sehingga, mereka tidak akan memperhatikan daerah pemilihan (dapil) tempat masyarakat memilihnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika jadi, orientasinya, bagaimana caranya saat jadi anggota depan, dia kumpulkan uang sebanyak-banyaknya minimal apa yang keluar kemarin, pemilu, bisa terbayarkan dengan cepat," ujarnya.

"Dia tidak akan ke dapil. Yang dipikirkan adalah orientasi bagaimana caranya apa yang sudah keluar masa kampanye, dia cari secepatnya agar melunasi apa yang dikeluarkan," katanya.

ADVERTISEMENT

Aditya menilai, sistem terbuka yang dianut di Indonesia memiliki kelemahan tersebut. Namun, ada hal yang bisa dilakukan partai untuk meminimalisir terjadinya anggota DPR yang tak pernah turun kampanye.

"Jadi calon dikader dulu, bukan instan. Kalau dulu mereka mengeluh, orang banyak duit bisa menang, beli suara, bertahan sebagai anggota dewan sepanjang lama. Lalu, tidak punya kontribusi apapun ke partai, dalam artian mempertahankan suara di partainya, karena orang ini mudah pindah partai," katanya.

Dengan menjadi kader sekian tahun, calon anggota legislatif (caleg) akan mendapat pendidikan. Selain itu, kepada kader baru, mereka diminta turun ke calon daerah pemilihan.

"Kalau mau jadi caleg, harus dua tahun dulu, ke dua, di masa dua tahun dia sudah mengikuti berbagai pelatihan, baik itu latihan dasar, latihan madya, atau advance, dan semua itu dibuktikan secara tertulis ketika mendaftar caleg," katanya.

"Misal dia kader baru, terus kemudian komitmen ikut pencalonan, enam bulan sampai satu tahun sebelumnya ada di dapil itu. Terus sering interaksi dengan masyarakat. Itu cara-cara secara regulasi yang mungkin akan memperbaiki kekhawatiran Kiai Said," ujarnya.

Simak juga video 'Beda dengan KD, Ini Gaji Anggota DPR yang Disebut Masinton':

[Gambas:Video 20detik]



Said Aqil Singgung Politikus Tak Kampanye

Penyataan Said Aqil itu terekam dalam video yang diunggah di akun YouTube NU Channel seperti dilihat, Minggu (19/9/2021). Said Aqil awalnya meminta warga NU menjaga simbol-simbol dan budaya. Dia lalu berbicara mengenai politik.

"Politik yang masih jauh dari yang kita harapkan karena kita masih belajar. Ini Pak Faisal ini anggota DPR ini tapi belum mateng berpolitik, buktinya kalau supaya menang jadi anggota DPR, kampanye di dapil itu berhari-hari tapi ada orang jadi DPR nggak kampanye tuh, nggak tuh nggak kampanye, ya teman-teman Pak Mochtar lah. Beberapa pimpinan DPR, malah jadi pimpinan sekarang, ada yang jadi menteri juga. Nggak usah saya sebut namanya lah," kata Said Aqil.

Said Aqil mengistilahkan mereka yang tidak kampanye tapi terpilih sebagai anggota DPR sebagai politikus yang matang. Dia lalu menyinggung politikus yang harus berhari-hari turun ke dapil agar terpilih sebagai wakil rakyat.

"Menang jadi anggota DPR nggak kampanye, nggak. Tahu-tahu jadi, udah mantap, udah mateng, punya teamwork. Di samping uangnya juga, dananya juga. Lah, kalau Pak Faisal waktu pemilihan umum ke NTB, ya Allah sampai meninggalkan keluarga berminggu-minggu itu, dan lain-lain semua anggota DPR teman kita bisa menang itu karena berminggu-minggu di dapil itu berdarah-darah, berkeringat-keringat," ujar Said Aqil.

"Kalau ada orang yang jadi anggota DPR turun aja nggak pernah tuh, pidatonya aja nggak pernah, kok tahu-tahu jadi. Itu yang kita belum bisa terus terang saja, belum mateng, belum dewasa berpolitik kita begitu juga finansial kita yang masih jauh dari kita harapkan," sambung Said Aqil.

Halaman 2 dari 2
(aik/aik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads