Makassar -
Perasaan sakit hati karena mengaku difitnah kerap bermain judi menjadi dalih Geraldus melempar bom molotov ke rumah pendeta Lukas Dayung di Makassar, Sulawesi Selatan. Namun pengakuan Geraldus tersebut dibantah mentah-mentah oleh pendeta Lukas.
Awal Mula Penangkapan
Peristiwa pelemparan bom molotov di rumah seorang pendeta pimpinan Gereja Toraja Klasis Makassar bagian Timur ini, terjadi di kawasan perumahan dosen, Makassar, Sulsel, pada Minggu (19/9) sekitar pukul 01.00 WITA. Aparat kepolisian gabungan yang menginterogasi korban dan melakukan penyelidikan, kemudian menangkap pelaku tak jauh di sekitar TKP.
"Jadi tadi ada kejadian salah satu rumah warga di kecamatan tamalanrea dilempar bom Molotov oleh satu orang pelaku yang sementara ini sudah kami amankan gabungan dari Resmob Polda Sulsel, Jatanras Polrestabes Makassar , dan Polsek Tamalanrea," ujar Kanit Jatanras Polrestabes Makassar, Iptu Afhi Abrianto, pada Minggu (19/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil interogasi awal, pelaku mengaku sebagai mantan pekerja di Gereja tempat korban melayani. Pelaku nekat melakukan perbuatannya, lantaran merasa difitnah dan dipecat oleh korban.
"Untuk motif pelaku saat kami interogasi bahwa pelaku merasa sakit hati karena sudah difitnah dan dipecat dari kerja oleh korban," kata Afhi.
Lanjut Afhi, pelaku juga telah mengakui perbuatannya. "Untuk pelaku untuk saat ini hanya satu orang dari interogasi," tutur Afhi.
Dalam kasus ini, polisi turut menyita barang bukti. Barang bukti ini berupa bensin hingga botol plastik yang digunakan untuk membuat bom molotov.
"Barang bukti yang diamankan saat kami geledah rumah pelaku, ada botol berisi bahan bakar bensin, ada beberapa buah isolasi warna hitam dan selang mengeluarkan bensin dari motor pelaku," jelas Afhi.
Pelaku Ngaku Sakit Hati
Geraldus mengaku nekat melakukan aksinya lantaran sakit hati kepada korban. Pelaku mengaku dendam kepada korban lantaran dipecat.
"Saya sakit hati sama dia (korban). Dia fitnah saya di Gereja sampai saya dipecat tadi siang (Sabtu)," ujar Geraldus, pada Minggu (19/9).
Geraldus juga menyebut korban menuduhnya kerap bermain judi.
"Itu alasannya saya main judi, padahal Pak pegang kartu saya tidak pernah, saya tidak tahu, saya difitnah," sebut Geraldus.
Pelaku menambahkan, dia merupakan pekerja di Gereja tempat korban juga melayani.
"(Sebelum dipecat) saya sebagai koster, pembersih dan keamanan (gereja)," pungkas Geraldus.
Pendeta Lukas Membantah
Pendeta Lukas membantah keterangan Geraldus. Dia merasa tidak pernah memfitnah pelaku soal sering main judi.
"Saya tidak pernah bicara tentang dia main judi, mungkin ada yang lapor salah itu. Dia cuma bikin sendiri itu, memang itu anak malas bekerja di Gereja jadi dia cari kambing hitam makanya dia dipecat," ujar korban, Lukas Dayung, saat dihubungi detikcom, pada Minggu (19/9).
Pemecatan terhadap pelaku dari Gereja tempatnya bekerja juga diketahui bukan keputusan dari korban. Pemecatan tersebut berdasarkan rapat dari jemaat Gereja tempat pelaku bekerja.
Korban mengaku hampir tidak pernah berkomunikasi dengan pelaku. Namun, memang tiga hari sebelumnya korban sempat menegur pelaku melihat caranya membersihkan Gereja.
"Dia buat cerita, dia yang fitnah, dia kasih tahu dalam situasi kapan bilang dia main judi, saya tidak pernah komunikasi dengan itu orang. Komunikasi saya itu hari waktu saya bilang kalau menyapu kasih pakai sapu yang bagus supaya bersih Gereja," jelas Lukas.
Korban menambahkan, memang mengakui sering mengeluh terkait kebersihan di Gereja tempat pelaku bekerja kepada orang-orang. Namun, dirinya tidak memiliki kewenangan untuk memberhentikan atau memecat pelaku.
"Saya curiga ada orang yang mungkin kasih tahu dia bahwa Pendeta Lukas, kasih tahu orang di luar kau itu tidak beres kerja, karena memang sering saya bilang di luar itu coster (sebutan kerja pelaku) mu bayangkan Gereja begitu andai saya Pendeta disini itu coster saya pecat, tapi saya tidak pernah bilang pecat itu coster," kata Lukas.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini