Bukan Virus atau Bakteri yang Bikin Burung Pipit Mati Massal di Bali

Round-Up

Bukan Virus atau Bakteri yang Bikin Burung Pipit Mati Massal di Bali

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 18 Sep 2021 07:48 WIB
Video burung-burung dalam keadaan basah berjatuhan di tanah viral di medsos. Video yang dibagikan sejumlah itu disebut terjadi di Bali. (Facebook Dek Eko)
Video burung-burung dalam keadaan basah berjatuhan di tanah viral di medsos. Video yang dibagikan sejumlah itu disebut terjadi di Bali. (Facebook Dek Eko)
Denpasar -

Kematian massal burung pipit di Kabupaten Gianyar, Bali, masih menjadi misteri. Namun sudah bisa dipastikan kematian burung-burung pipit tersebut bukan karena virus atau bakteri.

Kematian massal burung ini menghebohkan publik setelah sebuah video yang menampilkan sejumlah burung pipit berjatuhan dari atas pohon viral di media sosial.

Video itu direkam oleh Kadek Sutika sekitar pukul 08.00 Wita. Setelah merekam video tersebut, dirinya langsung mengunggah ke Facebook dan langsung viral beberapa menit kemudian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya, awalnya saya rekam dulu itu, habis itu langsung unggah di FB. Kira-kira jam 8 lebih dikit (sudah viral). Nggak sampai setengah 9, kira kira jam 8 lewat seperempat rasanya sudah viral," kata Sutika saat dihubungi detikcom, Kamis (9/9) malam.

Pemkab Gianyar pun seketika turun tangan. Mereka membawa sampel burung yang berjatuhan itu untuk diuji laboratorium.

ADVERTISEMENT

Apa Hasilnya?

Uji laboratorium menunjukkan bahwa burung-burung tersebut tidak terkena penyakit infeksius.

"Kematian burung-burung tersebut tidak mengarah pada penyakit infeksius. Itu saja hasilnya," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar Made Santiarka.

Dia mengaku mendapatkan hasil uji lab dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar pada Kamis (16/9). Santiarka menjelaskan penyakit infeksius bisa disebabkan oleh serangan mikroorganisme berupa bakteri, virus, jamur, dan parasit.

Lihat juga video 'Selain di Bali, Fenomena Burung Pipit Mati Massal Juga Ada di Cirebon':

[Gambas:Video 20detik]



Selengkapnya di halaman berikutnya

Negatif Flu Burung

BBVet Denpasar mengecek penyakit infeksius tersebut melalui pemeriksaan histopatologi. Kemudian hasil tes polymerase chain reaction (PCR) juga menunjukkan bahwa satwa tersebut negatif dari penyakit flu burung.

Karena itu, Santiarka hingga kini belum mengetahui kepastian penyebab kematian burung-burung tersebut. Ia hanya bisa menduga bahwa burung tersebut mati karena kondisi alam, yakni berupa hujan deras dan angin kencang.

"Jadi kemungkinan pada saat hujan lebat tersebut ada gas, gas beracun, terutama yang terhirup oleh burung-burung tersebut. Di samping itu, karena terlalu banyak diguyur air, jadi dia agak keselek (tersedak)," katanya.

Dugaan Kekurangan Oksigen

Dia menduga burung mati massal karena asupan oksigen kurang. Tetapi hal ini masih sebatas dugaan.

"Terlalu banyak numpuk juga burungnya. Jadi kan asupan O2 atau asupan oksigen kurang. Jadi bisa saja karena kekurangan O2 juga dia mati. Di samping itu juga kemungkinan juga bisa matinya karena habis makan-makanan yang beracun," kata dia.

Karena belum diketahui kepastian penyebab kematian burung-burung tersebut, Santiarka berharap kepada Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar untuk mencari tahu lebih jauh.

"Ya kita berharap sih begitu (dicari tahu lagi). Tapi nanti terserah labnya apakah mau diteliti lebih lanjut apa nggak. Kalau kita hanya menebak-nebak gitu kan, enak, pas. Dibilang hanya burungnya habis makan makanan beracun, tapi di mana dia dapat makanan beracun. Kan kita tidak bisa mengetahui," paparnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads