Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria sering berbeda pendapat dan pandangan berkaitan dengan sejumlah hal. Yang terakhir, perbedaan pandangan itu terjadi berkaitan dengan sanksi terhadap Holywings Kemang, yang melanggar aturan PPKM Level 3.
Lantas, apa sebetulnya penyebab kerap terjadi perbedaan pendapat antara keduanya?
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya awalnya menjelaskan perbedaan pandangan itu bisa diartikan karena adanya perbedaan ambisi politik. Dia menilai Anies Baswedan masih memiliki ambisi politik untuk Pilpres 2024, sedangkan Riza Patria cenderung tidak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Suka atau tidak memang ada 2 pola pikir yang berbeda dari sosok Anies dan Riza. Riza jelas tidak memiliki kepentingan politik pencitraan yang besar karena dia tidak ingin menjadi seorang capres atau cawapres, bahkan untuk sekadar jadi cagub DKI namanya sayup-sayup terdengar saja, tidak terlalu mencuat. Sementara Anies kan kita tahu memang cenderung sering melemparkan pernyataan yang dalam 'panggung yang bersifat pencitraan yang kuat'," kata Yunarto saat dihubungi, Sabtu (11/9/2021).
Alasan itulah, kata Yunarto, yang kemudian membuat keduanya kerap memberikan pernyataan yang berbeda. Dia menyebut Riza Patria cenderung menghadapi hal-hal yang bersifat negatif, sedangkan Anies selalu muncul dalam kondisi yang positif.
"Kalau kita lihat bahkan ada kecenderungan hal-hal yang bersifat negatif atau kritik lebih banyak dihadapi oleh Riza, sementara konteks konpers atau hal-hal terkait klaim prestasi seperti penghargaan selalu Anies yang muncul, nggak usah jauh-jauhlah, terkait Paripurna pertanggungjawaban APBD yang muncul kan Wagub DKI A Riza, padahal yang punya RPJMD dan janji kampanye adalah Anies loh, A Riza tidak pernah punya janji kampanye karena dia tidak pernah kampanye," jelasnya.
"Dari situ terlihat kehati-hatian seorang Anies untuk memilih statemen-statemen yang dianggap menguntungkan citranya atau tidak atau memiliki dampak elektoral atau tidak karena mungkin dia memiliki ambisi politik yang lebih ya, berbeda dengan A Riza yang saya pikir tidak ada dalam posisi panggung pencitraan tersebut. Itu yang akibatkan beberapa statemen artinya sering kali terlihat bertolak belakang," lanjutnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Lebih lanjut, Yunarto juga berpendapat ada pembagian tugas good cop dan bad cop antara Anies dan Riza Patria. Pembagian itu artinya Ahmad Riza akan menyampaikan statement yang lebih tidak populer di masyarakat atau menjadi 'bumper politik', sedangkan Anies akan menyampaikan statement yang disukai oleh publik.
"Jangan-jangan ada pembagian tugas good cop-bad cop sehingga kemudian ada yang seakan-akan menjadi bumper politik untuk statemen yang lebih tidak populer, dalam hal ini A Riza, contoh satu aja, contoh terakhir sudah jelas ada pelanggaran keras Holywings, Anies katakan dengan tegas sampai pandemi tidak ada lagi dengan segala macam alasan yang sudah dibeberkan, Riza mengatakan hanya sampai PPKM. Kalau sampai Anies hanya diam dan tidak membantah statement dari A Riza yang membantah statement-nya lebih dulu, ya jangan salah kemudian orang curiga ada pembagian good cop-bad cop," ujarnya.
Dia lantas menduga Ahmad Riza-lah yang kerap dijadikan bumper politik oleh Anies untuk memberikan statement. "Tadi kan sudah dibilang siapa yang jadi bumper politik, orang yang cenderung tidak memiliki ambisi politik kan dan tidak memikirkan faktor elektoral, itu spekulasi ya. Jadi 2 kemungkinan tadi, satu beda pandangan karena satu punya hal perhitungan politik yang satu tidak, yang kedua jangan-jangan good cop-bad cop tadi," imbuhnya.
Tonton juga Sosok Stanve, Jago Matematika Tingkat Dunia Asal Tangerang