Lembaga survei Median bersama Parwa Institute mengeluarkan survei berkaitan dengan pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi COVID-19. Berdasarkan survei tersebut, ternyata 41,4 persen anak-anak mengalami bosan belajar di rumah.
Survei dilakukan pada 19-26 Agustus 2021. Survei dilaksanakan dengan multistage random sampling dan proporsional terhadap 1.000 responden di seluruh Indonesia.
Survei memiliki margin of error sebesar kurang-lebih 3 persen dengan tingkat kepercayaan di angka 95 persen. Hasil survei dirilis oleh Direktur Eksekutif Median Rico Marbun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam survei yang dirilis pada Kamis (9/9/2021), ribuan responden orang tua ditanyakan soal respons anak terhadap pembelajaran jarak jauh. Hasilnya menunjukkan jawaban yang bervariasi, dari senang hingga bosan.
Berikut ini jawaban orang tua terkait respons anak terhadap pembelajaran jarak jauh:
- 23,9% sudah mulai bosan
- 17,5% sangat bosan
- 6,3% senang sekali
- 3,4% senang
- 4,9% biasa saja
- 44% tidak tahu
Dengan demikian, berdasarkan data tersebut, total 41,4 persen anak-anak sudah mulai bosan dengan pembelajaran jarak jauh. Sedangkan 9,7 persen masih nyaman dengan pembelajaran jarak jauh dan sisanya tidak tahu.
Lebih lanjut, Rico Marbun mempertanyakan kesiapan orang tua jika anak harus sekolah tatap muka. Dia menyebut sebagian besar orang tua khawatir jika anaknya saat ini masuk ke sekolah.
Berikut ini perasaan orang tua jika anak sekolah:
- 60% menjawab khawatir
- 24,3% tidak khawatir.
- 15% tidak tahu
Simak juga video '27,17 Persen Sekolah di RI Sudah Lakukan PTM Terbatas':
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Dengan demikian, Rico menyimpulkan ada variabel yang saling berlawanan antara anak mulai bosan dan kekhawatiran orang tua. Hal tersebut, kata dia, menandakan perasaan campur aduk orang tua terhadap anaknya.
"Jadi ada perasaan bercampur, mixed feeling, saat bersamaan ingin anaknya sekolah tatap muka, saat bersamaan juga khawatir gitu ya," ucap Riko dalam webinar.
Lebih lanjut, Rico menanyakan terkait tantangan yang dihadapi oleh anak selama pembelajaran jarak jauh. Dia menyebut tantangan terbesar adalah koneksi internet.
Baca juga: Menyeimbangkan PTM dan Pembelajaran "Online" |
Berikut ini hasilnya:
- Koneksi internet yang buruk 62,7%
- Tidak punya ponsel kompatibel 48,7%
- Sulit untuk diikuti 42%
- Tidak ada motivasi 40,7%
- Kehilangan teman 38%
- Terganggu anggota keluarga lain 34%
- Tidak memiliki laptop kompatibel 33,3%
- Lainnya 8,4%
"Apa sebenarnya tantangan yang dihadapi anak dalam ikut pembelajaran jarak jauh? Itu dari 3, yang paling utama itu 2 di antaranya fasilitas pendukung, dan ketiga terkait kurikulum, jadi ini menjadi masukan buat kita semua," ucap Rico.
"Pertama orang tua nyatakan bahwa mereka lihat salah satu hambatan paling besar itu koneksi internet yang buruk 62,7 persen, ini hampir 62 persen orang tua di Indonesia itu salah satu hambatannya koneksi internet. Kemudian tidak memiliki perangkat kompatibel itu 48,7 persen, dan sulit diikuti kurikulum karena tidak didesain kurikulum jarak jauh, jadi ini kurikulum face to face diterapkan jarak jauh, ini 42 persen. Kemudian faktor lain tidak ada motivasi, kehilangan teman, kehilangan lingkungan sosial dan terganggu anggota keluarga lainnya," lanjutnya.