SETARA Institute Nilai Mendagri 'Lembek' soal Perusakan Masjid Ahmadiyah

SETARA Institute Nilai Mendagri 'Lembek' soal Perusakan Masjid Ahmadiyah

Kadek Melda Luxiana - detikNews
Senin, 06 Sep 2021 17:04 WIB
Warga rusak masjid Ahmadiyah di Sintang, Kalbar (dok. Istimewa)
Warga rusak masjid Ahmadiyah di Sintang, Kalbar. (dok. Istimewa)
Jakarta -

SETARA Institute menilai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian 'lembek' merespons peristiwa perusakan masjid Ahmadiyah di Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar). SETARA menyoroti Mendagri yang belum memberikan pernyataan terkait kasus itu.

"Saya setuju dengan Mas Yendra (jubir jemaat Ahmadiyah) tadi yang memberikan sindiran jelas bahwa Kemendagri terutama Pak Mendagri Menteri Tito itu sampai detik ini tidak memberikan pernyataan," kata Direktur Riset SETARA Institute, Halili Hasan, saat jumpa pers virtual, Senin (6/9/2021).

"Secara umum kalau kita lihat respons Kementerian Dalam Negeri ini bisa kita anggap itu pihak di pusat yang paling lembeklah. Jadi Menteri Dalam Negeri paling lembek merespons tragedi 3 September itu," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Halili melihat peristiwa tersebut dari perspektif makro dan mikro. Dari perspektif makro, kata Halili, Kemendagri harus mengambil peran besar terkait kebebasan beragama di setiap daerah.

"Makro dalam artian kalau kita cek tentang kebebasan beragama dalam keyakinan pemerintah daerah, itu merupakan aktor real pelanggaran kebebasan beragama. Jadi dalam konteks makro semacam itu, Kementerian Dalam Negeri memang berada dalam posisi tidak boleh tidak, dia harus mengambil peran yang besar gitu ya," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sedangkan dalam konteks mikro, Halili melihat perusakan masjid Ahmadiyah bukan suatu peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut menurutnya adalah hasil dari kegagalan pemerintah kabupaten yang tidak bisa menjamin kebebasan beragama warganya.

"Yang kedua dalam konteks mikro, di Sintang tentu tanggal 3 September itu bukan sesuatu yang ujuk-ujuk, dia resultante dari kegagalan pemerintah Kabupaten untuk memastikan tidak ada diskriminasi beragama terhadap seluruh warga negara termasuk komunitas Ahmadiyah di sana," ucapnya.

Kemendagri Diminta Tegur Keras Pemda

Halili meminta Kemendagri menyampaikan pernyataan yang keras dan tegas terkait permasalahan tersebut kepada pemerintah kabupaten dan daerah. Dia ingin pesan yang disampaikan itu bisa membuat terang permasalahan.

"Apa yang dilakukan oleh Kemendagri dalam konteks ini pertama memberikan statement publik yang tegas keras agar ada efek jera kepada pemerintah Kabupaten dan pemerintah Daerah. Pesan itu harus erat keras terang benderang," imbuhnya.

Simak progres penanganan kasus ini di halaman selanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, ratusan orang merusak Masjid Ahmadiyah di Tempunak, Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar). Situasi bisa diredam usai ratusan personel kepolisian turun tangan. Selain merusak masjid, menurut polisi, massa membakar sebuah bangunan di sekitar masjid.

"Ada. Yang sempat terbakar adalah gudang material di samping masjid. Untuk masjid ada bagian yang rusak karena lemparan batu," ujar Kabid Humas Polda Kalbar Kombes Donny Charles Go saat dimintai konfirmasi, Jumat (3/9).

Polisi telah menetapkan 9 orang sebagai tersangka perusakan Masjid Ahmadiyah itu. Polisi menyebut aksi tersebut diduga dipicu warga yang kecewa karena Pemkab Sintang hanya menghentikan operasional masjid. Padahal warga menuntut agar masjid itu dibongkar.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads