Ganjil Genap di Puncak Bogor Dinilai Bisa Kurangi Kepadatan hingga 40%

ADVERTISEMENT

Ganjil Genap di Puncak Bogor Dinilai Bisa Kurangi Kepadatan hingga 40%

Isal Mawardi - detikNews
Kamis, 02 Sep 2021 07:51 WIB
Polisi mengatur lalu lintas kendaraan yang  memadati ruas jalan jalur Wisata Puncak,  Kabupaten Bogor, Jawa Barat,  Sabtu (31/10/2020). Pada cuti bersama serta libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW hari ke-empat jalur wisata Puncak Bogor masih dipadati kendaraan wisatawan, Sat Lantas Polres Bogor memberlakukan rekayasa lalu lintas sistem satu jalur atau one way untuk mengurai kepadatan kendaraan. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.
Ilustrasi lalin ke Puncak, Bogor (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Bogor -

Polisi melakukan uji coba ganjil genap di kawasan Puncak, Bogor saat akhir pekan mulai Jumat (3/9) ini. Kebijakan ganjil genap tersebut dinilai bisa mengurai kepadatan kendaraan.

"Kalau untuk kendaraan roda empat itu mungkin mengurangi kepadatan sampai sekitar 40% untuk kendaraan mobil saja," ujar pengamat perkotaan, Yayat Supriyatna, ketika dihubungi detikcom, Kamis (1/9/2021).

"Kalau misalkan motor tidak dikendalikan ya orang akan banyak melakukan perjalanan dengan motor. Jadi 40% kepadatan berkurang tetapi sekali lagi itu pada saat jam berlaku," tegasnya.

Yayat menyoroti sejumlah hal terkait ganjil genap ini. Salah satunya terkait jam berlaku ganjil genap. Pasalnya hingga kini, pihak kepolisian belum menjelaskan jam berlaku ganjil genap.

"Harus ada penjelasan jamnya karena jamnya ini berkaitan dengan perilaku perjalanan ya. Kalau berlaku 24 jam ya pengawas harus siap 24 jam. Tapi implikasinya pasti akan menimbulkan persoalan yaitu pengawasan di malam hari yang akan sulit," imbuh Yayat.

Kemudian, Yayat mengimbau kepada Pemkab Bogor untuk segera berkoordinasi dengan pengusaha UMKM, restoran, hingga hotel. Karena usaha-usaha tersebut tentu akan terdampak dengan kebijakan ganjil genap.

Apalagi selama penerapan PPKM level 4 lalu, UMKM, restoran dan hotel di puncak paling terdampak. "Suara aspirasi pengelola hotel dan restoran juga perlu didengar apalagi juga pedagang-pedagang PKL, UMKM," tutur Yayat.

Yayat menjelaskan perilaku wisatawan yang menggunakan mobil berbeda dengan motor. Wisatawan bermobil biasanya berlibur ke puncak lebih dari satu hari. Sedangkan untuk wisatawan bermotor cenderung tidak menginap.

"Tapi yang kemarin yang bikin padat itu motor. Bagi pengusaha hotel wisatawan roda empat itu lah yang (berharga karena) menginap di hotel," jelas Yayat.

"Jadi berbicara pengendalian transportasi itu bukan sekedar mengatur persoalan teknis tetapi mengatur dan membaca perilaku," tuturnya.

Lihat juga video 'Alasan Polda Metro Terapkan Ganjil Genap di 3 Kawasan Saat PPKM Level 3':

[Gambas:Video 20detik]





ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT