Mantan Presiden Hamid Karzai Berpeluang Masuk Pemerintahan Taliban

Mantan Presiden Hamid Karzai Berpeluang Masuk Pemerintahan Taliban

Deden Gunawan - detikNews
Rabu, 01 Sep 2021 16:02 WIB
KUNDUZ, AFGHANISTAN - APRIL 11:  Kunduz Governor Mohammed Omar helps Afghan President Hamid Karzai put on a turban during a meeting with elders on April 11, 2010  in Kunduz, Afghanistan.  President Karzai urged Taliban insurgents on Sunday to lay down their arms and air their grievances while visiting a violent northern province, adding that foreign forces would not leave the country as long as fighting continued. (Photo by Dusan Vranic-pool/Getty Images)
Mantan Presiden Hamid Karzai (Getty Images)
Jakarta -

Dibandingkan dengan Presiden Ashraf Ghani, Hamid Karzai atau orang kepercayaannya lebih berpeluang untuk mendapatkan posisi penting dalam pemerintahan baru di bawah Taliban. Sejumlah petinggi Taliban diketahui telah menemui Hamid Karzai dan pejabat tinggi Afghanistan, Abdullah Abdullah, di Kabul pada 18 Agustus lalu.

"Hamid Karzai tokoh yang dihormati kedua belah pihak (Taliban dan rezim Ashraf Ghani). Dia mungkin bisa bergabung dengan pemerintahan yang baru walaupun saya memang tidak bisa mengkonfirmasi apa pun karena komunikasi dengan Kabul masih terkendala," ungkap Wakil Duta Besar Republik Islam Afghanistan Qais Barakzai dalam program Blak-blakan di detikcom, Rabu (1/9/2021).

Hamid Karzai adalah kepala suku Popalzai di Afghanistan. Saat pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutu menginvasi Afghanistan pada 2001, dia menggerakkan suku-suku di sekitar Kandahar untuk melawan Taliban. Hamid Karzai kemudian menjadi Presiden Afghanistan selama dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ashraf Ghani kemudian menggantikan Hamid Karzai. Dia pernah ke Indonesia pada April 2017 dan meminta Presiden Joko Widodo membantu upaya damai dengan Taliban. Menjelang Taliban masuk Kabul pada 15 Agustus lalu, dia justru pergi ke Uni Ermirates Arab. Alasannya, untuk menghindari kemungkinan terjadinya pertempuran.

Padahal, menurut Qais Barakzai, ketika Taliban mendekat kota-kota di sekitar Kabul, mereka justru sudah mengungkapkan niat untuk berdialog dengan Ashraf Ghani.

ADVERTISEMENT

"Bagi saya, jika Ashraf Ghani tetap di Kabul dan tidak pergi UAE (bisa kemungkinan bergabung). Namun karena meninggalkan negara dan ada kekosongan kekuasaan, kami merasa tidak ada kemungkinan Ashraf Ghani akan mendapatkan posisi formal tertentu di pemerintahan yang baru," beber Qais.

Terkait kabar penangkapan sejumlah pejabat pemerintahan di Afghanistan, bahkan ada yang dibunuh, Qais Barakzai tidak dapat mengkonfirmasinya. Sejauh ini dia masih percaya Taliban memegang janjinya untuk memberikan amnesti kepada lawan-lawan politiknya.

"Insiden itu (penangkapan dan pembunuhan) pegawai pemerintah itu kemungkinan terjadi di luar Kabul dan lebih bersifat personal ketimbang kebijakan resmi Taliban," kata diplomat yang pernah bertugas di India itu.

Tonton Video: Perang di Afghanistan Resmi Berakhir, Biden: Belajar dari Kesalahan

[Gambas:Video 20detik]



(deg/jat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads