Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengungkapkan bagaimana para teroris mengumpulkan dana untuk melaksanakan aksi terornya. Densus 88 menyebut pelaku terorisme melakukan pendanaan dengan berbagai cara, seperti membentuk badan amal.
"Mereka pernah kita temukan menggunakan model cyber crime untuk kumpulkan dana. Lalu ada infak dari anggota, lalu badan amal seperti yang kemarin kita tangkap berturut-turut, terutama dalam 1 tahun terakhir ini," ujar Kadensus 88 Irjen Martinus Hukom dalam diskusi virtual yang disiarkan oleh Humas Polri, Selasa (31/8/2021).
"Begitu banyak kita temukan mereka membangun badan amal yang baru, kemudian ditawarkan kepada masyarakat," imbuhnya.
Martinus menjelaskan, teroris memanfaatkan jiwa sosial masyarakat Indonesia yang tinggi untuk mendanai aksi teror. Menurutnya, masyarakat tidak sadar telah mendanai badan amal yang ternyata digerakkan oleh kelompok teroris.
"Sehingga masyarakat kita yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi ini, kemudian mendonasikan sebagian uang mereka untuk badan amal tersebut, tanpa sadar masyarakat kita tergiring untuk melakukan itu. Begitu juga datang dari ada dari luar negeri maupun dari simpatisan mereka sendiri," tuturnya.
Sementara itu, Martinus turut memaparkan aksi-aksi teror yang dilakukan para teroris dari pendanaan yang berhasil dikumpulkan. Dia mengungkit Zakiah Aini yang menyerang Mabes Polri beberapa bulan lalu sebagai salah satu bentuk aksi teror.
"Lalu kalau kita lihat modus operandinya sendiri seperti apa? Ya mereka melakukan seperti penyerangan bom, bunuh diri, kemudian pembunuhan, penyerangan, banyak pos atau kantor polisi diserang. Terakhir itu dilakukan oleh seorang wanita yang menyerang langsung Mabes Polri," imbuh Martinus.
Kelompok teroris bahkan terdeteksi menghimpun dana hingga ratusan miliar rupiah. Simak di halaman selanjutnya.
Saksikan video '11 Bom Teroris di Poso Dimusnahkan':
(jbr/jbr)