Pertemuan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat bersama kepala daerah se-NTT di Pulau Semau menuai polemik. Ketegasan Satgas COVID-19 pun disorot.
Politikus Partai Demokrat asal NTT, Benny K Harman, mengkritik Satgas COVID-19 karena tidak terlihat menindak acara para kepala daerah di Pulau Semau tersebut.
Sementara di sisi lain, Satgas COVID-19 dinilai keras terhadap masyarakat yang dinilai melanggar aturan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satgas COVID? Lumpuh di hadapan penguasa. Itu sih di Jakarta juga sama. Satgas COVID pake pisau tumpul ke atas, ke pejabat dan pengusaha, dan pisau tajam ke rakyat jelata," kata Benny kepada wartawan, Senin (30/8/2021).
Warganet ramai menyorot soal Satgas COVID-19 yang pernah menindak tegas warga Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, NTT. Peristiwa itu terjadi pada Selasa (6/7) lalu.
Warga tersebut dilarikan ke rumah sakit (RS) karena mengalami luka di bagian pelipis. Petugas mengklaim tidak ada pemukulan terhadap warga tersebut. Luka terjadi ketika sejumlah petugas menarik paksa warga tersebut karena hendak memukul polisi dan Satpol PP.
Kembali ke acara para kepala daerah NTT di Pulau Semau, warganet juga mengkritik acara tersebut karena pandemi Corona belum berakhir dan saat ini tengah diberlakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Terkait hal itu, Benny menyindir Gubernur NTT Viktor Laiskodat.
"Biarlah rakyat NTT sendiri yang menanggapinya. Itu gubernur rakyat NTT," kata Benny.
Tokoh Agama Kritik Kerumunan di Acara
Sebelumnya, kerumunan di Pulau Semau, Teluk Kupang, NTT, menuai kritik. Kerumunan itu merupakan acara pertemuan Gubernur NTT Viktor Laiskodat bersama kepala daerah se-NTT.
Lihat juga video 'Hati-hati dengan Badai Sitokin':
Simak penjelasan Wagub NTT terkait acara yang menjadi sorotan ini di halaman selanjutnya.
"Bagi saya, kerumunan ini contoh tidak baik bagi masyarakat, terutama ketika penerapan PPKM tingkat 4 sedang berlangsung dan penularan COVID-19 mulai melandai," ucap tokoh agama di Kupang, Pendeta Emi Sahertian, seperti dilansir kantor berita Antara, Minggu (29/8).
Sahertian mengaku prihatin kerumunan ini justru dilakukan oleh pihak pemerintahan saat kalangan gereja telah mencoba menerapkan berbagai aturan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan COVID-19, bahkan menutup kebaktian pada Minggu.
"Namun pada sisi lain, aktor-aktor pemerintahan menabrak peraturan itu dengan menggelar kegiatan yang menimbulkan kerumunan," katanya.
"Aturan kedaruratan untuk mencegah penularan dan menyelamatkan banyak nyawa masyarakat, bila dilanggar ini sekelas dengan tindakan kriminal," imbuhnya.
Penjelasan Wagub NTT
Wakil Gubernur (Wagub) NTT Josef Nae Soi memberikan pernyataan singkat saat dimintai konfirmasi. Menurutnya, acara itu bukanlah pesta.
"Acara pengukuhan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD). Tidak ada pesta," ujar Josef.
Acara yang dimaksud oleh Josef adalah acara pengukuhan TPAKD Kabupaten dan Kota Se-Provinsi NTT. Acara tersebut digelar pada Jumat (27/8), di Desa Otan, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang. Acara itu dihadiri oleh Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Wali Kota, dan Sekda se-NTT. Acara itu bermaksud mendorong pengembangan sektor UMKM.
Josef tidak mengetahui soal acara konser musik dan sebagainya yang terekam dalam video tersebut.
"Saya jam 04.30 WIB setelah acara pengukuhan pulang ke Kupang," ujarnya.