Menurut Saleh, pemerintah perlu memikirkan bagaimana terobosan agar kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tak lagi membosankan bagi siswa, murid dan orang tua. Salah satu caranya, kata dia, pemerintah sudah harus membolehkan murid untuk sekolah dengan bergiliran agar protokol kesehatan tetap terjaga.
"Misalnya apa gebrakan-gebrakannya yang bisa dilakukan? Kalau selama ini kan 1 kelas 30 orang, sekarang ini dibuat 10 orang, berarti 1 kali 3 hari masuk. Sisanya tetap zoom, tapi yang 10 boleh masuk. Kenapa ini penting? Supaya ada nuansa baru, kalau udah di sekolah itu pasti beda. Di situ kenapa harus sepertiga karena itu tentu bisa jaga jarak, guru gampang mengawasi, tidak ada kerumunan," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Coba bayangkan perguruan tinggi sekarang nggak ada yang buka, semua off. Bagaimana itu kualitas pendidikan kita dengan pola seperti ini dan karena ini saya minta dipikirkan," tambahnya.
Ketersediaan Vaksin Harus Dijamin
Dari segi kesehatan, Saleh mendorong pemerintah untuk terus menggenjot vaksinasi. Dia menilai vaksinasi di Tanah Air masih jauh dari target.
"Mungkin pasokan vaksin, pengadaannya harus betul-betul dijamin ketersediaan," ujarnya.
Dia menyebut sebetulnya jumlah tenaga medis untuk vaksinasi di RI mencukupi dan siap bekerja. Tapi karena pasokan vaksinnya tidak memadai, kerja para vaksinator pun tidak maksimal.
"Sekarang ada beberapa daerah yang pasokan vaksinnya kurang, bahkan nggak ada. Bagaimana mereka mau melakukan vaksinasi? Salah satu daerah yang tertinggal dalam vaksinasi itu Sumatera Utara," ucapnya.
(fas/maa)