Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut Jakarta sudah berstatus zona hijau COVID-19 dan memenuhi kekebalan komunitas atau herd immunity. Epidemiologi mengkritik pernyataan Riza.
"Kita bersyukur Jakarta sudah masuk zona hijau dan sudah memenuhi herd immunity," kata Riza di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan, Minggu (22/8/2021).
Riza meminta warga tetap mengutamakan protokol kesehatan saat berkegiatan. Apalagi, sejumlah sektor di Jakarta sudah dilakukan penyesuaian selama PKKM Level 4 ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami minta semua warga tetap disiplin patuh dan taat, tetap berada di rumah sebagai tempat terbaik laksanakan protokol kesehatan 5M secara disiplin dan patuh laksanakan PPKM level 4 dengan penuh rasa tanggung jawab. Jadikan prokes sebagai kebutuhan kita sehari-hari," ujarnya.
Riza juga turut melaporkan capaian program vaksinasi COVID-19 di Jakarta. Sejauh ini, lanjut Riza, warga yang telah menerima vaksin dosis pertama sebanyak 9,3 juta orang dan 4,7 juta warga disuntik vaksin kedua.
"Dosis 1 dan 2 sudah lebih dari 14 juta. Kita sudah melebihi target jauh dari 8,8 juta," jelasnya.
Dari 9,3 juta yang divaksin, Riza mengakui 40 persen diantaranya merupakan warga non DKI. Untuk itu, kini pihaknya merubah target vaksinasi COVID-19 dari sebelumnya 8,8 juta menjadi 11 juta.
"Kami pemprov, Pak Gubernur meningkatkan target vaksin menjadi 11 juta," jelasnya.
Lihat juga video 'Masihkah Relevan Angka 70% Populasi Divaksinasi untuk Capai Herd Immunity?':
Apa kata Epidemiologi? Selengkapnya di halaman berikut...
Dikritik Epidemilogi
Dilihat melalui laman corona.jakarta.go.id per Minggu (22/8/2021) vaksinasi DKI Jakarta telah mencapai 9.319.191 untuk dosis pertama. Sedangkan persentase capaian untuk dosis pertama mencapai 104,2%.
Kemudian untuk dosis kedua telah mencapai 4.762.907. Persentase capaian vaksin dosis kedua mencapai 53,3%.
Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman menuturkan, meski capaian vaksin di Jakarta tinggi namun herd immunity masih jauh untuk dicapai.
Dia menegaskan herd immunity masih belum bisa dipastikan kapan akan terbentuk. Menurutnya, herd immunity masih jauh.
"Bicara herd immunity saat ini masih di ujung waktu yang belum tahu kapan," ujarnya.
Dia mengapresiasi kinerja tim dalam mengendalikan pandemi di DKI Jakarta. Namun, dia menyebut istilah herd immunity tak bisa dipakai.
"Kita apresiasi kinerja tim dalam mengendalikan pandemi DKI Jakarta ini, tapi untuk memakai kata herd immunity harus saya luruskan itu nggak bisa. Dunia ini meskipun dengan vaksin yang memiliki efikasi tinggi pada Delta varian itu belum bisa menjamin. Apalagi di Indonesia," ungkapnya.
Guru besar bidang sosiologi bencana dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Prof Sulfikar Amir, juga meluruskan pernyataan Wagub Riza. Dia mengingatkan agar Pemprov DKI berhati-hati memakai istilah herd immunity. Sebab, penggunaan istilah ini bisa misleading.
"Cuma saya ingin beri semacam peringatanlah. Khususnya pernyataan yang menyebut Jakarta sudah memenuhi herd immunity. Karena ini sebenarnya agak misleading karena konsep herd immunity itu sangat kompleks," katanya.
"Dan vaksin yang dipakai itu belum menjamin tercapainya herd immunity dengan cakupan yang dicapai Jakarta," sambungnya.
Dia mengingatkan bahwa istilah herd immunity yang dipakai oleh pemerintah DKI Jakarta bisa menjadi jebakan. Pemakaian istilah tersebut bisa membuat DKI Jakarta seolah-olah aman, padahal tidak.
"Ada baiknya pemerintah DKI tidak menggunakan istilah herd immunity karena ini bisa menjadi semacam jebakan. Karena akan mendorong efuoria di masyarakat. Seakan-akan DKI karena sudah mencapai herd immunity itu aman, padahal sebenarnya tidak," ungkapnya.