Ratusan anak di DKI Jakarta kehilangan ayahnya akibat pandemi COVID-19. Kokom (46), yang kini menjadi orang tua tunggal bagi 4 anak, ditinggal suaminya sejak November 2020. Saat ini dia aktif sebagai kader juru pemantau jentik (jumantik) demi menafkahi keempat anaknya.
Kepada detikcom, Kokom bercerita kondisi kesehatan suaminya mulai menurun sejak dipecat dari pekerjaan akibat pandemi Corona. Ditambah lagi, suaminya memiliki riwayat penyakit komorbid.
"Suami kena pemberhentian. Karena (kerjaan) sepi akibat pandemi ini jadi diberhentikan, karena pikiran jadi kondisinya ngedrop, imunnya turun," kata Kokom saat ditemui di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (19/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Kokom tak pernah menyangka jika suaminya terpapar virus Corona. Awalnya, diagnosis dokter adalah gejala tifus hingga akhirnya kondisinya makin memburuk dan menjalani perawatan selama 11 hari.
Ditambah lagi, 3 dari 4 anaknya juga dinyatakan positif virus Corona. Sehingga, saat itu Kokom berfokus merawat anak-anaknya yang terpapar COVID-19.
"Jadi kita bawanya cuman ke klinik, dibilang sakit biasa. Dicek darah, gejala tifus. Sudah beberapa hari sesak kita bawa ke puskesmas. Saturasinya itu sudah 52, jadi harus langsung ke (rumah sakit) Thamrin. dari Thamrin langsung isolasi, terus nggak pulang lagi (meninggal)," tuturnya.
"Jadi pas bapaknya meninggal kita itu kocar-kacir. Anak saya nomor 1 dan 2 isolasi mandiri, yang ketiga saya ditaruh di tempat positif, padahal dia negatif. Udah saya pasrah aja deh gimana hasilnya. Ini saya nemenin di hotel 12 hari," sambung Kokom.
Ibu lainnya bernama Arni (47) baru ditinggal suaminya yang meninggal karena positif Corona pada Juli lalu. Sebelumnya, dia dan suami mencari nafkah dengan berdagang di pasar, sehingga mau tak mau mereka berinteraksi dengan banyak orang.
"Kemarin (baru) 40 harian. (Suami) dirawat semalam doang, malamnya masuk rumah sakit, subuh meninggal," ucapnya.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Kini Arni menjadi orang tua tunggal bagi 3 anaknya. Arni menceritakan kepergian suami dan beban hidupnya sampai membuah salah satu anaknya ragu melanjutkan jenjang pendidikan ke bangku perguruan tinggi.
"Anak kedua sebenernya udah lulus SMK, sudah diambil formulir, tapi takut putus di jalan (kuliahnya), kalau ada ayahnya mau berani lanjut kuliah," sebutnya.
Terakhir, warga bernama Siti yang juga kini berstatus janda. Sambil menangis, dia bercerita bahwa suaminya meninggal dunia saat menunggu ambulans untuk dirujuk ke rumah sakit.
"Nggak sempat. Jadi nunggu ambulans datang, kelamaan datangnya. Jadi sudah keburu meninggal di rumah karena sudah terlalu sesak," cerita Siti.
Setelah kepergian sang suami, kondisi kesehatan Siti juga menurun sehingga dia menjalani perawatan di rumah sakit. Selama dirawat di RS, anak pertamanya mengurus keperluan kedua anaknya yang juga dinyatakan positif COVID-19.
"Saya dirawat di RS karena setelah bapaknya meninggal. Terus dari puskesmas swab lagi kan disuruh. Yang kakaknya paling gede yang negatif, tapi karena dia nggak mungkin ninggalin adiknya, tapi dia alhamdulillah imunnya lebih tinggi, walaupun adik-adiknya positif semua," ungkap Siti.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengungkap 200 anak menjadi yatim akibat pandemi COVID-19. Dia mengatakan temuan ini terdapat di wilayah Jakarta Pusat.
"Sementara ada 200 (anak yatim) yang terdata. Ini di lingkungan sini, Jakarta Pusat ya," kata Riza kepada wartawan saat ditemui di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, hari ini.
Sejauh ini, Pemprov DKI masih mendata anak yang ditinggal orang tua yang meninggal dunia karena positif COVID-19. Tujuannya agar Pemprov DKI dapat menyiapkan skema pemberian bantuan sosial bagi anak-anak yatim, piatu, maupun yatim-piatu.