Sombong merupakan penyakit hati. Sikap sombong ini cenderung mengagungkan diri seraya meremehkan dan merendahkan orang lain. Faktor yang mendorong kesombongan paling besar adalah sikap ujub ( membanggakan diri ), bisa karena ilmunya, harta, kedudukan, keluarga seperti keberhasilan putera-puterinya dan yang paling " halus " karena ketaatannya.
Dalam Al-Qur'an dan hadis telah disebutkan bahwa sikap sombong ini tidak disukai Gusti Allah. Dalam firman-Nya, " Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar." ( QS. al-A'raf [7] : 146 ). Dilanjutkan, " Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong." ( QS. an-Nahl [16] : 23 ). Kedua ayat ini Allah mengancam terhadap orang-orang yang berbuat sombong. Sebab, keagungan dan kesombongan hanya milik Allah.
Ibn Mas'ud r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda," Tidaklah masuk neraka orang yang dalam hatinya terdapat iman kendati hanya sebesar biji sawi, dan tidaklah masuk surga orang yang dalam kalbunya terdapat kesombongan kendati hanya sebesar biji sawi." ( Diriwayatkan oleh Muslim ).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peringatan oleh Rasulullah ini hendaknya dihindari, sikap sombong meskipun sekecil biji sawi di dalam hati akan menghindarkan seseorang masuk surga.
Kadang-kadang takabur pada sesama manusia bisa mendorong pada Sang Pencipta, seperti iblis yang tidak bersedia sujud pada Adam, padahal perintah sujud dari Sang Pencipta. Orang yang merasa dirinya lebih baik dari saudaranya, temannya dengan motivasi merendahkan dan meremehkan, atau orang yang menolak kebenaran sementara ia tahu bahwa itu adalah kebenaran, maka ia telah bersikap takabur pada sesama. Pada dasarnya kesombongan adalah pengagungan, dan pada hakikatnya kesombongan adalah congkak, membanggakan diri dan merendahkan orang lain.
Penulis mengupas beberapa sikap sombong yang dilandasi oleh :
1. Harta dan kedudukan.
2. Keluarga.
3. Ketaatan dalam beramal.
Harta dan kedudukan bisa menjadi penyebab kesombongan seseorang, namun jika yang memegang harta dan kedudukan adalah orang yang tawadu', maka bisa menjadi wasilah sebagai amal kebaikan. Kehidupan dunia saat ini sering kita lihat seakan ada perlombaan ( jor-joran ) kekayaan, hal ini dengan menampakkan hartanya dalam bentuk mobil mewah, pakaian dan perhiasan.
Ini semua mendorong seseorang mengejar / menjadi tujuan untuk hidup mewah. Sekarang penulis amati untuk mengejar hal itu dilakukan melalui jabatan/kedudukannya, sehingga saat pilkada akan banyak diminati. Hal ini terbukti banyaknya pejabat dan kepala daerah yang berurusan dengan penegak hukum. Ternyata, bahwa " kedudukan " itu akan didatangi harta / mendatangkan harta. Dalam ajaran Islam yang dilarang adalah kenikmatan dunia yang sampai melupakan perintah dan larangan-Nya. Contohlah para sahabat Rasulullah, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abu Thalib dan Abdurachman bin Auff. Mereka berbuat dan menjadi saudagar, namun hasilnya diperuntukkan dijalan-Nya.
Bagaimana dengan peranan keluarga yang membuat seseorang bersikap sombong. Biasanya hal kecil yang secara tidak sadar atas kebanggaan prestasi putera-puterinya yang masuk kategori ranking satu. Dalam pembicaraan Ibu-ibu ketika mengantar anaknya ada obrolan, " Anakmu ranking berapa? Anak saya kebetulan dapat ranking satu. Prestasi ini bersifat fana dan sangat sementara, tanpa disadari Sang Ibu akan menggembleng anaknya untuk mempertahankan rankingnya dan tidak peduli si anak mengalami tekanan batin. Seseorang yang beriman akan menjadikan keluarga sebagai motivasi untuk berbuat amal kebaikan.
Kesombongan yang berlandaskan ketaatan berbuat amal, ini yang paling berat dalam mengendalikannya. Ketika tetangga berqurban kambing sebanyak tiga ekor, dalam hatinya mengatakan saya masih lebih baik dengan berqurban dua ekor sapi. Dia lupa bahwa diterima tidaknya amalan tersebut ada di tangan Sang Khalik, bukan dari perasaannya. Keikhlasan yang menjadi faktor utama dalam melakukan perbuatan amal. Kita simak syair tentang kesombongan :
Pengagungan diri seraya meremehkan.
Bersikap sombong, kelebihan berbangga diri.
Bangga pada ilmunya, menuju sikap meremehkan pada yang awam.
Ia akan mencela, bagi yang mengajarinya.
Memberi nasihat dengan tinggi hati.
Jika diperintah melakukan kebenaran, ia akan tolak.
Jika diskusi, ia merendahkan lawannya.
Marah pada yang tidak memenuhi kebutuhannya.
Ilmu ibarat hujan.
Turun dari langit, suci, bersih dan bagus.
Pohon berbuah yg manis menjadi tambah manis.
Yg pahit tambah pahit.
Ilmu turun pada orang yang sombong, maka ia akan makin sombong.
Jika turun pada yang tawadu', maka tambah tawadu'.
Sombong akan sirna, jika ingat asal usulnya.
Tanah, lumpur dibuatkannya.
Keturunannya berasal dari tempat kotor ( air mani ).
Ingatlah kau, dari tiada menjadi ada.
Karena Allah berkehendak.
Dari tuli, menjadikan mendengar.
Dari bisu, menjadikan berbicara lancar.
Semula kau lahir lemah, dengan akal kau kuasai ilmu pengetahuan.
Dengan ilmu kau menjadi congkak.
Pada dasarnya kesombongan itu pengagungan.
Hakikatnya kesombongan adalah congkak.
Hindarilah sikap ini, ingatlah firman-firman Allah yang melarang.
Ingatlah kesombongan dan keagungan, semata milik Allah Swt.
Ketiga faktor yang melandasi seseorang bersikap sombong, yaitu harta dan kedudukan, keluarga dan ketaatan berbuat amal. Jika ketiganya berada di tangan seseorang yang beriman akan berganti menjadi " kekasih." Harta dan kedudukan merupakan kekasih pertama yang mengikuti tuannya sampai dicabutnya nyawa. Sedangkan keluarga adalah kekasih kedua yang mengikutinya sampai di kuburan. Amalan merupakan kekasih terakhir yang mengikutinya sampai Mahsyar. Maka, seseorang yang beriman akan menjadikan kekasih pertama sebagai wasilah untuk kekasih ketiga dan kekasih kedua akan difungsikan untuk memberi motivasi dan menjaga pada kekasih ketiga.
Di dalam kehidupan dunia yang makin komplek ini, kita harus mempunyai sikap teguh dalam menjaga akidah, agar kita termasuk golongan yang terhindar dari sikap sombong. Semoga menjadi golongan yang bisa mengharmoniskan serta mengoptimalkan kekasih ketiga melalui kekasih pertama dan kedua.
Aunur Rofiq
Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)
Simak juga 'Menag Minta Tokoh Agama Beri Pencerahan Soal Vaksin Covid-19':