Lobi-lobi Pemimpin Taliban Sebelum Duduki Afghanistan: China hingga Rusia

Lobi-lobi Pemimpin Taliban Sebelum Duduki Afghanistan: China hingga Rusia

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 18 Agu 2021 15:43 WIB
(FILES) In this file photo taken on July 18, 2021 The leader of the Taliban negotiating team Mullah Abdul Ghani Baradar looks on the final declaration of the peace talks between the Afghan government and the Taliban is presented in Qatars capital Doha. - The Talibans deputy leader and co-founder Mullah Abdul Ghani Baradar arrived in Kandahar on August 17, 2021, landing in the insurgent groups former capital just days after they took control of the country. (Photo by KARIM JAAFAR / AFP)
Pemimpin Taliban, Mullah Baradar (AFP/KARIM JAAFAR)
Jakarta -

Pemimpin sekaligus pendiri kelompok Taliban, Mullah Baradar, telah kembali ke Afghanistan setelah kelompoknya mengambil alih kekuasaan. Mullah Baradar telah melakukan berbagai macam sepak terjang diplomatik sebelum Taliban menduduki pemerintahan Afghanistan lagi.

Tercatat, sebelum menduduki Afghanistan, Mullah Baradar dan beberapa perwakilan Taliban mengunjungi Rusia hingga China. Taliban juga telah membuat perjanjian dengan Amerika Serikat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjanjian AS-Taliban

Dilansir Reuters, Amerika Serikat dan Taliban meneken kesepakatan penarikan pasukan AS dari Afghanistan di Doha, Qatar, pada Februari 2020. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kesepakatan itu tak berarti apa-apa bila tindakan nyata tak dijalankan berdasarkan komitmen dan janji.

Pompeo mengatakan Taliban telah memperlihatkan bahwa mereka akan mengakhiri perang selama masa pengurangan kekerasan. Kepada Taliban, Pompeo meminta memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda dan tetap memerangi IS.

ADVERTISEMENT

Setelah perjanjian diteken, Baradar berbincang via telepon dengan Presiden Donald Trump yang saat itu masih menjabat.

Trump saat itu menyebut percakapan telepon mereka berlangsung dengan baik. "Hubungannya saya dengan Mullah sangat baik. Mereka ingin menghentikan kekerasan, mereka akan menghentikan kekerasan," ucap Trump saat itu.

Taliban di Rusia

Seperti dilansir Reuters, pada Kamis (18/3/2021), Rusia menjadi tuan rumah konferensi perdamaian antara pemerintah Afganistan dan Taliban di Moskow. Konferensi ini untuk mendorong terwujudnya gencatan senjata dan mengesahkan perjanjian pembagian kekuasaan di negara yang dilanda perang itu.

Konferensi perdamaian di Moskow diadakan setelah negosiasi antara pemerintah Afganistan dan Taliban di Doha, Qatar, tidak membuahkan hasil. Pertemuan serupa juga akan digelar Turki pada April.

Konferensi Moskow dihadiri oleh perwakilan khusus AS Zalmay Khalilzad bersama dengan para pejabat dari Pakistan dan Cina. Washington telah menyetujui peran Rusia dalam upaya negosiasi Afganistan.

Pejabat AS, Rusia, Cina, dan Pakistan mendesak perwakilan dari pemerintah Afganistan dan Taliban untuk berkomitmen segera melakukan gencatan senjata yang dituangkan dalam pernyataan bersama.

Saat itu, pemerintahan Presiden AS Joe Biden saat ini sedang mempertimbangkan untuk menarik semua pasukan AS dari Afganistan, sesuai dengan kesepakatan Taliban dan Donald Trump.

Sedangkan Rusia mendukung gagasan pemerintahan sementara Afganistan, yang juga akan diisi anggota Taliban. Pemerintahan sementara akan tetap berkuasa sampai pemilihan umum diadakan dan konstitusi baru dibuat.

Namun, Presiden Afganistan Ashraf Ghani menolak gagasan pemerintahan sementara, dengan alasan bahwa para pemimpin Afganistan hanya boleh dipilih melalui pemilihan. Mullah Abdul Ghani Baradar mengatakan kepada peserta konferensi Moskow bahwa "Afganistan harus menentukan nasib mereka sendiri."

"Dunia harus memperhitungkan nilai-nilai Islam, kemerdekaan, dan kepentingan nasional rakyat Afghanistan," kata Baradar.

Simak Video: Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Taliban Pulang dari Pengasingan

[Gambas:Video 20detik]



Taliban di China

Selanjutnya, seperti dilansir Al-Jazeera, pada Juli, Mullah Baradar datang ke China. Dia dan berserta rombongannya bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi untuk membahas perdamaian di Afghanistan.

Saat itu, China berharap Taliban bisa 'memainkan peran penting dalam proses rekonsiliasi damai dan rekonstruksi di Afghanistan'.

Wang Yi juga berharap Taliban bisa menindak Gerakan Islam Turkestan Timur karena itu adalah 'ancaman langsung terhadap keamanan nasional China'.

Mullah Baradar Kembali ke Afghanistan

Kini, Baradar untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya lagi di Afghanistan dalam 20 tahun terakhir. Seperti dilansir CNN, Rabu (18/8/2021), juru bicara biro politik Taliban, Muhammad Naeem Wardak, mengumumkan via Twitter pada Selasa (17/8) waktu setempat bahwa Baradar telah tiba di Kandahar, Afghanistan.

"Sore ini, delegasi petinggi Imarah Islam, yang dipimpin Mullah Baradar, Deputi Politik dan Kepala Kantor Politik Imarah Islam Afghanistan, tiba di negara tercinta dan mendarat di Bandara Kandahar," sebut Naeem Wardak dalam cuitannya.

Sumber yang memahami pergerakan Baradar menuturkan kepada CNN bahwa dia terbang dari Doha, Qatar, langsung menuju ke Kandahar. Kembalinya Baradar ke Afghanistan semakin memicu kekhawatiran bahwa sifat pemerintahan baru akan mencerminkan era tersebut.

Diketahui bahwa Baradar pernah ditangkap di Pakistan tahun 2010 dan baru dibebaskan tahun 2018 saat Amerika Serikat (AS) mengintensifkan upaya untuk meninggalkan Afghanistan.

Halaman 3 dari 2
(rdp/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads