Melihat Rumah Djiauw Kie Siong di Rengasdengklok Tempat Proklamasi Disusun

Melihat Rumah Djiauw Kie Siong di Rengasdengklok Tempat Proklamasi Disusun

Andi Saputra - detikNews
Rabu, 11 Agu 2021 16:12 WIB
Rumah Djiaw Kie Siong (Andi Saputra/detikcom)
Rumah Djiauw Kie Siong (Andi Saputra/detikcom)
Jakarta -

Menjelang Hari Kemerdekaan RI, setiap detik adalah sejarah berarti. Salah satunya kisah penculikan Sukarno-Hatta dari Menteng, Jakarta Pusat, ke Rengasdengklok, Karawang, dan menginap dua malam di rumah Djiauw Kie Siong.

"Bahasanya diculik. Kalau anak sekarang diculik artinya kan kriminal," kata cucu Djiauw Kie Siong, Ibu Yanto, saat menerima detikcom, Selasa (10/8/2021) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikcom sengaja mengunjungi rumah tersebut dari Jatiasih, Bekasi, menggunakan sepeda gowes. Setelah melewati Gedung Juang 45, Tambun, sepeda diarahkan belok kiri menyusuri Jalan Mekarsari Tengah. Perjalanan diteruskan menyusuri desa dan persawahan mengikuti rute yang diberikan Google Maps hingga sampai ke batas Kabupaten Bekasi kurang-lebih 40 kilometer. Djiauw Kie Siong adalah seorang petani keturunan Tionghoa.

ADVERTISEMENT

Rumah Djiaw Kie Siong (Andi Saputra/detikcom)Rumah Djiaw Kie Siong (Andi Saputra/detikcom)

Batas Kabupaten Bekasi ditandai dengan Sungai Citarum. Sebuah jembatan besar dan panjang menjadi penghubung dua kabupaten tersebut. Dari jembatan itu, rumah Djiauw Kie Siong sudah tidak jauh lagi, sekitar 2 km.

"Dulu rumah ini ada di dekat sungai. Tapi, karena abrasi, rumah dipindah, dicopot satu per satu kayunya dan dibangun di sini," ujar Ibu Yanto.

Meski kelihatan sederhana, ternyata rumah itu sudah berusia 101 tahun. Sekitar 95 persen bangunan masih asli. Seperti kayu jati buat dinding rumah, tiang, hingga langit-langit dari anyaman bambu dan juga genting. Yang diganti adalah bambu buat usuk atap teras.

"Lantai rumahnya juga masih asli. Gentingnya juga masih asli," ucap Ibu Yanto.

Rumah Djiauw Kie Siong dibangun pada 1920. Menurut Ibu Yanto, tahun ini umur bangunan rumah telah berusia 101 tahun. Rumah itu dipindahkan dari lokasi pertama pada 1957.

"Rumah dibangun 1920," tutur Ibu Yanto.

Perabotan juga masih bertahan hingga hari ini. Sebuah bangku teras ukuran besar berusia satu abad untuk duduk-duduk melepas lelah di teras.

"Yang diganti cuma kaki-kakinya," kisah Ibu Yanti.

Simak juga 'Melihat Naskah Asli Proklamasi Tulisan Bung Karno':

[Gambas:Video 20detik]



Di dalam rumah terpajang sejumlah foto dan perabotan yang pernah digunakan Sukarno dan Hatta seperti tempat tidur, meja, dan kursi. Lokasinya yang tersembunyi menjadi alasan dijadikannya rumah ini tempat 'penculikan' Bung Karno dan Bung Hatta.

"Dulu mau ke sana tidak ada jalan. Masih kebun. Kalau di darat kan Jepang masih patroli. Karena di sisi Sungai Citarum, seandainya ada apa-apa, bisa naik perahu," ujar Bu Yanto.

Berdasarkan cerita yang didapat dari Djiauw, Sukarno tiba di rumah itu pada 15 Agustus 1945 sore.

"Pakai dua mobil. Satu Jeep Wilis, satu orang tua bilang sih sedan hitam," kisahnya.

Ia menceritakan Bung Karno menginap di kamar yang berada di kanan dari ruangan utama. Berukuran sekira 4x4 meter. Sementara Bung Hatta menempati kamar yang berada di kiri dari ruangan.

Sementara itu, ruang tengah digunakan untuk rapat, menyusun perumusan teks proklamasi kemerdekaan, tepatnya di atas meja segi empat. Kelompok Muda ingin Proklamasi diumumkan secepatnya atau keesokan harinya. Sebab, Jepang sudah kalah perang akibat dibom atom. Sedangkan Sukarno yang mewakili Kelompok Tua ingin meminta pendapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dulu untuk memproklamasikan Kemerdekaan RI.

"Setelah merdeka, tempat tidur yang ditempati beliau (Bung Karno), peralatan yang dipakai, meja segi empat, teko, dan lain-lain, dibawa ke Museum Siliwangi, Bandung," tutur Bu Yanto.

Tidak jauh dari rumah Djiauw Kie Siong, sekitar 1 km, adalah pos PETA. Kini di atasnya dibangun monumen Kebulatan Tekad.

"Posnya sudah tidak ada. Kan posnya rumah-rumah kayu gitu," kata Ibu Yanto.

Sukarno-Hatta bersama rombongan kemudian menginap satu malam. Pada 16 Agustus 1945 malam, Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta dan tiba menjelang Subuh, 17 Agustus 1945. Kedua Pahlawan Proklamator itu kemudian menyelesaikan penyusunan teks proklamasi dan dibacakan pada pukul 10.00 WIB.

Setelah kurang-lebih satu jam melihat rumah yang memiliki nilai historis tinggi itu, detikcom pamit dan pulang dengan menyusuri rute Jalan Proklamasi dan masuk ke Jalan Pantura. Bagi detikers yang ingin melihat bukti sejarah Indonesia, kini bisa mencari lokasi rumah Djiauw Kie Siong dengan mudah mengikuti aplikasi penunjuk jalan.

Halaman 2 dari 2
(asp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads