Masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 berakhir hari ini. Selama masa PPKM angka kematian harian akibat Corona masih di atas 1.500 orang. Akankah PPKM level 4 dilanjutkan?
Sebagaimana diketahui, masa perpanjangan PPKM level 4 diberlakukan selama 3 hingga 9 Agustus. Jika ditilik berdasarkan data harian, rata-rata kasus Corona harian masih berada di atas 30 ribu kasus.
Selain itu, angka kematian akibat Corona di masih berada di atas 1.500 kematian setiap harinya. Berikut ini data lengkapnya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus Harian Corona
8 Agustus: 26.415
7 Agustus: 31.753
6 Agustus: 39.532
5 Agustus: 35.764
4 Agustus: 35.867
3 Agustus: 33.900
Kematian harian Corona
8 Agustus: 1.588
7 Agustus: 1.588
6 Agustus: 1.635
5 Agustus: 1.739
4 Agustus: 1.747
3 Agustus: 1.598
Simak video 'Positivity Rate Tinggi, Epidemiolog Anjurkan PPKM Dilanjutkan':
Bagaimana dengan positivity rate Corona di Indonesia? Silakan klik halaman selanjutnya.
Positivity Rate Tinggi, Pakar Sarankan PPKM Diperpanjang
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menyebut PPKM level 4 di Jawa-Bali belum bisa diturunkan. Dia menyebut perlu dicermati lagi pergerakan kasus virus Corona (COVID-19) di Jawa-Bali dalam satu atau dua minggu ke depan.
"Seminggu ke depan masih bertahan dulu. Kita lihat seminggu lagi. Kita beri waktu relaksasi di faskes, dan lihat minggu depan dengan penguatan 3T, 5M, dan vaksinasi di seluruh wilayah," kata Dicky saat dihubungi, Minggu (8/8/2021).
Bagi Dicky, belum bisa ditentukan apakah di Jawa dan Bali sedang ada tren kasus menurun atau tidak. Sebab, masih ada positivity rate yang masih tinggi.
"Selama PPKM ini, masih jauh sekali dari target (positivity rate) di bawah 10 persen, apalagi 5 persen. Ini menunjukkan laju penularan di komunitas sangat tinggi," katanya.
Masalah testing dan tracing, pemerintah dinilai belum maksimal. Menurut Dicky, bila ada 30 ribu kasus dalam sehari, pemerintah harus melakukan testing 600 ribu kali.
"Ini belum pernah kita lakukan," kata Dicky.
Jokowi Ingatkan Daerah Luar Jawa
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah mewanti-wanti soal lonjakan kasus COVID-19 yang mulai bergeser ke luar Jawa dan Bali. Jokowi menyoroti 6 provinsi di luar Pulau Jawa yang mengalami kenaikan kasus positif COVID-19. Enam provinsi itu adalah Kalimantan Timur (Kaltim), Sumatera Utara (Sumut), Papua, Sumatera Barat (Sumbar), Riau, dan NTT.
"Saya melihat ini angka-angka, hati-hati. Ini 5 provinsi yang tinggi di 5 Agustus Kaltim kasus aktif 22.529, Sumut 21.876, Papua 14.989, Sumbar 14.496, Riau 13.958, itu hari Kamis. Hati hati, hari Jumat kemarin, Sumut naik menjadi 22.892, Riau 14.993, Sumbar 14.712 ini juga naik. Yang turun saya lihat di 2 hari kemarin Kaltim dan Papua, tapi hati-hati ini selalu naik dan turun," papar Jokowi.
"Dan yang perlu hati-hati NTT, NTT hati-hati, saya lihat dalam seminggu kemarin tanggal 1 Agustus masih 886 , 2 Agustus 410 kasus baru, 3 Agustus 608 kasus baru, tanggal 4 Agustus 530, tetapi lihat di tanggal 6 kemarin 3.598. Angka-angka seperti ini harus direspons secara cepat," tegas Jokowi.
Evaluasi Pemerintah Tentukan Nasib PPKM
Pemerintah masih mempertimbangkan beberapa aspek terkait perpanjangan PPKM level 4 ini. Pemerintah mengevaluasi sejumlah aspek mulai dari laju penularan COVID-19 hingga kondisi masyarakat.
"Memang tren angka kasus di Jawa Bali terus menunjukkan penurunan. Jumlah tes meningkat dan positivity rate menurun, menunjukkan peningkatan testing dan tracing sudah terjadi. Harapannya momentum tetap dipertahankan dan untuk minggu depan rasio tracing bisa di angka 1:8 atau 1:10. Kami berharap semua pihak tetap mengampanyekan penggunaan masker yang baik dan konsisten untuk mencegah penularan COVID-19," kata juru bicara Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi, lewat pesan singkat kepada detikcom, Minggu (8/8).