Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), masih melakukan perbaikan terhadap jembatan gantung rusak di Desa Pamoseang yang viral setelah pelajar bergantungan di tali. Perbaikan jembatan sudah mencapai 80 persen.
"Ini tahap akhir, boleh dibilang sudah 75-80 persen pengerjaan. Kami sangat terbantu dengan masyarakat setempat, dengan Kepala Desa Pamoseang," kata Kepala BPBD Kabupaten Mamasa Labora Tandipuang saat dimintai konfirmasi wartawan, Jumat (6/8/2021).
![]() |
Menurut Labora, proses perbaikan jembatan tersebut diambil alih BPBD Kabupaten Mamasa sesuai instruksi Bupati Mamasa Ramlan Badawi. Hal ini setelah Pemerintah Desa Pamoseang sempat ingin mengambil alih perbaikan jembatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemerintah Kabupaten Mamasa, dalam hal ini Pak Bupati dan Wakil Bupati bersama Sekda, langsung memerintahkan kami untuk mengerjakan itu (jembatan)," terangnya.
Disebutkan, anggaran yang digunakan untuk memperbaiki jembatan gantung tersebut sebanyak Rp 30 juta. Bersumber dari dana tanggap darurat Pemerintah Kabupaten Mamasa.
"Sumber dana tanggap darurat dari pemda, dananya hanya Rp 30 juta," kata Labora.
![]() |
Menurut Labora, anggaran tersebut digunakan untuk memperbaiki lantai dan ring pengaman sisi kiri dan kanan jembatan.
"Cuma yang namanya kan jembatan darurat, dikerjakanya secara darurat juga, minimal orang bisa mempergunakan itu," tuturnya.
Diperkirakan, proses perbaikan jembatan gantung viral tersebut bisa segera selesai pekan depan agar dapat kembali difungsikan seperti semula.
"Pekerjaan kurang lebih 30 hari, dan diperkirakan rampung dalam minggu depan," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, jembatan gantung sepanjang 45 meter dengan lebar 1,5 meter ini viral di media sosial setelah terekam kamera dilintasi sejumlah pelajar yang bergelantungan di tali jembatan karena hampir seluruh lantainya sudah hilang.
Dikabarkan, jembatan gantung yang dibangun pada 2013 itu rusak parah setelah diterjang banjir pada akhir 2020.
Setelah jembatan diterjang banjir, warga harus bertaruh nyawa bergelantungan di tali jembatan untuk menyeberangi sungai. Aktivitas warga membawa sembako atau hasil bumi harus dilakukan dengan masuk ke dalam sungai dan menerobos arus deras. Sementara itu, sepeda motor milik warga terpaksa diparkir di sisi sungai yang lain.
(nvl/nvl)