Mahasiswa Bicara Pemimpin Terbaik Indonesia, Ini Kata Mereka!

Suara Mahasiswa

Mahasiswa Bicara Pemimpin Terbaik Indonesia, Ini Kata Mereka!

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Kamis, 29 Jul 2021 17:46 WIB
Dialog Mahasiswa mengenai kriteria pemimpin masa depan
Dialog Mahasiswa (Foto: YouTube Survei KedaiKOPI)
Jakarta -

Sejumlah perwakilan mahasiswa memaparkan kriteria pemimpin masa depan untuk Indonesia. Mahasiswa menilai pemimpin terbaik adalah mereka yang bertanggung jawab kepada rakyat hingga memiliki komunikasi politik yang baik.

Pandangan pertama disampaikan oleh Ketua BEM FISIP Universitas Indonesia, Bayu Satria Utomo. Kriteria pemimpin masa depan itu diungkapkan Bayu dalam dialog yang digelar oleh Lembaga Survei KedaiKOPI bertajuk 'Pemimpin Masa Depan Indonesia Versi Mahasiswa' dalam siaran YouTube, Survei KedaiKOPI, Kamis (29/7/2021).

"Kriteria pemimpin di masa depan, sederhana saja kriteria yang harus hadir adalah kriteria pemimpin yang bisa menyelesaikan atau memecahkan masalah. Pemimpin yang bisa bertindak sebagai problem solver, kemudian bisa melakukan komunikasi yang baik. Karena memang komunikasi politik yang baik itu ditunggu oleh rakyat Indonesia, di mana benar-benar presiden atau pemimpin, pemimpin ini harus peka terhadap masalah yang terjadi. Bukan hanya memprioritaskan kepentingannya sendiri maupun kelompoknya," jelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Bayu, pemimpin Indonesia saat ini cenderung berpihak kepada pemilik modal. Dia berharap pemimpin masa depan memperhatikan kepentingan rakyat.

"Karena memang kan kita, saya belajar sosiologi bahwa ada tiga unsur penyusun masyarakat pertama adalah pemerintah atau otoritas, kedua adalah kaum masyarakat sipil dan ketiga adalah kaum pemilik modal. Kita di sini melihat pola pemimpin saat ini cenderung untuk mengakomodir hanya kepentingan kaum pemilik modal yang di mana sebenarnya harusnya otoritas ini punya suatu keseimbangan dalam membuat suatu kebijakan dan menurut saya pemimpin di masa depan memperhatikan kepentingan dari kelompok masyarakat sipil," kata dia.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Ketua BEM FIKOM Universitas Padjadjaran Imam Rohman mengatakan seorang pemimpin harus mampu bertanggung jawab. Dia menekankan bahwa pemimpin harus memegang ucapannya.

"Dari saya sendiri kuncinya satu yaitu tentang bertanggung jawab. Bagaimana dia bisa bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan dan apa yang menjadi amanah pada dirinya sendiri. Dan semua itu harusnya kalau dia pemimpin yang bertanggung jawab semuanya akan diselesaikan oleh tanggung jawab dia," tuturnya.

Meski demikian, Imam menyadari bahwa komunikasi politik juga harus dibangun oleh pemimpin dengan rakyatnya. Akan tetapi, dia kembali menekankan bahwa pemimpin harus menjaga amanah yang telah diterimanya.

"Mungkin komunikasi politik juga dibangun ya, bagaimana dia bisa dekat dengan masyarakatnya dan untuk memperoleh angka-angka. Tapi yang lebih penting daripada memperoleh atensi publik terkait pencoblosan adalah bagaimana seorang pemimpin bertanggung jawab kepada amanah yang diberikan oleh rakyatnya," tuturnya.

Presiden Mahasiswa Universitas Cenderawasih Yops Itlay memiliki pandangan yang berbeda. Menurut Yops, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mampu memahami persoalan rakyatnya berdasarkan masing-masing daerah.

"Kepemimpinan yang baik untuk Indonesia ke depan ini memang semua orang itu baik sih dalam hal membangun, dalam hal kepemimpinan, tetapi yang paling baik saya pikir itu kita harus mempunyai pemimpin yang dia mampu melihat rakyatnya itu dari sudut pandangnya masing-masing," kata Yops.

Kebijakan yang diambil untuk Papua, kata Yops, tidak bisa disamakan dengan Jakarta. Dia mengatakan selama ini pemerintah melihat Papua sama seperti melihat persoalan yang ada Jakarta.

"Misalnya hari ini orang Jakarta tidak bisa melihat orang Papua itu dari sudut pandangnya orang Jakarta tetapi dia harus melihat orang Papua itu dari sudut pandangnya orang Papua. Akhirnya dalam mengambil keputusan itu dia tidak kontradiktif antara pemerintah dengan rakyat. Supaya rakyat juga terima dalam keputusan yang diambil pemerintah," jelas dia.

"Karena jujur selama ini pemerintah Jakarta itu melihat Papua itu dari perspektif orang Jakarta sendiri, sedangkan Papua itu sangat berbeda dari apa yang mereka pikirkan. Sehingga banyak kebijakan yang diambil sesungguhnya tidak berdampak atau tidak berpihak pada orang Papua. Ini yang perlu dilihat," sambungnya.

Lebih lanjut, Yops menilai orang pemimpin harus tegas. Serta melakukan apa yang dia sampaikan.

"Kemudian dia harus tegas, apa yang dia bicara itu yang harus dilakukan, tidak seperti di depan bicara lain di belakang main lain. Ini yang berbahaya," ucap Yops.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal SEMA Universitas Paramadina, Nurul Hidayat, menyebut pemimpin yang baik adalah mereka yang memiliki hubungan timbal balik dengan rakyat. Dia mengatakan seorang pemimpin harus memberikan kepuasan kepada rakyat.

"Kepemimpinan dan pemimpin itu berbicara tentang relasi intersubjektif antara penguasa dan rakyat. Bagaimana rakyat yang memberikan mandat kepada penguasa, penguasa juga memberikan kepuasan kepada rakyat. Jadi untuk pemimpin yang ideal di masa depan adalah bagaimana pemimpin memberikan kepuasan kepada rakyat," tutur dia.

Menurut Nurul, tugas pemerintah adalah menyejahterakan rakyat. Sebab, kata dia, rakyat telah memberikan kesejahteraan kepada pemerintah.

"Rakyat tidak mau tahu, misalnya 'ini loh pemerintah sudah melakukan ini, itu' lah itu kewajibanmu, itu kewajiban kalian. Jadi saya tidak rasa ada pemakluman, tidak toleransi, rakyat telah menyejahterakan kalian dan waktunya saat ini kalian memberikan kesejahteraan kepada rakyat, jadi itulah hubungan timbal balik. Jadi kata kuncinya adalah bagaimana pemimpin masa depan memberikan kepuasan kepada rakyat tanpa alasan kepada rakyat," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(lir/dnu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads