Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pimpinan Ketua Umum Imanuel Cahyadi mengemukakan ide demi mencegah terulangnya insiden 'injak kepala warga' oleh oknum TNI AU di Merauke Papua. GMNI mengusulkan evaluasi psikologi terhadap semua serdadu di Papua.
"Aksi pemukulan seperti itu bukan lagi hal baru yang terjadi di Papua, tetapi persoalan demikian sudah berulang kali terjadi. Sampai kapan kita mau akhiri kekerasan yang acap kali terjadi pada masyarakat Papua," kata Sekretaris Jenderal DPP GMNI Sujahri Somar dalam pernyataan tertulis, Kamis (29/7/2021).
Tes psikologi yang diusulkannya adalah tes karakteristik kepribadian dari seluruh prajurit TNI. Terlebih, prajurit yang membawa senjata api perlu pula untuk dites ulang psikologinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tes psikologi ini penting sekali agar publik, dan khususnya masyarakat Papua, benar-benar melihat negara secara serius mendalami persoalan ini secara berkelanjutan, tidak sebatas merespons dan memberi sanksi militer. Apalagi wilayah yang sudah lancar sinyal dan penggunaan gadget cukup luas dan sudah sangat jelas sepak terjang para Prajurit TNI akan terus dijadikan contoh yang baik. Dengan demikian, tes psikologi itu dalam waktu dekat perlu dilakukan," kata Sujahri Somar.
Hasil tes psikologi bisa menjadi dasar penempatan wilayah penugasan. Hasil tes juga bisa menjadi pertimbangan pemberian materi tambahan mengenai pendekatan yang lebih humanis ke warga sipil.
Selain itu, semboyan TNI yang berbunyi 'bersama rakyat TNI kuat' perlu ditambah jargon yang lebih humanis, yakni 'prajurit sahabat rakyat'. Wawasan mengenai kearifan Papua juga perlu diberikan kepada prajurit da dievaluasi berkala.
"Apalagi TNI telah banyak menerima prajurit OAP (Orang Asli Papua), kalau dirasa perlu maka untuk prajurit yang banyak bertugas di wilayah perkotaan sebaiknya diperbanyak dari kalangan OAP atau Indonesia Timur, agar benar-benar citra Prajurit Sahabat Rakyat tadi bisa terwujud," kata Sujahri.
Tanggapan TNI sebelumnya soal insiden di Merauke
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan murka dengan tindakan oknum prajuritnya yang menginjak kepala warga Papua. Oknum itu berasal dari Satuan Polisi Militer Pangkalan Udara (Satpom Lanud) Johanes Abraham Dimara di Merauke.
"Kenapa tidak peka memperlakukan disabilitas seperti itu. Itu yang membuat saya marah," tegas Hadi kepada detikcom, tadi.
Tindakan dua oknum tersebut juga berimbas pada atasan mereka, Komandan Lanud Johanes Abraham Dimara di Merauke, Kolonel Pnb Herdy Arief Budiyanto dan Komandan Satpom Lanud. Hadi menyampaikan telah meminta Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Fadjar Prasetyo untuk mencopot atasan dari dua oknum tersebut.
"Karena mereka tidak bisa membina anggotanya," ucap Hadi.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo telah menyampaikan permohonan maaf yang setinggi-tinggnya atas peristiwa itu.
(dnu/dnu)