Tokoh Kultural Bisa Berperan Setop Stigma Aib Bila Ada Warga Kena COVID

Tokoh Kultural Bisa Berperan Setop Stigma Aib Bila Ada Warga Kena COVID

Rolando Fransiscus Sihombing - detikNews
Selasa, 27 Jul 2021 08:32 WIB
Poster
Ilustrasi (Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan stigma terhadap pasien positif COVID-19 jadi salah faktor penyebab tingginya kasus meninggal saat isolasi mandiri (isoman). Stigma disebut muncul karena belum meratanya budaya ilmiah.

Sosiolog Universitas Udayana Wahyu Budi Nugroho menilai ada kaitan budaya ilmiah dengan stigma negatif terhadap pasien Corona. Padahal, menurutnya, Corona dapat menjangkiti siapa saja tanpa pandang bulu.

"Persoalan mendasarnya adalah sikap dan budaya ilmiah belum terbentuk di masyarakat kita, sehingga masyarakat dengan mudah mengasosiasikan seseorang yang terinfeksi COVID-19 dengan hal-hal yang tidak ilmiah atau tidak rasional," kata Wahyu kepada wartawan, Senin (26/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahyu menilai stigmatisasi pasien Corona cukup bahaya di masyarakat. Stigmatisasi dapat menjadi bumerang bagi siapa pun di tengah masyarakat.

"Stigma terhadap mereka yang menderita COVID-19 ini berbahaya karena bisa membuat orang menghindari pemeriksaan, bahkan bisa jadi, mereka yang menstigma sendiri takut untuk diperiksa, karena jika hasilnya positif, mereka takut distigma balik," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Peran Sentral Tokoh Kultural

Secara sosiologis, Wahyu menilai seringkali stigma ini berkelindan erat dengan relasi kuasa. Umumnya, kata Wahyu, stigma baru berpengaruh ketika dicetuskan oleh orang-orang berpengaruh di masyarakat.

"Oleh karena itu, pemerintah juga perlu terus mensosialisasikan dan melakukan pembinaan terhadap tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki kekuatan kultural," ucapnya.

Tokoh-tokoh kultural di Indonesia, kata Wahyu, dengan kepemimpinan kharismatik umumnya masih dinilai lebih berpengaruh dibandingkan pemimpin birokratis (legal-formal) pemerintahan.

Oleh sebab itu, menggandeng para tokoh masyarakat dinilai menjadi jurus jitu dalam penanganan Corona.

"Sering kali masyarakat lebih mematuhi dan mempercayai tokoh-tokoh ini dibandingkan pemerintah. Itulah kenapa, pembinaan dan sosialisasi terhadap tokoh-tokoh kultural atau tokoh masyarakat juga penting selama pandemi ini dalam upaya rasionalisasi masyarakat," imbuhnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Beban Sosial Picu Pasien Isoman Meninggal

Menkes Budi Gunadi Sadikin sebelumnya mengatakan ada banyak faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus warga positif COVID-19 meninggal saat isoman. Salah satunya masih ada stigma masyarakat terhadap pasien positif COVID-19.

"Saya sedih memang, saya juga mendapatkan masukan banyak isoman meninggal, penyebabnya banyak. Bukan hanya tidak diterima di rumah sakit, tetapi rupanya kalau orang yang sakit di banyak daerah itu masih dilihat sebagai orang yang ternoda, orang terhukum orang yang tidak baik perilakunya, jadi kasihan orang-orang ini," kata Budi dalam konferensi pers virtual, Senin (26/7).

Akibat hal itu, warga yang terpapar COVID-19 tidak mau melapor ke fasilitas kesehatan terdekat. Budi mengingatkan masyarakat bahwa COVID-19 bukan merupakan aib.

"Orang-orang ini tidak mau dites, tidak mau lapor karena dia ada beban sosialnya. Karena itu, sakit COVID ini bukan sakit seperti, mohon maaf, penyakit kulit, bukan aib," ujar Budi.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads