Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengajak generasi milenial, khususnya mahasiswa, untuk mengkaji kembali sistem demokrasi Indonesia saat ini. Menurutnya, sistem demokrasi langsung di Indonesia perlu ditelaah kembali apakah lebih banyak manfaatnya atau justru banyak mudaratnya.
"Para mahasiswa harus berani membuat kajian serta mengevaluasi sistem demokrasi langsung saat ini. Sistem pemilihan langsung dalam pemilihan pimpinan daerah, pusat ataupun legislatif sangat rentan dengan money politic dan biaya tinggi. Kalau kita pertahankan bukan tidak mungkin demokrasi kita hanya bergantung pada angka, bukan lagi memperjuangkan aspirasi rakyat," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Senin (26/7/2021).
Hal itu diungkapkannya dalam Ngobras (ngobrol santai) bersama Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta 2019-2020, Sultan Rivandi yang akan ditayangkan di YouTube Bamsoet Channel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua DPR RI ke-20 ini menilai sistem demokrasi langsung yang dianut oleh bangsa Indonesia sangat berpotensi menggiring orang untuk terjerat dalam tindak korupsi. Oleh karena itu, lanjutnya, tidak aneh bila kemudian banyak kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi.
"KPK juga melakukan kajian bahwa pemilihan langsung itu daya rusaknya luar biasa atas sistem ini. Tidak sedikit kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi karena saat pemilihan mereka mengeluarkan biaya yang sangat tinggi," ujarnya.
Menurut Ketua IMI ini, tidak menutup kemungkinan hasil kajian para mahasiswa akan menyimpulkan perlunya perubahan sistem demokrasi di Indonesia. Meski demikian, ia mengatakan perubahan yang terjadi harus membawa sistem demokrasi Indonesia lebih baik ke depannya.
"Kita semua tentu tidak ingin sistem demokrasi Indonesia ke depan terus berdasarkan NPWP, nomor piro wani piro. Karena itu, kita perlu merefleksi kembali pelaksanaan sistem demokrasi Indonesia," pungkasnya.
Sebagai informasi, obrolan Bamsoet dengan Sultan Rivandi bisa disaksikan selengkapnya di podcast Ngobras sampai Ngompol (Ngobrol Asyik sampai Ngomong Politik) di kanal YouTube Bamsoet Channel.
(ncm/ega)