Pondok Pesantren Modern Sunanul Muhtadin (PPMSM) di Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, menerima kedatangan santri-santri baru. Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid yang sekaligus Penasihat PPMSM Gresik mengatakan para santri tersebut masuk ke asrama dengan dibagi ke dalam 3 gelombang pada Minggu (25/7) kemarin.
"Agar tidak terjadi kerumunan", ujar Jazilul dalam keterangannya, Senin (26/7/2021).
Sebagai Pembina PPMSM, Jazilul menyebut selama menuntut ilmu dan tinggal di asrama seluruh santri wajib mengikuti protokol kesehatan (prokes) ketat. Menurutnya sebelum santri datang, lokasi pesantren disemprot dengan cairan desinfektan. Kemudian setiap santri dan para pengantar yang datang diperiksa suhu tubuh, serta harus membersihkan tangan dengan hand sanitizer dan memakai masker.
Diungkapkan oleh pria asal Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, itu santri baru sebenarnya sudah masuk asrama dan melakukan pembelajaran sejak 10 Juli. Namun karena ada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali maka kehadiran mereka tertunda.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengatakan kehadiran para santri di asrama dengan diantar oleh orang tua. Selama di asrama mereka akan mendapatkan berbagai perlengkapan belajar, mulai dari paket buku pelajaran, berbagai kitab kuning, Al-Quran, tas, ikat pinggang, dan perlengkapan sekolah lainnya.
"Termasuk kelengkapan untuk tinggal di asrama seperti kasur, bantal, dan lemari," katanya.
Ia menjelaskan selama menempuh pendidikan dan nyantri di PPMSM, para santri digembleng dengan maksimal sehingga dapat menjadi anak-anak yang memiliki karakter kuat, utamanya dalam hal keagamaan juga pendidikan umum.
"Saya akan didik mereka seperti saya mendidik anak saya sendiri," terangnya.
Pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu menyebut, pondok pesantren yang dibina itu merupakan lembaga pendidikan yang mengombinasikan secara utuh dasar-dasar agama dengan kemampuan modern. Oleh karena itu, PPMSM turut menggandeng Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
"Unesa merupakan pencetak guru yang berkualitas," katanya.
PPMSM juga bekerja sama dengan BEC Pare Kediri yang diharapkan mampu membuat para santri mahir berbahasa Inggris.
Lebih lanjut dia mengkatakan pola pendidikan di PPMSM akan difokuskan pada pendalaman Al-Quran, bahasa internasional khususnya Arab dan Inggris, serta mampu menerapkan hidup dengan lingkungan sosial.
"Saya yakin PPMSM akan memiliki energi yang kuat untuk melahirkan para lulusan yang memiliki karakter ke-Indonesia-an, kekuatan agama yang utuh, dan cinta Tanah Air," tuturnya.
Di sisi lain, salah satu santri asal Surabaya bernama Gusti Mahendra mengaku senang di hari pertama meski dirinya harus berpisah dengan orang tua. Begitu pun dengan orang tuanya, yakni Nur Hasanah yang ingin anaknya bisa betah tinggal di pesantren dan mengikuti pendidikan serta pembelajaran di sana sampai terwujud cita-citanya.
Nur berharap anak laki-lakinya bisa menjadi imam untuk keluarga. Sebab menurutnya tantangan zaman kiat berat sehingga diperlukan pemahaman agama dan karakter yang kuat,
"Minimal imam untuk keluarganya. Makanya saya ingin Mahendra bisa di pesantren," pungkasnya.
Sebelum proses belajar dan nyantri dilakukan, para santri baru mengikuti kegiatan orientasi santri untuk memberikan arahan berbagai program pendidikan dan aturan main yang diberlakukan di pesantren.
Lihat juga video '100 Santri Ponpes di Ciamis Dapatkan Vaksinasi COVID-19':
(prf/ega)