Pasangan suami-istri (pasutri) Halim alias Ivan (24) dan Amriana (34) yang menjadi korban pemukulan oknum Satpol PP Gowa dilaporkan ke polisi karena berbohong ke publik soal kehamilan. Suami Amriana, Ivan, memang mengaku istrinya hamil 9 bulan dan mengalami kontraksi akibat dipukul oknum Satpol PP Gowa, Mardani Hamdan, saat razia PPKM.
Pasutri itu dilaporkan ke Polres Gowa oleh Ormas Brigade Muslim Indonesia (BMI) Sulawesi Selatan (Sulsel). Laporan itu kini tengah ditindaklanjuti Satreskrim Polres Gowa.
"Pengaduan tentang berita bohong. Jadi ini kan kita baru terima laporan. Nanti kita lihat tindak lanjut Reskrim (Reserse Kriminal) bagaimana," ujar Kasubag Humas Polres AKP Mangatas Tambunan saat dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (23/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut urutan kejadian kebohongan hamil yang dibuat Ivan dan Amriana;
Ivan Sebut Amriana Hamil Saat Dipukul Mardani Satpol PP Gowa
Saat insiden pemukulan oknum Satpol PP Gowa pada Rabu (14/7), Ivan selaku suami Amriana histeris dan mengaku istrinya tengah hamil. Ivan juga menyiarkan secara langsung momen pemukulan dan pengakuannya itu akun media sosial miliknya.
"Istriku bilang saya ikuti aturan pemerintah, sama sekali tidak ada saya langgar. Saya bilang, 'Jangan begitu, Pak, istriku sedang hamil'. Jadi dia langsung balik tampar saya," kata Ivan saat itu.
Akibat tamparan itu, istri Ivan disebut naik pitam mencoba menyerang oknum Satpol PP tersebut. Namun sang istri sendiri berakhir menjadi sasaran penganiayaan.
"Jadi istriku marah, ambil kursi dia lempar, (oknum Satpol PP) langsung istriku lagi dia tonjok, istriku bermaksud membela," kata dia.
Ivan Tegaskan Amriana Hamil 9 Bulan di Polres Gowa
Keesokan harinya setelah insiden pemukulan, pada Kamis (15/7), Ivan secara resmi melaporkan insiden pemukulan Mardani Satpol PP ke Polres Gowa. Ditemui wartawan setelah memberi laporan, Ivan menegaskan istrinya tengah hamil 9 bulan, bahkan mengalami kontraksi akibat insiden pemukulan.
"Iya, istri saya lagi hamil memang dan saya juga sudah bilang saat oknum petugas itu datang," ujar Ivan saat ditemui di Polres Gowa, Kamis (15/7).
Ivan saat itu mengatakan kondisi istrinya memang rentan karena usia kandungannya yang sudah masuk bulan ke-9. Saat penganiayaan terjadi, Ivan menyebut sang istri juga sempat mengeluarkan cairan yang dia sebut-sebut ada hubungannya dengan kondisi kehamilan istrinya.
"Pada saat dipukul, dia kejar Satpol PP, tiba-tiba langsung ada keluar air, cairan," kata Ivan
Ivan menegaskan saat itu istrinya mengalami kontraksi setelah dipukul, Ivan menunda pelaporan polisi dan melarikan istrinya ke rumah sakit. Ivan baru melanjutkan upaya pelaporan ke polisi dini hari tadi.
"Dia sudah hamil tua mi memang," katanya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Pemkab Gowa Mulai Ungkap Amriana Tak Hamil dan Menolak Dites
Di tengah viralnya kabar Mardani Satpol PP memukul Amriana yang tengah hamil 9 bulan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa menegaskan bahwa Amriana tidak hamil. Hal ini berdasarkan hasil tes plano dan Amriana menolak saat mau dites USG untuk membuktikan kehamilannya.
"Dia (wanita yang dipukul oknum Satpol PP) tidak hamil. Waktu mau dites USG, dia tidak mau. Ini perempuan tidak hamil," kata Kepala Bidang Komunikasi Kabupaten Gowa Arifuddin Zaeni saat dimintai konfirmasi wartawan, Kamis (15/7).
Arifuddin juga heran Amriana tidak mau dites USG setelah tes plano tidak menunjukkan adanya gejala kehamilan.
"Hasil tes plano tidak menunjukkan gejala hamil. Ketika mau tes lanjutan USG, yang bersangkutan tidak mau dites USG. Artinya apa?" imbuhnya.
Amriana Buat Pengakuan Mengejutkan Soal Kehamilannya Tidak Bisa Dibuktikan Dokter
Amriana yang tengah dirawat di rumah sakit lantas menegaskan bahwa kehamilannya tidak bisa dibuktikan melalui pemeriksaan dokter, tapi melalui seorang tukang urut. Menurutnya, dokter memang tidak bisa membuktikan jika dirinya hamil.
"Jadi saya kalau ke dokter memang tidak bisa (dibuktikan hamil), tidak dapat," kata Amriana, Jumat (16/7).
Amriana pun mengatakan, meski kehamilan itu tidak bisa dibuktikan dokter, kehamilan dirinya tetap bisa disaksikan dalam sejumlah postingan akun Facebook miliknya. Amriana juga berbicara soal perutnya yang kembang kempis.
"Bisa buka semua FB saya, tiap bulan, tiap bulan, perut saya bagaimana, bagaimana. Kadang ini besar, sebentar agak kempis, sebentar besar, sebentar kempis," katanya.
Amriana mengatakan selama ini memang kerap memeriksakan kehamilannya pada tukang urut, bukan pada dokter.
"Tidak, tidak, dokter di itu, apa namanya. Tidak, tidak pernah kusuruh dokter pegang (periksa). Itu apa namanya itu he, itu terakhir di dokter, di tukang urut eh," ungkapnya.
Dia pun menegaskan, selama merasa hamil dia berobat ke tukang urut karena kehamilannya tidak bisa dijangkau dengan logika.
"Tidak, masalahnya kan ini pengobatan saya sendiri, memang tidak bisa dijangkau dengan pikiran logika," pungkas Amriana.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Amriana Ngaku Dapat Intimidasi Untuk Dites Kehamilan Saat Dirawat di RS di Gowa
Amriana lalu mengaku mendapat intimidasi dan pemaksaan oleh oknum dokter di salah satu rumah sakit di Gowa. Dia dipaksa membuktikan kehamilannya melalui tes medis, namun Amriana tetap menolak.
Amriana memang menegaskan kehamilannya tidak bisa dibuktikan melalui tes medis ataupun pemeriksaan dokter. Dia yakin hamil karena beberapa bulan yang lalu dia juga sempat merasakan tanda-tanda kehamilan dan memeriksakan diri ke seorang tukang urut.
"Itu hari perutku memang agak sedikit sakit karena memang sudah lama tidak pernah haid, terus semacam sakit jam 5 subuh lewat, langsung ke tukang urut, terus memang ada (ciri-ciri hamil). Karena saya memang selama hamil memang tidak pernah USG, iya (ke tukang urut saja)," kata Amriana saat ditemui detikcom di RS Ibnu Sina, Makassar, Jumat (16/7).
Amriana lalu mengungkapkan alasannya menolak tes USG saat dirawat di salah satu rumah sakit di Gowa sesaat setelah mendapat penganiayaan dari oknum Satpol PP.
"Kondisi saya tidak stabil, masih sedikit sesak sama kepala (pusing), agak tidak bisa berdiri, duduk sendiri pun sekitar 5 menit drop kembali. Sakit (kepala) sebelah kanan sampai ke belakang," ungkap Amriana.
Sementara itu, pengacara Amriana, Ari Dumais, mengaku telah menerima laporan kliennya soal adanya dugaan intimidasi itu. Dia mengatakan kliennya mengaku perutnya sempat ditusuk-tusuk dengan telunjuk oleh oknum dokter di RS Gowa.
"Seorang dokter ini datang lalu tiba-tiba mengomel seolah-olah bahwa kamu kenapa nggak mau di-USG, sambil nusuk-nusuk perut (pakai jari) lalu sempatlah terlontar bahasa yang tidak etis menurut saya seorang dokter ya. Dia katakan, 'Kamu ini nggak hamil. Pantas kau dikasi begitu sama Satpol PP karena kelakuanmu itu'," ujar Ari.
Dia juga mengatakan hamil atau tidaknya korban tak ada hubungannya dengan aksi penganiayaan. Dia pun mengaku sempat mencari oknum dokter dimaksud untuk meminta penjelasan.
"Nah inilah pada saat saya ke sana (RS) juga saya mencari dia, ternyata dia sudah pulang. Dan saya ketemu pihak humas (rumah sakit) sekarang ini sementara menyelidiki, benar-tidak perlakuan ini kan. Itu bisa dibuktikan CCTV, ya," katanya.
Akibat insiden tersebut, Ari dan timnya memindahkan Amriana ke RS Ibnu Sina, Makassar. Alasannya untuk keamanan Amriana.
"Untuk pemindahan korban ke Makassar kami yang ajukan. Kenapa? karena kami merasa dari segi keamanan klien kami. Karena dengan adanya dan tindakan-tindakan yang seperti terjadi kemarin kami merasa bahwa di Makassar ini netral dan kami bisa 24 jam untuk mengontrol dan kami bisa menjaga di sini," katanya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Amriana dan Suaminya Dilapor ke Polisi Karena Bohong Soal Kehamilan
Ormas Brigade Muslim Indonesia (BMI) Sulawesi Selatan (Sulsel) selaku pelapor pasangan suami istri (pasutri) yang dipukul oknum Satpol PP Gowa Halim alias Ivan (24) dan Amriana (34) mengungkap alasan melaporkan pasutri itu ke polisi. BMI menuding pasutri itu bohong soal hamil dan membuat masyarakat terprovokasi.
"Kami dari Brigade Muslim Indonesia (pada) Kamis 22 Juli 2021 membuat laporan resmi ke Polres Gowa mengenai dugaan penyebaran informasi bohong melalui media sosial secara live, dan media online yang diduga di lakukan oleh pasangan pasutri (Ivan dan Amriana) pemilik kafe di Desa Panciro saat terjadi insiden penganiayaan oleh oknum Satpol PP, laporan ini didasari oleh beberapa temuan kami," ujar Ketua BMI Sulsel Muhammad Zulkifli S kepada detikcom, Jumat (23/7).
Tapi kuasa hukum Ivan dan Amriana, Ashari Setiawan, menyebut kliennya berbohong karena untuk keselamatan saat dipukul.
"Jadi begini, saya tanggapannya itu dia kan bisa berbohong untuk menyelamatkan istrinya dari penganiayaan Satpol," ujar Ashari saat dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (23/7).