TP3 Bantah Mahfud Lewat Buku Penembakan Laskar FPI: Ini Bukan Khayalan

TP3 Bantah Mahfud Lewat Buku Penembakan Laskar FPI: Ini Bukan Khayalan

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 07 Jul 2021 21:35 WIB
Sidang uji formil UU KPK kembali digelar di Gedung Mahkamah Konstitusi. Sejumlah saksi ahli mulai dari pakar hukum hingga ahli filsafat dihadirkan di sidang itu
Abdullah Hehamahua (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) menerbitkan buku terkait kasus enam anggota laskar FPI. TP3 mengatakan salah satu tujuan keluarnya buku ini untuk membantah pernyataan Menko Polhukam Mahfud Md.

Ketua TP3 Abdullah Hehamahua awalnya mengatakan buku ini merupakan janji setelah pihaknya bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Terbitnya buku ini sebagai janji kami ketika bertemu Presiden Jokowi bulan Maret lalu bahwa terjadi perbedaan persepsi, pemahaman, penilaian, dan data yang dimiliki Komnas HAM dan TP3," kata Abdullah dalam acara peluncuran yang digelar secara daring, Rabu (7/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengklaim pihaknya berkomitmen menyerahkan buku yang berisikan fakta-fakta peristiwa penembakan 6 anggota laskar pengawal Habib Rizieq tersebut.

"Pada hari itu juga Presiden Jokowi dan Menko Polhukam mengatakan, kalau TP3 punya data-data, silakan diserahkan. Jadi ini adalah komitmen dan janji kami TP3 untuk menyerahkan data-data, analisis, dan pengkajian hal itu," katanya.

ADVERTISEMENT

Abdullah mengatakan buku itu juga dibuat untuk menyanggah pernyataan Mahfud. Menurutnya, buku itu didasarkan pada temuan di lapangan.

"Oleh karena itu juga sekaligus ingin membantah pernyataan Menko Polhukam di dalam pernyataan sendiri setelah pertemuan dengan presiden dan beliau di Istana itu bahwa apa yang disampaikan oleh TP3 adalah imajinasi atau khayalan. Buku ini membuktikan buku ini bukan khayalan tapi fakta di lapangan, baik analisis maupun hasil wawancara," ujar dia.

Dia mengatakan, dalam penyusunan buku ini, TP3 mendatangi langsung keluarga 6 Laskar FPI yang tewas. Dia mengatakan keenam korban berasal dari keluarga biasa.

"Dari enam keluarga itu, 3 orang janda, dan dari 3 janda ini menjual nasi di pagi hari, 1 menjual gorengan, 1 menjaga atau memelihara tetangga," katanya.

"Yang tiga orang lagi, memang ada bapak dan ibu. Tapi pekerjaannya adalah satu buruh harian, satu penjual batu akik yang pada musim COVID-19 ini siapa yang mau beli batu akik. Mau beli nasi saja susah, mau beli barang kebutuhan sehari-hari juga susah. Satu lagi adalah pensiunan pegawai di supermarket," tambahnya.

Amien Rais Sebut TNI-Polri Tak Terlibat

Pada pembukaan acara peluncuran buku, Amien Rais mengatakan, TNI dan Polri tidak terlibat dalam kasus tersebut.

Dia menjelaskan, yang disajikan dalam buku putih TP3 adalah fakta-fakta objektif. Sebagian besar berdasarkan data dari sumber primer. Di antaranya hasil wawancara dengan saksi yang berani bersuara, wawancara dengan keluarga korban dan fakta-fakta dari video dan sebagainya.

"Setelah membaca dengan baik buku putih ini, secara kelembagaan ini penting, Polri dan TNI sama sekali tidak terlibat dalam skenario maupun implementasi dari pelanggaran HAM berat itu, alhamdulillah kira bersyukur ya," kata Amien Rais.

"Jadi teman-teman TNI dari tiga angkatan dan teman-teman Polri, Anda memang tidak terlibat baik skenario apalagi pelaksanaan. Jadi kita bangga alhamdulillah tulang punggung keamanan bangsa namanya Polri dan tulang punggung pertahanan namanya TNI itu tidak terlibat sama sekali," sambungnya.

Simak video 'Polri Kirim Lagi Berkas Unlawful Killing Laskar FPI ke Kejagung':

[Gambas:Video 20detik]



(jbr/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads