"Gejala yang khas pada anak jika terkena COVID-19 tidak terlihat. Ini seperti 'jebakan Batman' dan membuat angka morbiditas tidak beranjak turun karena gejalanya hanya demam, batuk dan pilek, bahkan ada yang tanpa gejala sehingga orang tua tidak menyadarinya," ungkap Dr Bob Wahyudin, dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, kepada detikcom, Jumat (2/7/2021).
Bukan hanya orang tua yang kecolongan, para dokter anak pun sering luput. Hal ini berdasarkan pengalaman Bob Wahyudin yang telah menangani puluhan anak yang terindikasi COVID-19. "Awalnya si anak didiagnosa tifus atau demam berdarah, tapi setelah beberapa hari kok tidak membaik. Eh, ternyata COVID-19," kata Bob, yang berpraktik di rumah sakit ternama di Makassar.
Dia pernah punya pengalaman saat menangani pasien anak yang mengalami demam tinggi beberapa waktu lalu. Saat dilakukan swab PCR, pasien itu dinyatakan negatif sehingga dirawat di ruang rawat inap. Namun beberapa hari berselang tidak kunjung sembuh. Setelah dicek antibodi, ternyata immunoglobulin M (IgM)-nya positif COVID.
"Bisa jadi karena sulitnya mendeteksi anak balita yang terkena COVID membuat catatan kasusnya rendah," ungkap Bob Wahyudin yang pernah mengikuti pendidikan Konsultan Respirologi Anak FK-UI/RSCM.
Faktor lain yang menjadi kendala dalam penanganan anak-anak, terutama balita, yang terkena COVID adalah perawatannya. Sebab, untuk anak pengobatan agak terbatas. Semisal jika demamnya tinggi, paling hanya diberi obat demam. Jika sesak napas, terkadang hanya diberi antibiotik. "Tapi sekarang ini banyak dokter panik sehingga banyak obat dimasukin sehingga kondisi pasien anak bertambah buruk," ujar Bob Wahyudin.
Kendala lain adalah jika balita harus dirawat di ruang ICU yang tentu saja harus ditemani orang tuanya. Namun jika dari hasil swab PCR orang tuanya negatif, ini menjadi persoalan karena berisiko tertular jika harus menemani. Jika orang tuanya juga positif, mungkin tidak ada persoalan berada di ruang yang sama.
Karena sulitnya mendeteksi dan menangani anak-anak yang terpapar COVID, Bob Wahyudin menyarankan para orang tua melarang anak-anaknya bermain di luar rumah untuk saat ini. Sebab, membebaskan anak-anak bermain ini berisiko tertular dan karena tidak bergejala anak bisa menjadi transmisi bagi COVID sehingga bisa menularkannya kepada orang tua atau seisi rumah.
(ddg/jat)