Kasus COVID-19 mingguan di Indonesia saat ini telah melampaui puncak kasus yang terjadi pada Bulan Januari 2021 lalu. Pada puncak yang pertama di Januari 2021, jumlah kasus mingguan mencapai 89.902 kasus, sedangkan pada minggu ini angkanya jauh lebih tinggi hingga mencapai 125.396 kasus.
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito mengungkap minggu lalu, Indonesia mencatatkan angka kasus positif harian yang sangat tinggi. Bahkan angkanya mencetak rekor baru kasus harian tertinggi selama pandemi dengan penambahan 21.345 kasus dalam satu hari.
"Hal ini menandakan second wave atau gelombang kedua kenaikan kasus COVID di Indonesia," jelas Wiku dalam keterangan tertulis, Rabu (30/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan pada puncak kasus pertama, kenaikan dari titik kasus terendah sebesar 283 persen dan memuncak dalam waktu 13 minggu. Sedangkan pada puncak kedua ini, kenaikan dari titik kasus terendah mencapai 381 persen atau hampir 5 kali lipatnya. Kenaikan ini bahkan mencapai puncak dalam waktu 6 minggu saja.
Wiku mengatakan, sebelumnya angka kasus di Indonesia sempat mengalami penurunan sejak puncak pertama yaitu selama 15 minggu dengan total penurunan hingga 244 persen.
![]() |
"Kenaikan yang mulai terjadi satu minggu pasca periode libur Lebaran menunjukkan dampak yang ditimbulkan akibat libur panjang ternyata dapat terjadi sangat cepat. Awalnya kenaikan terlihat normal dan tidak terlalu signifikan. Namun, memasuki minggu ke-4 pasca periode libur, kenaikan meningkat tajam dan berlangsung selama tiga minggu hingga mencapai puncak kedua di minggu terakhir," papar Wiku.
Menurutnya, masih adanya masyarakat yang mudik di saat peniadaan telah diberlakukan serta arus balik 1-2 minggu pasca Idul Fitri turut berdampak pada kenaikan kasus yang tinggi. Ia pun menilai lonjakan kasus ini dapat disebabkan oleh munculnya beberapa varian COVID-19 baru yang telah masuk ke Indonesia dan diperparah dengan mobilitas yang tinggi.
Baca juga: BNPB Ingatkan Pentingnya Katana, Apa Itu? |
Wiku menyebutkan, kondisi tersebut menyebabkan dampak periode libur terlihat hingga minggu ke-6 dan kemungkinan masih akan terlihat hingga minggu ke-8 nanti. Ia menambahkan keberhasilan pengendalian dari lonjakan kasus ini akan kembali pada kesiapan masing-masing daerah dalam menyusun dan menjalankan strategi penanganan terbaik di wilayahnya.
Dengan strategi penangan tersebut, ia berharap lonjakan kasus yang terjadi dapat segera ditekan dan dikendalikan. Sehingga mengurangi beban pada fasilitas, sistem, dan tenaga kesehatan.
Provinsi Ini Berkontribusi
Wiku mengungkap ada tiga provinsi yang berkontribusi besar pada kenaikan kasus baik pada puncak pertama maupun puncak kedua saat ini, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah yang disusul Jawa Timur.
Selain itu, Provinsi Sulawesi Selatan diketahui berkontribusi pada kenaikan kasus di puncak pertama, akan tetapi tidak kembali berkontribusi di puncak kedua. Posisi ini malah digantikan oleh Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ia menekankan perlu adanya perhatian provinsi di Pulau Jawa ini konsisten menjadi penyumbang tertinggi pada kedua puncak kasus yang terjadi sepanjang pandemi. Menurutnya, segala upaya penanganan yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan efektif bila masyarakat abai dan lengah menjaga diri dari potensi tertular dan menularkan orang lain.
"Masyarakat, terutama di ketiga Provinsi ini harus berkontribusi dalam menekan lonjakan kasus COVID-19. Upaya penanganan adalah upaya kolektif. Untuk itu, inisiatif masyarakat dalam menekan dan mengendalikan kasus menjadi sangat penting," imbaunya.
Ia pun meminta masyarakat yang terpapar, mengalami gejala COVID, atau memiliki kerabat yang terkena COVID untuk jujur dan segera melapor kepada ketua RT setempat agar dapat segera ditindaklanjuti oleh Puskesmas.
"Jangan khawatir jika petugas tracing datang untuk melacak kontak erat, dan jangan takut di-swab karena hal ini perlu dilakukan agar kasus positif ditangani dengan cepat sehingga tidak bertambah parah," imbuhnya.
Ia juga menekankan masyarakat untuk terus meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan. Wiku meminta masyarakat untuk jangan lengah dan abai, serta merasa aman karena sudah divaksin. Sebab, kekebalan komunitas baru dapat tercapai apabila vaksinasi telah mencakup 70 persen populasi.
Tak hanya itu, ia menyampaikan bahwa masyarakat juga dapat ikut menyebarluaskan edukasi terkait COVID-19 kepada orang sekitar. Ia menilai hal ini penting karena adanya berbagai isu yang masih perlu diedukasi dengan baik kepada masyarakat, seperti soal penggunaan masker yang benar, pentingnya menjaga jarak, dan masih banyak masyarakat yang takut untuk divaksin.
"Akseslah informasi COVID-19 yang valid dan terpercaya dari kanal resmi Satgas COVID-19, kementerian/lembaga terkait serta kanal edukasi lainnya, dan pastikan informasi yang disampaikan terkonfirmasi kebenarannya dan bukan hoax," pungkasnya.
Wiku menilai, dalam situasi yang sulit ini dibutuhkan gotong royong dan bahu membahu untuk memperbaiki keadaan sangat penting. Ia meminta masyarakat untuk jangan saling menyalahkan, sebab penanganan COVID-19 yang efektif akan tercapai apabila seluruh elemen masyarakat dan pemerintah kompak dan saling membantu merumuskan strategi penanganan yang terbaik.
(mul/ega)