Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto serta Ketua Bidang Hukum dan Perundang-Undangan DPP PDIP Yasonna H Laoly bicara mengenai sosok Presiden ke-1 RI Sukarno (Bung Karno). Keduanya mengatakan banyak nilai yang bisa diambil dari Bung Karno lewat pidatonya berjudul 'Indonesia Menggugat'.
Hal itu disampaikan Yasonna dan Hasto dalam acara bertajuk 'Webinar Indonesia Menggugat, Memperingati Bulan Bung Karno' yang digelar Badan Bantuan Hukum Advokat Rakyat PDIP, Selasa (29/6/2021). Yasonna mengatakan banyak pemikiran Sukarno yang patut dikaji ulang karena masih relevan dengan situasi saat ini.
"Dalam rangka bulan Bung Karno ini, tentunya kita terus mengenang perjuangan Bung Karno sebagai bapak bangsa, pahlawan nasional, dan proklamator. Nilai-nilai yang beliau perjuangkan, secara khusus ideologi Pancasila dan gagasan-gagasan brilian dan cemerlang, patut kembali kita kaji untuk menjadi pedoman kita memajukan masyarakat dan negara," ujar Yasonna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak sekali pemikiran Bung Karno yang melampaui zamannya dan masih relevan dengan situasi saat ini. Salah satunya apa yang beliau sampaikan dalam Indonesia Menggugat," tambahnya.
Pidato Indonesia Menggugat disusun Sukarno sebagai pembelaan pada persidangan di Landraad, Bandung, pada 1930. Yasonna menyampaikan bahwa saat itu Sukarno tidak hanya membela dirinya sendiri, tetapi membela bangsa Indonesia yang terjajah oleh kolonial Belanda.
"Substansi pidato Indonesia Menggugat adalah tentang keadaan politik internasional dan kerusakan masyarakat Indonesia di bawah penjajah. Pidato pembelaan ini kemudian menjadi suatu dokumen politik menentang kolonialisme dan imperialisme. Pidato Indonesia Menggugat menunjukkan betapa besarnya jiwa Bung Karno," papar Yasonna.
"Dia (Bung Karno) tidak sekadar membela dirinya sendiri untuk bisa dibebaskan dari pengadilan, Bung Karno dengan lantang membela kemanusiaan dan bangsa Indonesia yang dijatuhkan harkat dan martabatnya oleh penjajahan, dan mengajak rakyat Indonesia merebut kemerdekaan yang menyeluruh yang menjadi haknya," imbuhnya.
Baca juga: Lidah Sukarno Berlabuh ke Sambal Pecel |
Yasonna turut menyinggung soal upaya memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Dia menyebut upaya tersebut masih sejalan dengan isi pidato Bung Karno dalam Indonesia Menggugat.
"Apabila kita memaknai lagi isi Indonesia Menggugat, yang menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan, sudah menjadi kewajiban kita untuk membela kemerdekaan Palestina agar bebas dari penjajahan. Ini adalah amanat Pembukaan UUD 1945," ujarnya.
Yasonna turut mengajak masyarakat untuk melanjutkan perjuangan Sukarno dengan mewujudkan kesejahteraan bersama di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Untuk itu, menjadi tugas kita bersama sebagai generasi penerus yang diberi kesempatan mengisi kemerdekaan ini untuk menjadikan kemerdekaan kita menuju masyarakat adil dan makmur, yaitu kesetaraan untuk sebagian besar rakyat Indonesia dan bukan hanya untuk segelintir orang saja. Untuk itu, sudah menjadi kewajiban kita untuk terus mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo, untuk dapat mewujudkan janjinya menghadirkan kesejahteraan masyarakat Indonesia di seluruh penjuru negeri," tutupnya.
Baca pandangan Sekjen PDIP Hasto di halaman berikutnya.
Modernitas Perjuangan Lewat Partai Politik
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan pemikiran Sukarno lewat pendirian Partai Nasional Indonesia (PNI). Hasto melihat Bung Karno ingin menjadikan partai politik sebagai instrumen penting dalam memahami keinginan masyarakat.
"Dengan gagasan PNI tersebut Bung Karno mentradisikan partai sebagai alat untuk mengorganisir rakyat, partai untuk melakukan pendidikan politik dan kaderisasi. Partai untuk menjadi instrumen penting dalam memahami kehendak rakyat dan dijabarkan dalam desain keputusan-keputusan politik di dalamnya, ada juga fungsi-fungsi komunikasi politik," jelasnya.
Hasto juga bicara pidato Indonesia Menggugat sebagai materi penting bagi kader PDIP. Pidato tersebut banyak membahas soal kolonialisme, imperialisme, dan kapitalisme, yang ditulis Sukarno dengan bahasa yang mudah dipahami.
Hasto bahkan sempat mengutarakan keinginan Megawati Soekarnoputri untuk meneliti relevansi pidato Sukarno saat ini dengan realitas saat ini.
"Realitas bagaimana kita terjajah secara ekonomi saat itu, Ibu Mega sebenarnya berkeinginan bagaimana kalau itu kita teliti, sehingga fakta-fakta yang diungkap Bung Karno pada saat pidato Indonesia Menggugat, berapa ekspor bahan mentah kita, berapa pasar kita, kalau itu dibawa ke nilai sekarang, itu apakah kita sudah mampu menunjukkan negara dengan tingkat kedaulatan yang jauh besar dari cita-cita Bung Karno dalam pidato itu. Itulah yang perlu kajian secara akademis," ungkapnya.
Hasto berharap keteladanan pidato Bung Karno dalam pidato Indonesia Menggugat bisa senantiasa menjadi sumber pemikiran dalam menentukan arah bangsa ke depan.
"Indonesia Menggugat merupakan suatu konstruksi pemikiran politik yang senantiasa relevan untuk terus kita angkat sebagai sumber pemikiran. Semangat sekaligus direction sebagai masa depan kita sebagai partai politik yang dikenal sebagai satu-satunya partai politik yang mengusung gagasan Bung Karno tersebut dalam seluruh aspek politik, ekonomi, dan membangun kepribadian bangsa," tutur Hasto.