Rektor UII: Umat Muslim Perlu Merekonstruksi Sejarah Peradaban Islam

Rektor UII: Umat Muslim Perlu Merekonstruksi Sejarah Peradaban Islam

Antara - detikNews
Minggu, 27 Jun 2021 10:23 WIB
Rektor UII, Fathul Wahid
Rektor UII, Fathul Wahid (Usman Hadi/detikcom)
Jakarta -

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid mengatakan muslim perlu merekonstruksi sejarah peradaban Islam. Sejarah masa lampau perlu dikonstruksi untuk memberi tempat terhormat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

"Yang dibutuhkan saat ini adalah melakukan rekonstruksi sejarah lampau. Rekonstruksi adalah proses intelektual, ada elemen lama di sana, tetapi dilengkapi dengan elemen kontekstual sesuai kebutuhan masanya," kata Fathul Wahid saat membuka kuliah umum daring bertajuk 'Perkembangan Peradaban Islam' seperti dilansir Antara, Minggu (27/6/2021).

Menurutnya, proses rekonstruksi berbeda dengan proses reproduksi yang bersifat mekanistik dan menyalin masa lalu apa adanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika sekadar melakukan reproduksi, lanjutnya, justru akan menjadikan muslim tidak beranjak dari tempatnya karena selalu hidup di bawah bayang-bayang masa lalu sehingga sulit berkembang.

Menurut dia, muslim tidak sekadar harus mampu menjadi pemilik peradaban yang dikembangkan, namun di sisi lain juga harus bersedia menjadi tamu dari peradaban dan pemikiran dari tempat yang lain.

ADVERTISEMENT

"Bagaimana nilai-nilai universal Islam kita gaungkan, kita lantangkan, dan membuka diri dari pemikiran tempat atau kalangan lain," ujarnya.

Hal tersebut, menurut dia, dapat kembali merujuk pada masa Harun Ar-Rasyid, khalifah kelima Dinasti Abbasiyah yang amat memberikan penghargaan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.

Pada saat itu, kata dia, siapa pun ilmuwan, baik muslim maupun bukan, yang membantu mengembangkan ilmu pengetahuan diberi penghargaan emas seberat buku yang ditulis atau diterjemahkan.

"Ini indikasi bahwa Islam menghargai ilmu, dan ilmu pengetahuan," ujar Fathul.

Pada abad ketiga sampai kelima setelah Islam hadir, dikatakan Fathul, banyak muslim kelas menengah yang mempunyai sumber daya dan minat tinggi dalam mempelajari ilmu pengetahuan.

Pada saat itu, sebagaimana dicatat oleh sejarah, daulah memberikan tempat yang terhormat untuk ilmu pengetahuan Yunani. Penyebaran ilmu pengetahuan menjadi luas karena dorongan dan sambutan kelas menengah muslim.

Situasi spiritual pada tiga abad pertama Islam, menurut dia, amat kondusif untuk masuknya ide dan sistem pemikiran Yunani.

"Jika kita sepakat, bahwa saat ini, muslim cenderung tertinggal dalam pengembangan ilmu pengetahuan atau peradaban, mungkin kita bisa melakukan refleksi terhadap cerita tersebut," kata dia.

Halaman 2 dari 2
(rdp/rdp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads