Gubernur Riau Syamsuar murka gara-gara foto dirinya diedit menjadi drakula. Tak terima fotonya diedit, Syamsuar mengadu ke polisi.
"Beliau dapat laporan dari stafnya ada demo dari massa Aliansi Mahasiswa Penyelamat Uang Negara dikoordinir oleh seseorang bernama Alqodri," kata kuasa hukum Syamsuar, Alhendri, saat dimintai konfirmasi, Kamis (24/6/2021).
Editan foto Syamsuar menjadi drakula muncul saat puluhan mahasiswa berdemo di halaman kantor Kejaksaan Tinggi Riau awal Juni lalu. Massa mendesak Korps Adhiyaksa itu menyelidiki kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial (bansos) Rp 56,7 miliar di Pemkab Siak tahun anggaran 2014-2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dugaan korupsi itu terjadi saat Syamsuar masih menjabat Bupati Siak. Massa berorasi dan membentangkan spanduk yang bertuliskan desakan agar penyidik segera memeriksa Syamsuar.
Dalam aksinya, kata Alhendri, massa membawa spanduk bergambar Syamsuar yang sudah diedit. Foto diedit dengan gigi taring panjang layaknya drakula.
Tidak hanya foto karikatur, dalam spanduk itu juga tertulis 'Tangkap Gubernur Drakula' yang dibentangkan di depan pintu masuk Kejaksaan Tinggi Riau, Rabu (2/6). Hal ini dinilai bermuatan penghinaan dan akhirnya diadukan.
"Dalam demo itu ada spanduk bermuatan penghinaan, ada karikatur wajah dia yang seakan-akan diedit seperti drakula. Tetapi ada tulisan 'Tangkap Gubernur Drakula', ini kalau dikaji jelas arahnya itu ke Syamsuar," katanya.
"Karena merasa dirugikan, dia melakukan upaya hukum atas nama pribadi, berupa pengaduan. Beliau mengajukan secara pribadi, bukan sebagai gubernur ya," kata Alhandri lagi.
Pengaduan sendiri dibuat pada 2 Juni setelah demo berlangsung. Bahkan pengaduan itu telah diterima Polda Riau dan saat ini masih menunggu pemeriksaan dari Polda.
"Pengaduan sudah diterima di SPKT Polda Riau, 2 Juni 2021. Bukan hanya Syamsuar sendiri, tetapi orang lain juga resah, kalau mau demo ya silakan demo saja, kritisi, tapi tindakannya jangan sadis seperti itu," katanya.
Syamsuar Dinilai Antikritik
Gubernur Riau Syamsuar mengadukan pendemo yang membawa spanduk berisi foto dirinya diedit menjadi drakula ke polisi. Pendemo menilai langkah Syamsuar seperti anak-anak dan panik.
"Terkait laporan ini sebagai warga negara berdemokrasi saya persilakan karena itu akses dan dilindungi undang-undang. Tetapi menurut kami itu menunjukkan bahwa Syamsuar orang yang antikritik, tidak sesuai budaya demokrasi yang saling laporkan," kata kordinator aksi, Alqudri, kepada detikcom, Kamis (24/6).
Alasan pendemo edit foto Syamsuar jadi drakula ada di halaman selanjutnya:
Tonton juga Video: Terekam CCTV, Ini Pemicu Perwira Polda Riau Bogem Petugas Jaga
Alqudri mengatakan pengaduan ke Polda Riau itu tak mencerminkan jiwa seorang pemimpin. Bahkan dia membandingkan dengan sikap Presiden Joko Widodo yang tak pernah membuat pengaduan karena dikritik.
"Menurut kami, karena melihat respons gubernur tidak dewasa, ini bukti beliau sosok yang antikritik dan beliau harus banyak belajar dari pemimpin kita Pak Jokowi. Pak Jokowi sering dihina, tekanan banyak, tetapi tidak pernah (mengadu)," katanya.
Pria lulusan Fakultas Hukum itu berharap Syamsuar dapat membuka ruang dialog sehingga tidak panik dan kalang kabut karena dilaporkan ke Kejaksaan Tinggi terkait dugaan korupsi bantuan sosial Rp 56,7 miliar di Pemkab Siak.
"Secara etika seharusnya Pak Gubernur ini membuka ruang dialog, ini malah seperti orang panik. Kalau beliau bersih ya nggak perlu panik, nggak perlu kalang kabut dan undang mahasiswa untuk diskusi," katanya.
Alasan Edit Foto Syamsuar Jadi Drakula
Alqudri kemudian membeberkan alasan mengedit foto Syamsuar jadi drakula. Menurutnya, itu hanya perumpamaan terkait kasus korupsi.
"Terkait editan foto, setiap orang bebas ya untuk interpretasikan itu. Ini lebih kepada substansi karena drakula ini simbol sesuatu yang mengisap darah kepada korban, korupsi itu membunuh pelan-pelan dan tindakan lain yang membuat rakyat menderita ya itu, analoginya begitu," kata Alqudri.
"Redaksional kami tidak ada Syamsuar drakula, tidak ada seperti itu. Kami kan pakai Gubernur, Gubernur drakula. Jadi menurut kami butuh kecerdasan atau intelektual lebih untuk melihat ini. Jangan kekanak-kanakanlah," katanya tegas.
Terakhir, ia berharap Kejaksaan Tinggi tetap mengusut laporan mereka terkait dugaan korupsi bantuan sosial di Siak. Apalagi dugaan itu mengarah kepada Syamsuar, yang saat itu menjabat Bupati Siak.
"Harapan kami jadikan hukum ini sebagai panglima. Menjalankan hukum dengan sebaik-baiknya, khususnya kejaksaan dalam memproses ini (dugaan korupsi). Itu satu hal berbeda, kasus beliau untuk di kejaksaan harus tetap lakukan penyelidikan di lapangan. Kami siap kalau kejaksaan mau minta bukti-bukti," katanya.