Asosiasi Angkutan Pariwisata Bali membantah seruan Work from Bali jadi sebab lonjakan kasus COVID-19 di Pulau Dewata. Angkutan Pariwisata Bali bahkan menuntut agar kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali segera dibuka.
"Ini (ditutupnya kunjungan wisatawan mancanegara) sangat merugikan kami, yang selama ini berharap pariwisata bisa dibuka kembali. Kami minta data COVID-19 dibuka saja, karena kami sudah melakukan prokes seketat-ketatnya apa benar karena WFB (Work from Bali)," kata Ketua Angkutan Pariwisata Bali I Nyoman Sudiartha dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Rabu (23/6/2021).
Menurut Sudiartha, program Work from Bali sangat membantu pariwisata di Pulau Dewata meskipun volumenya masih kecil saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sangat merasakan. Mohon kiranya, jangan dipolitisasi kondisi kami. Kami sangat berharap pariwisata bisa pulih kembali. Atau kami akan akan turun ke jalan untuk kelangsungan hidup kami. Kami punya banyak tanggungan selain usaha kami," kata dia.
Untuk diketahui, Asosiasi Angkutan Pariwisata Bali memiliki anggota 150 pengusaha dengan 2.000 unit kendaraan. Asosiasi yang mampu menyerap 6.000 pekerja ini menyatakan sangat tidak setuju dengan adanya pernyataan Work from Bali sebagai biang kerok melonjaknya kasus COVID-19 di Bali.
Sementara itu, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana membantah bahwa program Work from Bali berkontribusi pada kenaikan jumlah COVID-19 dalam beberapa hari terakhir ini.
"Karena situasi pandemi hal seperti ini sangat normal terjadi, keadaan akan naik-turun sampai herd immunity terbentuk. Jangan terlalu berlebihan," kata Agung Partha dalam keterangan tertulis yang berbeda, Rabu (23/6).
Dirinya mengaku berbicara dengan data dan fakta di lapangan bahwa tiga green zone, yakni di kawasan Sanur Kota Denpasar, Ubud di Kabupaten Gianyar, dan The Nusa Dua di Kabupaten Badung, sebagai rujukan tempat Work from Bali masih sangat terkendali.
"Dalam situasi saat ini, kita justru harus bersatu. Kalau memang ada yang sakit saat bekerja di sini, kita rawat saja. Semua sudah kita siapkan mekanismenya," terang Agung Partha.
Agung pun mengajak masyarakat dan semua stakeholder pariwisata tetap bergandengan tangan serta menciptakan situasi yang kondusif dan menyambut berjalannya program Work from Bali. Hal itu dilakukan dengan pelaksanaan dan pengawasan protokol kesehatan yang ketat.
Hal senada diungkapkan pengusaha hotel dan pusat perbelanjaan di Bali Bayu Adisastra. Dia menilai kurang tepat Work from Bali jadi pemicu COVID-19 melonjak. Padahal program tersebut sangat baik bagi ekonomi Bali, terlebih bertepatan dengan libur sekolah saat ini.
"Di hotel saya sempat occupancy menyentuh 25 persen, ini kan bagus. Justru program WFB ini lebih banyak dampak positifnya bagi masyarakat Bali. Belum lagi bagi UMKM Bali juga," terangnya.
(nvl/nvl)