Pengacara senior Muhammad Assegaf meninggal dunia pada Selasa (22/6) kemarin siang. Di mata koleganya, M Assegaf dikenal pengacara yang sangat profesional.
"Selamat jalan senior Muh Assegaf yang sangat profesional dalam jabatannya sebagai advokat. May Your Soul Rest In Peace," kata Luhut Pangaribuan kepada wartawan, Rabu (23/6/2021).
Sebagai sesama advokat yang juga sama-sama aktivis mengkritik Presiden Soeharto, keduanya berseberangan pasca Soeharto lengser. M Assegaf tiba-tiba memilih menjadi anggota Tim Advokat Soeharto.
"Saya punya pengalaman kena somasi Tim Advokat Soeharto dulu karena komentar keras tentang perkara Soeharto itu. Somasi mereka keras agar saya mencabut keterangan yang ada di media. Saya bergeming saja dan mereka juga tidak maju dengan laporkan ke polisi. Assegaf ada di dalam Tim. Sekali pun begitu sebagai sesama advokat dan pribadi hubungan tetap baik," tutur Luhut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenangan lain yaitu saat membela perkara Pak De. Di mana Pak De didakwa membunuh foto model Ditje Budiarsih ada 8 September 1986. Mayat Ditje dibuang di sebuah kebun karet di bilangan Kalibata yang sekarang menjadi Komplek Perumahan DPR.
Pak De yang bernama asli Muhammad Sirajuddin itu akhirnya dihukum penjara seumur hidup. Pak De bebas setelah Presiden BJ Habibie memberinya grasi.
"Ketika sidang perkara Pak De yang didakwa membunuh foto model Ditjeu, kami Tim Advokat walk out. Termasuk Muh.Assegaf. Rupanya ketika walk-out itu terdakwa masih di dalam. Kami tidak menyadari. Yap Thiam Hien yang sengaja kami undang untuk observer (karena sidangnya penuh tidak saja janggal tapi juga aneh), ternyata memarahi Pak Assegaf ketika berpapasan di luar dengan suara yang keras seperti biasanya," tutur Luhut.
"Kalian tidak bertanggungjawab, klien ditinggal sendirian di dalam," kata Luhut menirukan ucapan Yap.
Baca juga: M Assegaf: Saya Ingin Profesional |
Luhut mengakui dirinya yang mengajak walk out, tapi M Assegaf yang lebih dulu berpapasan dengan pak Yap. Sehingga M Assegaf yang kena marah.
"Karena itu jika saya ketemu dia selalu bilang 'gara-gara kamu ya saya disemprot Pak Yap' sambil terkekeh. Sekalipun bercanda sebagaimana kebiasaanya tapi karena agak sedikit 'malu' juga ketika disemprot di depan umum. Apalagi diapun sudah senior juga ketika itu," tutur Luhut.
Di luar sidang, Luhut dan Assegaf cukup dekat. Pernah ikut bersama 'Berpacu Dalam Melodi' dan bernyanyi bersama di berbagai kesempatan.
"Sebagai advokat, Muh Assegaf selalu merindukan adanya standar profesi yang handal bukan kekuasaan yg besar. Apalagi organisasi advokat yang dijadikan untuk memegahkan diri. Karena itu dia selalu banyak merujuk atau merindukan zaman Peradin dengan tokoh selain Yap, juga Adnan Buyung Nasution, Harjono Tjitrosubono dan sebagainya," ucap advokat kelahiran Balige, Sumatera Utara pada 24 Mei 1956 itu.
Pengalaman lain diceritakan Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati. Kala itu Asfinawati dan kawan-kawan melaporkan M Assegaf ke lembaga etik Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi). M Asegaf yang kala itu menjadi pengacara Pollycarpus, dilaporkan ke Peradi karena mempengaruhi saksi.
"Pengalamanku sama dia unik karena berhadapan di sidang etik Peradi. Tapi yang mengesankan buatku, setelah dia dijatuhi sanksi etik, pas ketemu di luar ruangan dia duluan yang manggil. Ini menunjukkan dia berjiwa besar banget dan profesional sebagai advokat," tutur Asfinawati mengenang.
Selama berkiprah, Assegaf membela klien tidak pandang bulu, salah satunya Presiden Soeharto setelah Soeharto lengser. Pada 2008, Assegaf membela Rizieq Shihab di PN Jakpus.
"Saya tidak melihat latar belakang dari perkara yang akan saya tangani. Itu profesi dan kewajiban saya sebagai seorang pengacara. Itulah profesi saya. Saya pernah membela PKI, kasus perceraian, korupsi,saya juga membela terdakwa Pollycarpus, bahkan Soeharto ," ujar M Assegaf saat jeda sidang kasus Habib Rizieq yang ditanganinya di PN Jakarta Pusat, Senin 25 Agustus 2008 lalu.
Ungkapan dukacita juga disampaikan oleh Yusril Ihza Mahendra. Yusril mengaku sangat kehilangan.
"Saya banyak belajar dengannya bagaimana menjadi advokat yang baik. Saya sungguh kehilangan dengan wafatnya beliau," kata Yusril melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom, Selasa (22/6/2921).
Yusril mengatakan dirinya mempunyai kedekatan personal dengan Assegaf. Dia menyebut kalau dirinya biasa memanggil Assegaf dengan sebutan Ami (paman).
"Ami (paman) begitu biasa saya memanggil almarhum," ucapnya.
Yusril menyebut pertemuan terakhirnya dengan Assegaf terjadi beberapa pekan sebelum adanya pandemi Covid-19. Namun meski begitu komunikasi melalui telepon dan pesan singkat tak pernah putus.
"Terakhir komunikasi 6 Juni lalu melalui WA," katanya.
Mantan Menteri Sekretaris Negara di era pemerintahan pertama Presiden SBY ini mengajak seluruh masyarakat untuk mendoakan Assegaf. Dia juga meminta agar dimaafkan segala kesalahan semasa hidupnya.
"Saya menjadi saksi, almarhum Mohammad Assegaf adalah orang baik hati dan pemaaf. Semoga Allah SWT menerima amal kebajikan beliau dan mengampuni segala kesalahannya," pungkas Yusril.
Simak juga 'Penulis Lupus Gusur Adhikarya Meninggal Dunia':