Cerita Penyintas COVID-19: Dampaknya Sampai Saat Ini Masih Terasa

Cerita Penyintas COVID-19: Dampaknya Sampai Saat Ini Masih Terasa

Jihaan Khoirunnisaa - detikNews
Selasa, 22 Jun 2021 21:15 WIB
Donor plasma konvalesen dari penyintas COVID-19 membantu sembuhkan pasien COVID-19. Ajakan untuk melakukan donor plasma konvalesen pun gencar dilakukan.
Ilustrasi. Foto: Pius Erlangga/Detikcom
Jakarta - Pandemi COVID-19 telah membuat banyak orang harus kehilangan keluarga, saudara, dan kerabat yang disayangi. Seperti halnya yang dialami Amy Gayatri Odang. Kakak dan iparnya, Arief Zulkarnaen Odang dan Roselani Widayati Odang meninggal dunia akibat COVID-19.

Amy menceritakan kejadian yang terjadi di bulan April tahun lalu. Saat itu, dia dan keluarganya yang baru pulang dari luar negeri merasa tak enak badan. Belakangan diketahui bahwa mereka terkena COVID-19.

"Ipar saya meninggal dunia, disusul tiga hari kemudian kakak saya (meninggal dunia) akibat COVID-19. Saya harus menjalani opname selama 18 hari di rumah sakit," ujar Amy dalam keterangan tertulis, Selasa (22/6/2021).

Dari peristiwa yang dialaminya tersebut, Amy berpesan agar masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan (prokes) sebagaimana anjuran pemerintah.


"Saya pernah kena COVID-19 di usia 59. Terpapar COVID-19 itu selangkah menuju kematian," katanya.

Pengalaman serupa dialami Tongat AR yang juga pernah terpapar COVID-19. Selama menjadi pasien COVID-19, Tongat mengaku dirinya sangat menderita. Tidak bisa ketemu keluarga, bernafas susah, makan susah tidak ada rasa, bahkan untuk bergerak dan tidur pun susah.

"Belum lagi kalau ada sanak keluarga meninggal dunia, saya tidak bisa melayat dan mengantar ke pemakaman," terangnya.

Tongat menyebut dia terkonfirmasi positif Corona pada 19 Januari 2021, hingga harus dirawat di salah satu RS di Jakarta selama 14 hari. Kemudian, Tongat dinyatakan negatif dan sembuh dari COVID-19 di akhir Februari 2021.

"Akan tetapi dampak dari COVID-19 hingga saat ini masih cukup terasa. Tenaga saya belum pulih seperti semula. Badan cepat capek saat aktivitas," paparnya.

Tongat pun mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada, serta tidak pergi atau keluar rumah kalau memang tidak penting. Jika terpaksa pergi maka hindari berlama-lama di ruang tertutup dan harus selalu menggunakan masker.

"Masker tidak boleh longgar, hidung mulut harus tertutup," katanya.


Di sisi lain, Koordinator Komunikasi Publik KPCPEN, Arya Sinulingga sependapat dengan pesan dari kedua penyintas COVID-19 tersebut. Terlebih, menurut Arya saat ini lonjakan kasus COVID-19 sedang terjadi di Indonesia, sehingga semakin penting untuk meningkatkan disiplin melaksanakan protokol kesehatan.

Berdasarkan data pada Senin (21/6), kasus terkonfirmasi positif mencapai 14.536 per harinya. Dengan begitu total kasus COVID-19 RI tembus 2 juta. Adapun penambahan tersebut menjadi yang tertinggi, mengalahkan kasus terkonfirmasi positif pada 30 Januari 2021 dengan penambahan 14.518 kasus.

Diketahui, dalam sepekan terakhir kasus positif COVID-19 di Indonesia terus melonjak. Berdasarkan data dari Satgas Penanganan COVID-19 tercatat selama periode 13-19 Juni 2021 sebanyak 64.814 orang terkonfirmasi positif COVID-19. Kasus meninggal dunia pada Senin (21/6) mencapai 294 jiwa hingga total 53.956 jiwa.

"Angka-angka tersebut menjadi peringatan bagi kita untuk semakin disiplin menjalankan prokes. Juga, segeralah untuk divaksinasi, bagi yang belum divaksinasi. Kombinasi antara disiplin prokes dan vaksinasi, serta pelaksanaan 3T di sisi pemerintah, menjadi kunci utama agar bangsa ini bisa keluar dari pandemi," pungkasnya. (prf/ega)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads