Dokter Terawan Agus Putranto memaparkan cara membuat vaksin Nusantara saat rapat bersama Komisi VII DPR RI. Bukan hanya memaparkan, Terawan juga menunjukkan prosedur pembuatan vaksin secara langsung di depan beberapa anggota Komisi VII DPR RI di mejanya.
Terawan awalnya menampilkan sebuah kotak yang digunakan untuk membuat vaksin. Dalam kontak itu terdapat alat dan bahan untuk membuat Vaksin.
"Ini wujudnya satu paket begini, Pak. Isinya nanti saya akan ungkapkan bagaimana cara membuatnya. Inilah nanti yang kemudian didistribusikan ke mana saja sehingga tidak perlu cold chain (cold box) untuk mendistribusikannya. Cukup dengan peralatan ini," kata Terawan saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terawan mengatakan alat dan bahan yang ada di kotak itu 90 persen produknya berasal dari Indonesia. Terawan mengatakan dalam 1 boks terdapat sekitar 25 alat dan bahan.
"Isi boks ini hampir 90 persen lebih bahan produksinya adalah sudah ada di Indonesia, bahkan dibuat di Indonesia," kata dia.
"Kita bisa melihat bahannya ada di Indonesia dan ada beberapa dibuat di Amerika, seperti larutan antigen, proteinnya. Kami harus ekspor (impor) dulu. Dan media diferensiasi. Dua hal inilah yang kami masih ekspor atau kami masih datangkan, karena kita masih belum R&D pembuatan itu. Di kemudian hari, di antara 25 lebih bahan ini, kita ada dua bahan masih impor. Di kemudian hari, kita bisa buat sendiri karena itu sangat simpel," jelasnya.
Terawan kemudian menjelaskan cara membuat vaksin Nusantara itu. Pertama, orang yang akan divaksinasi akan diambil sampel darahnya.
"Pertama yang dilakukan, kita ambil darah dengan peralatan ambil darah. Ini produk Indonesia," kata dia.
Terawan kemudian menjelaskan sampel darah itu akan diuji di laboratorium. Di tengah-tengah penjelasan, beberapa anggota Dewan berjalan ke meja Terwan.
Salah satunya pimpinan Komisi VII Eddy Soeparno. Eddy meminta agar dirinya diizinkan untuk melihat proses pembuatan vaksin itu secara lebih dekat.
"Silakan, Pak, ini bagus malah. Kalau (Bapak) mendekat, izin, saya pakai masker," kata Terawan.
Terawan kemudian melanjutkan penjelasannya. Dia menyebut sampel darah yang telah diambil itu diuji di laboratorium hingga menjadi vaksin dan bisa digunakan. Salah seorang anggota kemudian menanyakan apakah Tearwan sudah disuntik vaksin Nusantara.
"Saya sudah, masak saya bikin sendiri ndak berani suntik sendiri, termasuk anak dan istri saya (sudah), sama," kata Terawan.
Setelah menjelaskan cara membuat vaksin itu, Terawan menegaskan vaksin Nusantara bukanlah produk Amerika. Terawan mengaku selama ini memilih untuk diam saat dikritik soal vaksin Nusantara.
"Jadi ini demikianlah apa yang dikatakan bahwa ini buatan Amerika dan sebagainya. Saya selama ini diam saja ya. Untuk apa dijawab karena itu kan mereka berpendapat," kata dia.
"Pendapat tak perlu dijawab dan saya membuktikan seperti ini. Jadi seperti itu yang bisa kita buat dan itu sudah dikerjakan di RS Kariadi. Uji klinis 1 hanya safety pada pasien. Hasil uji klinis ke-2, satu juga safety yang kedua imunogenitas dan yang ketiga dosis berapa yang paling bagus kalau diizinkan untuk uji klinis berikutnya," lanjutnya.
Setelah menyaksikan penjelasan Terawan itu, Eddy Soeparno mengatakan hal itu pertama dilakukan saat rapat.
"Jadi ini pertama kali di masa sidang kita di Komisi VII yang kita datang untuk merapat ke meja mitra untuk melihat secara riil dan secara aktual apa yang sedang dilaksanakan dan diprogreskan oleh mitra," kata Eddy.
(lir/maa)