Cerita Sopir Truk Kena Pungli di JICT: Tak Ada Uang, Bongkar Muat Diperlambat

Cerita Sopir Truk Kena Pungli di JICT: Tak Ada Uang, Bongkar Muat Diperlambat

Muhammad Ilman Nafian - detikNews
Rabu, 16 Jun 2021 12:35 WIB
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat menembus 5,3% di tahun 2020. BI pun optimis kabinet baru Jokowi dapat percepat laju ekonomi RI.
Ilustrasi bongkar-muat di JICT Tanjung Priok, Jakarta Utara. (Pradita Utama/detikcom)
Jakarta -

Sejumlah pelaku pungutan liar (pungli) di Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok, Jakarta Utara, ditangkap polisi. Salah seorang sopir kontainer bernama Rofiudin (23) menceritakan pengalamannya terkena pungli.

Rofiudin membenarkan operator crane bongkar-muat barang sering meminta uang kepada sopir. Permintaan uang itu tidaklah resmi alias pungli.

"Benar (operator juga sering melakukan pungli)," ujar Rofiudin saat ditemui di sekitar JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (16/6/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rofiudin menceritakan sopir menunjukkan uang Rp 5.000 kepada operator. Uang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan ditarik ke atas untuk diambil.

"Biasa, kayak semacam begini (menunjukkan uang). (Uang dimasukkan) pakai kresek naik ke atas," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Dalam sehari, Rofiudin mengaku mengeluarkan uang Rp 25-50 ribu sekali jalan untuk pungli. Dia merasa keberatan atas pungli yang ada.

Menurutnya, pungli yang dilakukan para operator crane itu masih terjadi sehari sebelum ada perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kini pungli operator bongkar-muat sudah tak ada.

Namun, kata dia, tak ada pungli bukan berarti muncul angin segar. Masalah baru terjadi, yakni lambatnya proses bongkar-muat.

"Sekarang diperlambat. Gara-gara nggak ada Rp 5.000, (bongkar-muat) diperlambat," katanya.

Rofiudin, yang sudah menjadi sopir kontainer selama 5 tahun itu, berharap proses bongkar-muat berjalan dengan baik meski tak ada pungli. Rofiudin mengaku, setelah tak ada pungli, dia bisa menghabiskan waktu belasan jam untuk menunggu proses bongkar-muat.

"Tergantung, kadang lima jam. Bisa masuk jam 8 malam, keluar pagi, jam 7-8," ujarnya.

Dia bersyukur sejumlah preman yang melakukan pungli ditangkap. Rofiudin mengaku lebih tenang.

"Kalau buat saya sih dari sopir, ya, itu alhamdulillah. Di jalanan ini sudah nggak ada preman-preman, jadi tenang kita juga," katanya.

Baca cerita sopir truk lainnya di halaman berikutnya.

Sopir lainnya, Hendar (27), juga mengaku sering mengalami pungli dari preman di jalan sekitar Pelabuhan Tanjung Priok. Menurutnya, preman yang paling banyak meminta uang di sekitar kawasan Kapuk, Jakarta Utara.

"Kalau Kapuk bisa lebih dari Rp 10 ribu. Apalagi kalau kita berangkat malam, banyak premanismenya juga," kata Hendar.

Hendar mengatakan, setelah sejumlah preman yang melakukan pungli ditangkap, ada sopir yang mengalami gangguan di jalan. Bahkan, kata dia, ada kaca truk kontainer yang dipecahkan oleh para preman.

"Ya kalau saya sih biasa saja. Tapi kalau di grup-grup, ada yang ngomong ada kaca yang dipecahin gara-gara kemarin," ucapnya.

Meski demikian, Hendar mengaku tak pernah mengantar barang ke JICT. Dia biasanya mengangkut barang untuk wilayah lokal.

"Kalau saya sih lokal, belum pernah masuk ke JICT. JICT kan yang ekspor, saya sih lokal," ujarnya.

Menurutnya, proses bongkar-muat untuk barang yang akan dikirim ke wilayah lokal tak ada pungli. Semua berjalan aman.

"Nggak ada sih," katanya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Budaya Pungli di Pelabuhan Priok"
[Gambas:Video 20detik]
(man/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads