Lembaga Riset AS Duga Corona di RI Lebih Tinggi dari Data Resmi Pemerintah

Marlinda Oktavia Erwanti - detikNews
Selasa, 15 Jun 2021 14:08 WIB
Ilustrasi COVID-19 (Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Data kasus COVID-19 di Indonesia diduga lebih banyak dari yang dilaporkan pemerintah. Ditengarai, jumlah warga yang terpapar virus Corona jauh lebih banyak dari data yang dipublikasikan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan temuan dari lembaga riset AS ini mungkin saja sesuai dengan kenyataan yang ada.

Dugaan itu muncul berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Washington University, Amerika Serikat. Dari data yang dipublikasikan IHME, angka kasus COVID-19 jauh dari yang dilaporkan.

Pada 14 Juni 2021, diproyeksikan tren estimasi kasus COVID-19 di Indonesia mencapai 165.821 setiap hari. Estimasi jumlah orang yang terinfeksi ini termasuk orang yang tidak dites. Angka ini jauh dari data pemerintah yang melaporkan penambahan kasus COVID-19 sebesar 8.189.

Ditarik mundur ke belakang, misalnya pada 7 Juni 2021, hal serupa juga terjadi. Berdasarkan data IHME, kasus COVID-19 yang dikonfirmasi pemerintah sebesar 6.993. Angka itu jauh lebih sedikit dari proyeksi IHME yang mencapai 136.037 per hari.

Perbedaan jauh juga terjadi pada proyeksi data angka kematian di Indonesia setiap harinya. IHME memproyeksikan angka kematian di Indonesia pada 14 Juni sebesar 515. Angka itu jauh di bawah kasus kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan pemerintah, yakni sebesar 237.

Total kasus kematian di Indonesia yang diproyeksikan IHME berdasarkan pemodelannya juga hampir 3 kali lipat dari data yang dilaporkan pemerintah. Pada 14 Juni, diproyeksikan angka kematian di Indonesia mencapai 148.695. Angka itu jauh lebih rendah dari data pemerintah Indonesia sebesar 53.116.

IHME menggunakan pendekatan baru dalam memproyeksikan data COVID-19. IHME memanfaatkan data dari survei seroprevalensi, kasus harian, kematian harian, dan, rawat inap per hari untuk melakukan pemodelan.

Hasil studi yang sama juga dilaporkan Reuters. Angka COVID-19 di Indonesia diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dipublikasikan berdasarkan hasil studi seroprevalensi yang menguji antibodi.

Studi seroprevalensi mendeteksi antibodi yang muncul pada orang yang kemungkinan besar sudah terjangkit COVID-19. Sedangkan, angka resmi COVID-19 di Indonesia sebagian besar didasarkan pada tes swab, yang mendeteksi virus Corona. Antibodi berkembang satu sampai tiga minggu setelah seseorang tertular virus dan tinggal di dalam tubuh selama berbulan-bulan.

Simak video 'Luhut Soroti Lonjakan COVID-19: Ini Kesalahan kita Ramai-ramai':



Simak hasil studi seroprevalensi yang dipublikasikan Reuters dan penjelasan pemerintah di halaman berikut.




(mae/fjp)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork