Wacana duet dua ketua umum (ketum) partai, Demokrat dan Golkar, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Airlangga Hartarto, untuk Pilpres 2024 mengemuka. Lantas, bagaimana kekuatan mereka dalam sejumlah survei teranyar?
Duet AHY-Airlangga ini diibaratkan nostalgia kemesraan Demokrat dengan Golkar saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berduet dengan Jusuf Kalla (JK) berhasil terpilih menjadi presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2004.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan dari dorongan gaib duet AHY-Airlangga mengemuka. Ada andil Deputi Analisa Data dan Informasi Balitbang DPP Demokrat Syahrial Nasution sehingga wacana duet AHY-Airlangga muncul.
"Koalisi Demokrat dan Golkar pada Pilpres 2024 berpeluang untuk penyelamatan ekonomi di masa depan," kata Syahrial melalui akun Twitter @syahrial_nst, Minggu (6/6/2021).
Keyakinan akan koalisi Demokrat-Golkar terulang diselipkan oleh Syahrial. AHY-Airlangga diyakini mampu mengembalikan sejatinya sebuah demokrasi.
"Masa-masa gemilang pemerintahan @SBYudhoyono dan @Pak_JK sangat mungkin diulang kembali oleh @AgusYudhoyono dan @airlangga_hrt. Kombinasi ini pun akan mampu mengembalikan demokrasi pada relnya," imbuh cuitan Syarial.
Sayangnya, dorongan duet AHY-Airlangga tidak mendapatkan respons positif. Sebab, Golkar dalam musyawarah nasional (munas) 2019 sudah memilih siapa capres mereka, yang tak lain adalah Airlangga.
"Ya, kalau AHY capres, saya diam saja deh," kata Ketua DPP Golkar Dave Laksono kepada wartawan, Minggu (6/6).
Lantas, bagaimana kekuatan elektabilitas AHY dan Airlangga dalam sejumlah survei?
1. Survei Parameter Politik Indonesia
Survei teranyar dilakukan Parameter Politik Indonesia. Berdasarkan survei Parameter Politik Indonesia, yang dilakukan pada 23-28 Mei 2021, elektabilitas AHY sebesar 5,6 persen. Sedangkan Airlangga hanya 0,4 persen.
Survei Parameter Politik Indonesia dilakukan dengan metode telepolling menggunakan kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 1.200 responden dengan metode simple random sampling dari 6.000 nomor ponsel.
Ribuan nomor ponsel itu dipilih secara acak dari kerangka sampel yang ada, dan disesuaikan dengan proporsi populasi secara gender. Margin of error survei kurang-lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Dalam survei ini, AHY berada di posisi ke-4 di bawah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Prabowo bertengger di posisi puncak dengan elektabilitas 16,5 persen.
2. Survei Y-Publica
Lembaga survei Y-Publica juga melakukan survei elektabilitas kandidat capres 2024. Hasilnya, elektabilitas AHY sebesar 3,2 persen, sedangkan Airlangga 0,5 persen.
Berdasarkan hasil survei Y-Publica, AHY berada di peringkat kedelapan. AHY kalah jauh dibanding Ganjar yang berada di posisi pertama dengan elektabilitas 20,2 persen.
Survei Y-Publica dilakukan pada 1-10 Mei 2021 terhadap 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui sambungan telepon kepada responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2018. Margin of error Β±2,89 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
3. Survei Puspoll Indonesia
Hasil survei Puspoll Indonesia menyebutkan elektabilitas AHY lebih besar dibandingkan Airlangga. AHY berada di tempat ke-6 dengan elektabilitas 4,9 persen. Sedangkan Airlangga berada di posisi ke-15 dengan elektabilitas 1 persen.
Dikutip dari website resmi Puspoll Indonesia, Selasa (25/5/2021), survei dilakukan pada 20-29 April 2021 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Total sampel 1.600 responden, margin of error 2,45 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan metode penarikan sampel acak bertingkat, dengan memperhatikan urban/rural dan proporsional antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi.
Hasil Pipres 2004
Duet AHY-Airlangga ini diibaratkan dengan duet Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Saat itu, pada Pilpres 2004, SBY-JK berhasil memperoleh 69.266.350 suara atau persentase 60,62%. Sedangkan pesaingnya, Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi, memperoleh 44.990.704 suara atau persentase 39,38%.
Jadi, mungkinkah kegemilangan SBY-JK bisa terulang?