Rukun iman merupakan dasar kepercayaan dalam Islam yang wajib diamalkan oleh orang yang beriman. Rukun iman terdiri dari 6 hal.
Rukun artinya dasar atau pokok yang harus dikerjakan. Sementara iman, artinya yakin atau percaya. Hudarrohman dalam bukunya yang berjudul Rukun Iman menjelaskan, rukun iman dituangkan dalam diri orang yang beriman melalui 3 tahap. Antara lain, iman diyakini dalam hati, iman diikrarkan dengan lisan, dan iman diamalkan dengan anggota badan.
Iman diyakini dalam hati mengandung pengertian percaya atau yakin dengan sepenuh hati bahwa alam semesta dan seluruh isinya diciptakan oleh Allah SWT. Contohnya adanya siang dan malam, adanya berbagai macam makhluk baik yang nyata maupun ghoib.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan iman diikrarkan dengan lisan, dilakukan dengan mengucap "Saya beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan saya beriman kepada ketetapan baik dan buruk dari pada-Nya.
Sementara itu, iman diamalkan dengan anggota badan yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Seperti sholat 5 waktu, puasa, zakat, tidak berbohong, dan lain sebagainya.
Merujuk pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dikatakan bahwa rukun iman berjumlah 6.
Dari Umar bin Khatthab ra. pada suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh Malaikat Jibril. Kepada Rasulullah, Jibril bertanya, "Beritahukanlah kepadaku apa itu iman."
Rasulullah bersabda yang artinya: "Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." (HR. Muslim).
Berdasarkan hadits di atas, berikut rukun iman yang wajib diyakini oleh umat Islam:
1. Iman kepada Allah SWT
2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT
3. Iman kepada kitab-kitab Allah SWT
4. Iman kepada rasul-rasul Allah SWT
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada takdir yang baik maupun yang buruk datangnya dari Allah SWT (qada' dan qadar).
Makna rukun iman
1. Iman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT artinya mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah itu ada (wujud). Untuk dapat mengenal-Nya, kita harus mengetahui sifat-sifat yang dimiliki-Nya. Secara keseluruhan, sifat-sifat Allah ada 3 yaitu sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz.
Baca juga: 20 Sifat Wajib Allah Lengkap dengan Artinya |
Simak juga 'Melihat Saksi dan Bukti Penyebaran Islam di Purwakarta':
Orang yang beriman pada sifat-sifat Allah hanya akan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. Selain itu, orang yang beriman ini juga meyakini bahwa segala sesuatu di alam semesta ini diciptakan oleh-Nya. Sehingga, hilanglah prasangka buruk pada Allah dan akan berusaha untuk tidak sombong.
2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT
Iman kepada malaikat artinya percaya dengan adanya malaikat-malaikat Allah SWT walaupun tidak pernah melihatnya. Malaikat diciptakan Allah SWT dari nur atau cahaya. Mereka termasuk makhluk ghaib. Perintah iman kepada malaikat tertuang dalam QS. Al Baqarah ayat 185,
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
Artinya: "Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya," dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al Baqarah: 185).
3. Iman kepada kitab-kitab Allah SWT
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT artinya meyakini dan mempercayai adanya kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT. Adapun kitab yang diturunkan Allah SWT kepada rasul-Nya antara lain kitab Zabur kepada Nabi Daud AS, kitab Taurat kepada Nabi Musa AS, kitab Injil kepada Nabi Isa AS, dan kitab Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun kepada kitab Al Quran, selain meyakini dan mempercayai dengan sepenuh hati, sebagai umat Islam kita harus berpedoman dan mengamalkannya.
Dalam sebuah riwayat Ibnu Hibban, Allah SWT juga menurunkan suhuf atau lembaran-lembaran.
Dari Abu Dzar ra. dia bertanya kepada Rasulullah SAW: "Berapa jumlah kitab yang telah Allah turunkan?" Rasulullah menjawab:
مِائَةُ كِتَابٍ وَأَرْبَعَةُ كُتُبٍ أُنْزِلَ عَلَى شِيثٍ خَمْسُونَ صَحِيفَةً وَأُنْزِلَ عَلَى أَخْنُوخَ ثَلَاثُونَ صَحِيفَةً وَأُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَشَرُ صَحَائِفَ وَأُنْزِلَ عَلَى مُوسَى قَبْلَ التَّوْرَاةِ عَشَرُ صَحَائِفَ وَأُنْزِلَ التَّوْرَاةُ والإنجيل والزبور والقرآن
Artinya:"Ada 104 kitab. Diturunkan kepada nabi Syits 50 suhuf, diturunkan kepada nabi Idris 30 Suhuf, diturunkan kepada nabi Ibrahim 10 suhuf, diturunkan kepada nabi Musa sebelum taurat 10 suhuf. Allah juga menurunkan Taurat, Injil, dan Al Quran." (HR. Ibnu Hibban).
4. Iman kepada rasul-rasul Allah SWT
Iman kepada rasul-rasul Allah SWT artinya meyakini dan mempercayai dengan sepenuh hati bahwa rasul-rasul Allah SWT itu ada. Mereka diciptakan untuk membawa ajaran dan kebenaran kepada para umat. Para rasul menerima wahyu dari Allah SWT lewat perantara malaikat.
Ada banyak nabi dan rasul yang diciptakan Allah SWT. Namun, yang wajib diketahui ada 25 nabi dan rasul. Mulai dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
Beriman kepada rasul akan mendatangkan banyak manfaat. Adapun buah iman yang diperoleh salah satunya mendapat keselamatan dunia akhirat. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Fath ayat 13 sebagai berikut:
وَمَنْ لَّمْ يُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ فَاِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ سَعِيْرًا
Artinya: "Dan barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu neraka yang menyala-nyala." (QS. Al Fath: 13).
5. Iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhir atau hari kiamat artinya meyakini dan mempercayai bahwa hari itu pasti akan datang. Pada hari itu alam semesta beserta seluruh isinya akan hancur. Manusia akan dibangkitkan dari kuburnya dan dikumpulkan untuk dimintai pertanggungjawaban.
Datangnya hari akhir hanya Allah SWT yang tahu. Namun, janji Allah SWT itu nyata. Sebagaimana termaktub dalam QS. Al-A'raf ayat 197 sebagai berikut:
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْۚ لَا يُجَلِّيْهَا لِوَقْتِهَآ اِلَّا هُوَۘ ثَقُلَتْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ لَا تَأْتِيْكُمْ اِلَّا بَغْتَةً ۗيَسْـَٔلُوْنَكَ كَاَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Artinya: "Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, "Kapan terjadi?" Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Al-A'raf: 197).
Beriman kepada hari akhir akan menambah ketaatan seorang hamba dalam beribadah kepada Allah SWT. Selain itu, orang yang beriman akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatannya semasa hidup di dunia, karena segala yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
6. Iman kepada takdir yang baik maupun yang buruk datangnya dari Allah SWT (qada' dan qadar)
Iman kepada qada' dan qadar artinya yakin dan percaya dengan sepenuh hati bahwa takdir yang baik maupun yang buruk datangnya dari Allah SWT. Segala yang terjadi pada manusia sudah menjadi ketetapan-Nya.
Qadha artinya ketetapan. Sebelum manusia lahir di dunia, Allah SWT sudah menetapkan segala tentang kehidupan manusia tersebut. Mulai dari rezeki, kematian, nasib dan lain sebagainya.
Sementara itu, qadar artinya ketentuan atau kepastian Allah SWT. Dia telah menentukan apa yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi.
Beriman kepada takdir Allah SWT akan menambah rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, manusia cenderung bersikap rendah hati karena segala sesuatu datang dari Allah SWT.