Doa iftitah adalah doa yang dibaca dalam sholat setelah takbiratul ihram sebelum surat Al Fatihah. Ada perbedaan hukum di kalangan 4 mazhab terkait membaca doa ini.
Dalam beberapa hadits, seperti Bukhari dan Muslim dalam Muttafaqun 'Alaih, Rasulullah biasa membaca doa iftitah sejenak setelah takbir.
كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا كبَّر في الصلاة؛ سكتَ هُنَيَّة قبل أن يقرأ. فقلت: يا رسول الله! بأبي أنت وأمي؛ أرأيت سكوتك بين التكبير والقراءة؛ ما تقول؟ قال: " أقول: ... " فذكره
"Biasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam setelah bertakbir ketika shalat, ia diam sejenak sebelum membaca ayat. Maka aku pun bertanya kepada beliau, wahai Rasulullah, kutebus engkau dengan ayah dan ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang engkau baca ketika itu adalah:... (beliau menyebutkan doa istiftah)" (HR. Muttafaqun 'alaih).
Bacaan doa iftitah
Terdapat beberapa versi doa iftitah yang diajarkan Rasulullah. Salah satu di antaranya yang bersumber dari Abu Hurairah ra dalam riwayat Bukhari dan Muslim sebagai berikut:
: اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Arab-latin: Allahumma baaid baynii wa bayna khotoyaaya kamaa baa'adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khotoyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khotoyaaya bil maa-iwats tsalji wal barod.
Artinya: "Ya Allah, jauhkan lah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkan lah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cuci lah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun." (HR. Bukhari 2412 & Muslim 1382).
Hukum membaca doa iftitah
Dikutip dari buku Kitab Sholat Empat Mazhab oleh Syeikh Aburrahman Al-Jaziri, menurut ketiga imam dari mazhab Hanafiyah, Syafi'iyah, dan Hambaliyah hukum membaca doa iftitah adalah sunnah. Sementara itu, imam Malikiyah menyatakan bahwa hukumnya makruh.
1. Imam Hanafiyah, Syafi'iyah, dan Hambaliyah
Menurut imam Hanafiyah, Syafi'iyah, dan Hambaliyah membaca doa iftitah hukumnya sunnah baik bagi imam, makmum, dan orang yang sholat sendirian (baik fardu maupun nafilah). Tidak disunnahkan bagi makmum membaca doa iftitah setelah imam memulai bacaan dalam setiap rakaat, baik dengan suara keras maupun samar.
Lalu, bagaimana dengan makmum masbuk?
Bagi makmum yang bergabung setelah imam membaca surat Al Fatihah, maka tidak perlu membaca doa iftitah. Sementara itu, jika makmum tersebut tertinggal satu rakaat dan mengikuti imam pada rakaat keduanya, maka disunnahkan baginya untuk membaca doa tersebut sebelum imam memulai bacaan Al Fatihah. Hal ini berlaku untuk seterusnya.
Perbedaan dari ketiga imam tersebut terdapat pada redaksi (bacaan) doa iftitah. Imam Hanafiyah berpendapat bahwa bacaan doa iftitah adalah sebagai berikut:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إلَهَ غَيْرُكَ
Arab-latin: Subhaanaka allahumma wa bihamdika wa tabaarakasmuka wa ta'aala jadduka walaa ilaaha ghairuka.
Artinya: "Maha suci Engkau Ya Allah dan dengan pujianMu, Maha Suci namaMu dan Maha Tinggi keagunganmu. Tidak ada tuhan Selain Engkau."
Sedangkan imam Syafi'iyah mengatakan bacaan doa iftitah sebagai berikut:
إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Arab-latin: Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardlo haniifaaw wamaa ana minal musyrikiin. Inna sholaatii wa nusukii wamahyaaya wa mamaati lillaahi robbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wabidzaalika wa ana awwalul muslimiin.
Baca juga: Penasaran Artinya Gharim? Ini Penjelasannya |
Artinya:"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam keadaan tunduk dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan dengan yang demikian itu lah aku diperintahkan. Dan aku adalah orang yang pertama berserah diri."
Sementara itu Hambaliyah berpendapat bahwa bacaan doa iftitah sebagaimana disebutkan oleh Hanafiyah. Namun, diperbolehkan menggunakan bacaan dari Syafi'iyah.
2. Imam Malikiyah
Menurut kalangan Malikiyah, membaca doa iftitah hukumnya makruh karena para sahabat meninggalkannya, walaupun hadits yang menyatakan hal tersebut riwayatnya sahih. Malikiyah merujuk pada Malik ra. yang menyatakan bahwa hukum bacaan tersebut mandub.