Pemprov DKI Jakarta melaporkan kasus harian Corona sebanyak 1.064 pada Minggu, 30 Mei kemarin. Pakar epidemiologi mengatakan angka itu merupakan peringatan serius untuk Ibu Kota.
"Ini adalah sinyal yang sangat serius untuk Jakarta karena, dalam fenomena pandemi ini, berbagai negara, kota-kota besar inilah yang akan meledak besar, meskipun kota-kota itu pula yang responsnya bagus," kata epidemiolog Griffith University Dicky Budiman kepada wartawan, Senin (31/5/2021).
Dicky mengatakan peningkatan kasus terjadi di kota besar lantaran mobilitas tinggi. Mobilitas itu, kata Dicky, memicu penularan Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena memang jumlah orang bermobilitas aktivitas ya banyak di kota. Dan kaitan mobilitas dan interaksi dan penyebaran dari COVID ini sangat erat, tapi bukan berarti di desa itu tidak, ada tapi ya relatif sedikit karena beberapa faktor, jarangnya aktivitas, jauhnya jarak dan sebagainya. Nah, dalam konteks Jakarta khususnya ini adalah sinyal besar, sinyal sangat serius," kata dia.
Dicky juga mengamati tren Corona di Tanah Air. Secara nasional, Dicky menyebut gelombang pertama Corona di Indonesia belum berakhir.
"Diketahui Indonesia ini belum selesai, satu Indonesia itu masih dalam gelombang pertamanya. Adapun Jakarta memang dia karena punya... di antara provinsi lain, salah satu dari tiga yang paling bagus menurut saya sejauh ini responsnya, memang dia sudah melampaui gelombang pertamanya. Dan untuk konteks Jakarta, dia akan bisa mengalami gelombang kedua yang lebih besar dalam konteks Jakarta, tapi ini beda dengan konteks Indonesia," tuturnya.
Bukan hanya di Jakarta, Dicky juga memaparkan kondisi pandemi di Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Dia menyebut data dari daerah tak bisa menggambarkan situasi sebenarnya karena minimnya testing.
"Nah, untuk Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat jauh lebih serius, jauh berlipat-lipat lebih serius karena saya tidak bisa memastikan kondisi sebenarnya seperti apa, karena minimnya data dari testing, tracing, jauh berbeda dengan Jakarta, gitu. Dan ini adalah bukan politis, dan ini adalah evaluasi nyata dari situation report-nya WHO terakhir yang selalu menempatkan Jakarta dalam posisi yang memang memenuhi kriteria standar dalam pengendalian pandeminya, terutama dari aspek, terutama berbicara pandangan-pandangan pandemi ya aspek testing, tracing, gitu," tuturnya.
Simak video 'Menkes Budi Buka-bukaan soal Lonjakan Kasus Corona':
Simak berita selengkapnya di halaman berikut
Lebih lanjut Dicky mendorong agar dilakukan testing dan tracing Corona secara lebih masif. Dia juga mendorong pelaporan data yang valid dari setiap daerah.
"Di luar Jakarta, provinsi lain di luar Jakarta, selain Yogyakarta dan Sumatera Barat, itu harus sangat serius, karena data yang mereka laporkan itu sangat jauh dari yang terjadi sebenarnya, itu pun masih harus betul-betul digali karena belum bisa mendapat validitas yang memadai ya karena minimnya testing itu," kata dia.
Kasus tambahan COVID harian di DKI Jakarta kembali meningkat. Dua pekan seusai Lebaran 2021, kasus harian kembali menyentuh angka 1.000.
Data BNPB per Minggu (30/5/2021), angka kasus COVID harian di Jakarta di angka 1.064. DKI menjadi penyumbang kasus COVID terbanyak kemarin. Disusul Jawa Tengah yang juga menyentuh angka seribuan, yakni 1.007.
Catatan detikcom, kasus harian COVID di DKI meningkat setelah 2 pekan usai Lebaran 2021. Berikut ini datanya untuk kasus COVID tambahan harian di DKI sejak 15 Mei kemarin:
1. 15 Mei: 227
2. 16 Mei: 161
3. 17 Mei: 421
4. 18 Mei: 219
5. 19 Mei: 611
6. 20 Mei: 895
7. 21 Mei: 856
8. 22 Mei: 932
9. 23 Mei: 867
10. 24 Mei: 819
11. 25 Mei: 384
12. 26 Mei: 617
13. 27 Mei: 940
14. 28 Mei: 602
15. 29 Mei: 898
16. 30 Mei: 1.064
17. 31 Mei: 726